Bawang putih (Allium sativum L) merupakan salah satu jenis sayuran yang masuk ke Indonesia sejak beratus-ratus tahun yang lalu. Komoditas pangan ini strategis yang mulai dikembangkan di berbagai wilayah sentra produksi. Kementerian Pertanian telah menyusun peta jalan swasembada bawang putih tahun 2021 untuk menunjukkan tekad serius menjadikan Indonesia lumbung pangan dunia tahun 2045. Namun dalam pengembangan bawang putih di dalam negeri masih ditemukan berbagai permasalahan antara lain dalam on farm, off farm, pemasaran, kelembagaan tani dan infrastruktur.
Untuk itu perlu strategi dalam pengembangan bawang putih dalam negeri untuk mengurangi ketergantungan impor yaitu dengan penyediaan benih unggul, pengembangan kawasan, pendampingan standar teknologi dan standar (GAP, GHP), penerapan teknologi pengendalian ramah lingkungan, penyediaan sarana dan prasarana, pengolahan bawang putih menjadi produk farmasi, mekanisasi, pengembangan Sub Terminal Agribisnis, membangun jaringan komunikasi di sentra produksi dan dukungan kebijakan baik dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Strategi pengembangan bawang putih di Indonesia dilakukan dalam rangka menjamin keamanan pangan bawang putih bagi konsumen.
Bawang putih merupakan angota bawang-bawangan yang populer di dunia. Umbi bawang putih dikenal dengan nama Allium sativum yang artinya berbau tidak sedap dan dibudidayakan. Selain itu bawang putih merupakan komoditas penting sebagai bumbu masak atau spice dengan konsumsi perkapita cukup besar adalah 1,58 kg/tahun, sehingga kebutuhan rata-rata adalah 500.000 ton/ tahun. Di Indonesia umumnya bawang putih diusahakan pada dataran medium hingga tinggi (>700 m dpl) seperti Tuwel – Tegal, Tawangmangu – Karang Anyar dan Magelang (Jateng), Batu, Malang (Jatim) dan Ciwidey (Jawa Barat), Sembalun (Kab. Lombok Timur, NTB).
Sentra produksi bawang putih di Indonesia terletak antara lain di Kab. Tegal, Kab. Temanggung, Kab. Temanggung, Kab. Karangganyar, Kab. Bener Meriah, Kab. Solok, Kab.Tabanan, Kab. Lombok Timur dan Kab. Bima.
Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu provinsi yang potensial dalam pengembangan bawang putih di Indonesia. Kabupaten Lombok Timur merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menghasilkan bawang putih. Berdasarkan data produksi dari Dinas Pertanian Kab. Lombok Timur, total produksi bawang putih di Kab. Lombok Timur tahun 2024 sebesar 6.054 ton dengan luas tanam 472 ha, ujar Fitriah SP selaku Fungsional Pengawas Mutu Pangan Ahli Muda.
“Kecamatan di Kabupaten Lombok Timur yang menghasilkan bawang putih terdapat di Kec Suela, Wanasaba dan Sembalun. Adapun kecamatan yang paling berpotensial dalam pengembangan bawang putih terdapat di Kec. Sembalun. Produksi bawang putih di Kec. Sembalun tahun 2024 adalah 5822 kuintal dengan luas tanam sebanyak 411 ha” tambah Fitria.
KWT Putri Rinjani Sejahtera merupakan salah satu pelaku usaha UMKM Hortikultura yang mengembangkan olahan bawang putih yang beralamat di Dusun Bebante, Desa Sembalun Bumbung, Kec. Sembalun, Kab. Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat.
“ KWT Putri Rinjani Sejahtera berdiri tahun 2012 dengan jumlah anggota 42 orang” ujar Syae’un selaku pendiri sekaligus ketua KWT. Syae’un merupakan seorang ibu kepala sekolah di Madrasah Tsanawiyah (Mts) dan kepala sekolah di Paud Al- ikhlas.
“Desa Sembalun Bumbung memiliki potensi kekayaan alam melimpah dengan panorama alam yang indah, hasil pertanian dan perkebunan juga beragam seperti bawang putih, tomat, kentang, stroberi, kacang merah dan lain-lain’ ujar Fitriah. Namun harga hasil produksi terkadang naik turun, yang mengakibatkan petani tidak menjual hasil panennya karena harga di pasaran sangat rendah. Keinginan untuk berinovasi membuat olahan dari hasil pertanian dan perkebunan menjadi sebuah produk industri rumah tangga yang hasil dan harganya sangat bagus sehingga ada peningkatan nilai tambah melalui proses industri, menjadi motivasi Fitriah untuk mengembangkan olahan bawang putih.
