Penulis : Henni Kristina Tarigan, SP, ME
PMHP Madya
Subang – Salah satu fokus Kementerian Pertanian (Kementan) di antaranya meningkatkan pengembangan dan pemasaran hasil pertanian. Plt. Menteri Pertanian Arief Prasetyo Adi dalam keterangan persnya beberapa waktu lalu mengungkapkan dukungannya pada UMKM sektor pertanian.
“Ekosistem pangan nasional ini bukan hanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional, tetapi didorong untuk memenuhi kebutuhan pangan Asia Tenggara, atau bahkan dunia dengan skema ekspor setelah cadangan pangan pemerintah tercukupi. Dengan demikian perlu adanya peningkatan kualitas dari budidaya hingga pasca panennya. Kita harus ikut serta menumbuhkan UMKM khususnya sektor hortikultura,” ujar Arief.
Komoditas mangga merupakan salah satu buah unggulan yang memiliki pasar cukup besar baik domestik maupun internasional. Oleh karena itu, menghasilkan buah mangga yang bermutu merupakan tantangan bagi petani dan pelaku usaha dalam agribisnis mangga.
Mangga memiliki berbagai keunggulan dibandingkan komoditas buah lainnya. Keunggulan tersebut antara lain dapat diusahakan pada berbagai agroekosistem yang tersebar di seluruh Indonesia. Buah ini memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi, varietas yang beragam dan multi guna serta dapat dikonsumsi sebagai buah segar maupun olahan.
Daerah penyebaran mangga cukup luas mulai dari pekarangan, ladang maupun sebagian dalam bentuk perkebunan. Indonesia telah mengembangkan luasan areal kebun mangga sehingga potensi buah mangga untuk diperdagangkan akan terus meningkat.
Beberapa sentra produksi mangga di Indonesia antara lain terdapat di Kabupaten Indramayu, Cirebon, Subang, Majalengka Tegal, Pekalongan, Kudus, Pati, Magelang, Boyolali, Karanganyar, Pasuruan, Probolinggo, Nganjuk hingga Pamekasan.
Kabupaten Subang di Provinsi Jawa Barat adalah salah satu lokasi sentra potensial untuk tanaman mangga. Kelompok Tani Mangga Cengkir Gajah adalah salah satu pelaku usaha yang mengembangkan berbagai tanaman mangga. Beberapa varietas yang dikembangkan dan dominan ditanam petani antara lain harum manis, golek, gedong gincu dan mangga cengkir. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Kabupaten Subang, beberapa kecamatan yang menjadi sentra mangga potensial di Kabupaten Subang antara lain Tambakdahan, Binong, Cisalak, Compreng, Cibogo, Pusakanagara, Patokbeusi dan lain-lain.
Kelompok Tani Mangga Cengkir Gajah terletak di Kampung Krajan, RT 05/RW 02, Desa Bojonegara, Kec. Tambakdahan, Kabupaten Subang dengan Cecep Hendra berperan sebagai ketua kelompok.
“Kelompok kami beranggotakan 200 orang, namun yang aktif saat ini sebanyak 50 orang dengan luas lahan 200 ha,” ujar Cecep. “Mangga cengkir memiliki keunggulan antara lain cara budidaya yang mudah dan menghasilkan banyak buah apabila pemeliharaan dilakukan dengan maksimal, potensi gagal yang lebih kecil dibanding tanaman mangga yang lain dengan produksinya sebesar 24 ton per ha.”
Cecep menyebutkan, pemasaran mangga cengkir dilakukan ke Pasar Induk Carigin, Pasar Tanah Tinggi Tangerang dan Pasar Induk Kramat Jati. Harga buah mangga cengkir berkisar dari harga Rp 8 ribu/kg untuk harga terendah dan Rp 24 ribu /kg untuk harga tertinggi. Panen raya umumnya pada November sampai Desember. Jumlah pertanaman tertinggi terdapat di Kecamatan Tambakdahan sejumlah 65 ribu pohon.
“Jumlah total tanaman mangga di Kabupaten Subang berdasarkan data triwulan IV tahun 2022 sebanyak 283.698 pohon,” ujar Kepala Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Kabupaten Subang, Endra Mulyawan.
Manfaat Bantuan Ditjen Hortikultura Dirasakan Kelompok Tani
Direktorat Jenderal Hortikultura melalui Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, pada 2023 telah mengalokasikan bantuan sarana dan prasarana pascapanen (bangsal) serta prasarana pengolahan kepada Kelompok Tani Mangga Gajah Cengkir.
Bantuan yang diberikan berupa bangsal pascapanen beserta sarana pascapanen yaitu motor roda tiga, keranjang panen, bak pencuci, meja peniris, meja pengemas; dan sarana pengolahan berupa mesin peniris, vacum frying dan mesin filling. Sarana pasca panen dan pengolahan tersebut dipergunakan untuk mengolah mangga menjadi keripik mangga. Pengolahan keripik mangga sudah dilakukan namun masih dalam skala yang terbatas karna keterbatasan produksi. Pemasaran mangga dilakukan ke toko-toko oleh-oleh dan beberapa tempat wisata.
Sebagai penerima bantuan, selain mengolah keripik mangga, Cecep juga mengolah pisang menjadi berbagai keripik aneka rasa. Dengan mesin peniris, dihasilkan pisang dengan rasa original, keju, coklat, rumput laut dan balado.
“Keripik pisang dari kelompok sudah memiliki ijin PIRT dan memiliki merek dagang Kree Vix dan keeripik pisang Kamuta adalah cemilan tradisional yang diolah dari bahan lokal alami yang dipersembahkan oleh para Petani Muda/Petani Milenial Kab. Subang untuk para Jawara Camilan,” lanjut Cecep.
Peran Ditjen Hortikultura Mengembangkan UMKM Hortikultura
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menyatakan bahwa jajarannya mendorong penumbuhan dan pengembangan UMKM guna meningkatkan nilai tambah produk hortikultura baik segar maupun olahan.
“Penumbuhan UMKM hortikultura mampu meningkatkan surplus produksi komoditas segar sehingga selaras dengan program pembangunan pertanian yang unggul dan berdaya saing tinggi. Selang 2021-2023 terdapat 465 UMKM yang berproduksi, menghasilkan dan mulai memasarkan,” papar Prihasto.
Prihasto menerangkan, peningkatan kinerja ekspor buah mangga dapat dilakukan melalui penerapan sistem jaminan mutu di seluruh rantai produksi. Konsistensi mutu dapat dijamin melalui diterapkannya standardisasi produk hasil pertanian dari hulu ke hilir. Dimulai dari tingkat produksi (Good Agricultural Practices), penanganan pasca panen (Good Handling Practices), pengolahan (Good Manufacturing Practices) dan di tingkat distribusi hingga produk sampai ke tangan konsumen.
“Total quality management tersebut sangat diperlukan untuk menjamin mutu produk buah mangga sehingga buah mangga Indonesia memiliki daya saing secara nasional ataupun internasional,” imbuhnya.
Senada, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Bambang Sugiharto menyampaikan dengan adanya bantuan sarana dan prasarana pascapanen serta sarana pengolahan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk hortikultura khususnya tanaman mangga di Subang.
“Harapannya tentu dapat meningkatkan pendapatan melalui diversikasi produk dari produk segar menjadi produk olahan yang bermanfaat bagi kesehatan. Mangga yang dihasilkan juga tetap berkualitas dari segi penyimpanan dan distribusi. Kami juga berharap mampu mengurangi pencemaran lingkungan dan pengolahan limbah serta meningkatkan nilai manfaat untuk kesehatan alami non kimia,” pungkas Bambang.