Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian menyelanggarakan Forum Cabai Nasional 2024 guna mendukung pengendalian inflasi nasional dan upaya memperkuat ketersediaan komoditas strategis cabai nasional. Forum ini diselenggarakan di Grand Sheraton Gandaria City, Selasa (3/9) dengan mengusung tema “Strategi Pengamanan Ketersediaan Komoditas Cabai Mendukung Pengendalian Inflasi Nasional”.
Terkait komoditas hortikultura, dalam suatu kesempatan, Menteri Pertanian RI Andi Amran Sulaiman menegaskan pentingnya meningkatkan produksi yang berdaya saing.
“Kita harus meningkatkan produksi cabai dan bawang merah agar kebutuhan konsumsi nasional tercukupi, dan selebihnya bisa diekspor,” ujar Mentan Amran. Sektor pertanian, menurutnya, adalah komponen ekonomi yang sangat strategis dalam menggerakkan perekonomian nasional.
Muhammad Taufiq Ratule selaku Plt. Direktur Jenderal Hortikultura dalam sambutannya memaparkan bahwa masih terdapat tantangan dan kendala dalam melakukan pengembangan cabai nasional, seperti ketimpangan produksi antarwilayah.
“Ketimpangan produksi ini memunculkan predikat wilayah surplus dan wilayah minus. Selain itu, ketidakseimbangan rantai nilai baik di sisi produsen yakni petani, pelaku usaha, maupun sisi konsumen juga masih menjadi tantangan cabai nasional,” ujar Taufiq saat membuka acara.
Taufiq menambahkan, diselenggarakannya kegiatan ini salah satunya adalah untuk menemukan dan menghadirkan solusi bagi tantangan cabai nasional tersebut.
“Melalui forum ini, saya harap seluruh pihak terkait bisa saling berdialog dan berkomunikasi. Bersama menghadirkan solusi yang konkret untuk meningkatkan produksi cabai, mewujudkan keseimbangan produksi, dan menjaga stabilitas stok serta harga di pasaran,” lanjut Taufiq.
Hadir mewakili Menteri Pertanian RI, Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Ali Jamil menyampaikan bahwa inisiasi Forum Cabai Nasional 2024 ini merupakan langkah awal yang baik untuk menjaga stabilitas cabai.
“Diskusi bersama ini kita dilakukan dengan tujuan membahas pengendalian pasokan dan harga cabai. Saya kira setidaknya perlu ada tiga poin utama dalam diskusi ini, yaitu upaya peningkatan produksi cabai nasional, pemetaan kendala dan masalah dalam penyediaan cabai nasional, dan pengembangan cluster cabai guna mendukung pengendalian inflasi,” terang Ali.
Untuk menunjang program dan kebijakan stabilitas pasokan produk sayuran dan tanaman obat, Ditjen Hortikultura membangun Sistem Monitoring Sayuran dan Tanaman Obat (SIMANTAB) yang turut diluncurkan pada Forum Cabai Nasional 2024 ini.
“Ditjen Hortikultura telah memiliki Early Warning System (EWS) untuk memprediksi kelebihan atau kekurangan produksi selama 3 bulan ke depan, sehingga dapat diambil kebijakan yang tepat. SIMANTAB ini merupakan digitalisasi dari EWS sehingga data dapat diakses lebih mudah dan akurat,” jelas Ketua Kelompok Sayuran Buah, Mutiara Sari selaku penanggung jawab SIMANTAB.
Forum Cabai Nasional 2024, menurut Ketua Asosiasi Champion Cabai lndonesia (ACCI), Tunov Mondro Atmodjo, sudah direncanakan sejak lama.
“Sebetulnya kegiatan ini sudah diharapkan sejak lama agar kami menjadi salah satu aktor mengambil peran dalam forum-forum percabaian tingkat nasional, kami sangat mengapresiasi akhirnya forum ini dapat terlaksana,” ujar Tunov.
Lebih lanjut Tunov memaparkan bahwa untuk membantu mengendalikan inflasi, selama ini Champion Cabai lndonesia telah memiliki strategi yang dilakukan dengan rutin.
“Kita lakukan mulai dari menata pola tanam yang artinya dari Januari sampai Desember. Kita jaga pertanaman agar panen dan bisa berlanjut sepanjang tahun. Kemudian kami juga berkordinasi dengan daerah-daerah untuk memenuhi kebutuhan dari daerah surplus ke daerah yang defisit,” lanjut Tunov.
Tunov berharap di tahun-tahun berikutnya forum ini dapat dilaksanakan secara rutin agar semua yang stakeholder bisa duduk bersama-sama mencari solusi bersama agar komoditas cabai nasional ini bisa menjadi sesuai harapan pemerintah dan masyarakat.