Rilis Kementan, 10 Juli 2019
Nomor : 543/R-KEMENTAN/07/2019
Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai terobosan untuk memacu produksi, mutu hasil panen dan ekspor produk hortikultura terutama di era digital saat ini. Salah satu yang kini gencar dilakukan adalah mengkonsolidasikan kelembagaan usaha petani di kawasan-kawasan produksi hortikultura yang terhubung langsung dengan jejaring ekspedisi kargo, gudang serta sistem pemasaran berbasis daring (online)
Kebijakan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman untuk meningkatkan ekspor dan hilirisasi produk ini, diyakini dapat memacu pertumbuhan produksi, perbaikan mutu hasil panen dan memperluas akses pemasaran bagi para petani hortikultura.
“Untuk meningkatkan skala ekonomi usahatani, kita himpun dan korporasikan kelompoktani kecil-kecil di kawasan hortikultura membentuk badan usaha sejenis koperasi. Dengan begitu bisa diseragamkan dan diatur input produksi, cara berbudidaya hingga pengelolaan pascapanen dan pemasarannya,’’ ujar Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Suwandi, saat membuka Pertemuan Nasional Perencanaan Hortikultura di Yogyakarta (10/7/2019).
Suwandi menjelaskan mengkorporasikan kelompoktani kecil ini pada prinsipnya agar bagaimana biaya produksi petani bisa efisien dengan kualitas dan produktivitas yang optimal sekaligus terhubung dengan sistem logistik dan pemasarannya. Terkait kawasan produksi hortikultura khususnya aneka cabai dan bawang merah akan diprioritaskan untuk pengembangan di luar Pulau Jawa, untuk wilayah Jawa fokus ke hilirisasinya.
“Kami terus mendorong dan menumbuhkan Pasar Lelang di setiap kawasan produksi. Sudah berjalan pasar lelang di 13 kabupaten sentra cabai. Pasar Lelang ini gunanya untuk memotong rantai pasok, menciptakan satu harga di satu kawasan serta petani bisa dapet uang langsung karena sifatnya cash and carry,” jelasnya.
Suwandi menegaskan saat ini untuk komoditas cabai sudah berkembang, dan akan disusul komoditas lain yang rentan fluktuatif harganya seperti bawang merah. Kementan juga gencar menghubungkan para petani hortikultura dengan pelaku usaha untuk pemasaran hasil produksi baik secara langsung maupun lewat daring.
“Kita sudah punya aplikasi pemasaran daring yang mengintegrasikan petani hortikultura by name by address dengan pelaku usaha, eksportir dan 30 puluhan startup produk pertanian. Nama aplikasinya Sartika atau Sistem Informasi Agribisnis Hortikultura,” tegasnya.
“Aplikasi ini sangat memudahkan pelaku usaha mendapatkan informasi ketersediaan produk. Petani juga terbantu memasarkan produksinya,” tambahnya.
Lebih lanjut Suwandi menekankan terhubungnya kawasan produksi hortikultura dengan sistem ekspedisi dan logistik ini diyakini akan memacu pertumbuhan ekspor dan produksi nasional. Hasil pertanian harus didukung dengan fasilitas cargo yang terjangkau harganya supaya lebih kompetitif. Pasar induk atau wholeseller didesain lebih modern, bersih dan ekonomis supaya kualitas produk terjaga, aktivitas transaksi lebih lancar.
“Kita optimalkan pemanfaatan gudang penyimpanan (warehouse, red) berkapasitas besar yang dilengkapi sistem rantai-pendingin seperti yang sudah dibangun di Surabaya, Makasar, Medan dan kota-kota pelabuhan lainnya serta terkoneksi wholeseller yang menyajikan produk Indonesia di Singapura, Malaysia, Hongkong, dan pusat pasar luar negeri lainnya,” terangnya.
“Konektivitas sistem agribisnis dari hulu hingga hilir di dalam kawasan dengan pasar ini menjamin pertanian Indonesia lebih maju dan unggul dalam pentas pertanian dunia, sebagaimana arahan Mentan Andi Amran Sulaiman untuk mendorong ekspor dan mewujudkan Visi Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia 2045,” pinta Suwandi.