KWT Putri Rinjani mengolah bawang putih menjadi bawang hitam melalui proses pengeringan di oven pengering dan penanak nasi (magic com). Bawang putih segar diambil dari lahan Ibu Syae’un dan lahan dari anggota KWT. ‘ Tahapan dalam membuat black garlic adalah bawang putih dikeringkan terlebih dahulu sampai benar-benar kering, kemudian dibersihkan, lalu dipilah-pilah (sortasi) untuk membedakan besar dan kecilnya, kemudian bawang putih dimasukkan dalam oven pengering selama 4 hari dengan suhu 500 C, lalu dimasukkan lagi dalam penanak nasi (magic com) selama 15 hari, setelah 15 hari, baru dimasukkan ke oven pengering selama 22 jam. Setelah selesai bawang putih dikeluarkan, dinginkan dan siap untuk dikemas,” ujar Syae’un.
Proses perubahan dari bawang putih menjadi bawang hitam ini disebut fermentasi. Selama proses fermentasi, bawang putih mengalami reaksi Maillard dan menimbulkan reaksi kimia yang mengubah warna, tekstur, aroma, dan rasa bawang. Harga black garlic biasa per 100 gram Rp. 50.000, black garlic tunggal Rp. 60.000, serta black garlic nunggal dan madu Rp. 100.000.
KWT Putri Rinjani mengolah bawang hitam black garlic menjadi produk makanan yang bermanfaat bagi kesehatan (anti kolesterol) dengan 6 varian rasa. KWT juga mengolah produk lain yakni stick strawbery, selai strawbery, dodol strawbery, minuman segar strawbery dalam kemasan botol dan olahan kopi (Kopi Arabica Sembalun, Kopi Robusta Sembalun, Kopi Lanang Sembalun). Hasil-hasil pertanian yang sudah diolah tersebut dipasarkan dengan brand “MALSY” diantaranya adalah awang, Strowbery, Kentang, Kacang Merah, Kopi, Wortel, Ashitaba (Seledri dari Jepang), Beat, Daun Mint, Beras Merah, serta Madu Hutan Sembalun, dll. Pemasaran dari produk KWT djual ke Bali, dan pusat oleh-oleh di Kota Mataram seperti SASAKU, Titian Hidayah dan Sentra Oleh-oleh Lestari.
‘Produk black garlic KWT Putri Rinjani sudah mencapai Singapura sejak tahun 2018-2020, dengan omzet sekitar 9 sampai dengan 11 juta rupiah per bulan. Namun dampak Pandemi Covid-19 menyebabkan permintaan dari Singapura terhenti sejak bulan Februari 2020” ujar Syae’un. Namun untuk pasar kopi, masih proses perjanjian kerjasama dengan pengusaha di Abudhabi dan KWT telah mengirimkan sample coffee bean” tambah ibu lulusan Institut Agama Islam Hamzanwadi Pancor.
Syae’un kerap menjadi narasumber di beberapa event di MA Wanasaba, Universitas Mataram, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kwt Binaan Unram di hotel Lombok raya, Hotel Bintang Senggigi, fasilitator nasional BPOM dan lain-lain.
Berkat kerja kerasnya dalam mengembangkan black garlic, Syae’un masuk dalam Calon Penerima UPAKARTI 2024 Kategori Jasa Pengabdian.
Plt Direktur Jenderal Hortikultura (Dr. Ir. Muhammad Taufiq Ratule, M.Si) menyatakan bahwa Direktorat Jenderal Hortikultura mendorog penumbuhan dan pengembangan UMKM Hortikultura guna meningkatkan nilai tambah produk hortikultura baik segar maupun olahan. Selain itu, penumbuhan UMKM Hortikultura diharapkan mampu mengatasi surplus produksi komoditas segar sehingga selaras dengan program pembangunan pertanian untuk menghasilkan komoditas hortikultura hilir yang unggul dan berdaya saing tinggi. Sampai tahun 2023 terdapat 760 UMKM Hortikultura yang sudah dikembangkan, beberapa sudah mulai menghasilkan serta terus dikembangkan pada tahun 2024 dengan target 185 UMKM di lokasi sentra produksi hortikultura yang menghasikan sesuai dengan kriteria penerima bantuan yang dipersyaratkan.
Senada dengan hal tersebut, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura (PPHH), Hotman Fajar Simanjuntak, ST, MM menyampaikan bahwa Direktorat PPHH telah mengalokasikan bantuan sarana prasarana pascapanen dan pengolahan yang dialokasikan untuk pelaku usaha yang sesuai kriteria yang ditetapkan untuk mendukung penumbuhan UMKM Hortikultura di Indonesia. KWT Rinjani merupakan salah satu penerima bantuan sarana prasarana pascapanen dan pengolahan tahun 2022. “Melalui bantuan tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk hortikultura, seperti black garlic di Sembalun serta inovasi diversifikasi produk yang bermanfaat bagi peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani hortikultura,” pungkas Hotman.
Penulis :
Henni Kristina Tarigan, SP, ME
(Fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian Ahli Madya)