Rilis Kementan, 26 Agustus 2019
Nomor : 754/R-KEMENTAN/08/2019
Bawang merah (Allium ascolentum L) merupakan salah satu komoditas sayuran kaya gizi, kalium, serat, asam folat dan kalsium yang berpotensi untuk dijadikan produk olahan. Sayangnya saat ini harga bawang merah sedang mengalami penurunan. Di Bantul saat ini harga di tingkat petani hanya Rp 5 ribu per kg. Tentunya ini merugikan petani. Oleh karena itu, dibutuhkan proses pengolahan agar meningkatkan nilai tambah dan saya saing bawang merah.
Untuk mendukung kemajuan usaha pengolahan bawang di sentra kawasan produksi hortikultura, baru – baru ini, Direktorat Jenderal Hortikultura melakukan bimbingan teknis kepada 30 petani asal 13 provinsi bertempat di Jogjakarta. Narasumber yang dihadirkan antara lain dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Daerah Istimewa Yogyakarta serta bidang Teknologi Pascapanen dan Pengolahan Bawang oleh tim dosen Fakultas Teknologi Pertanian (FTP) Universitas Gajah Mada (UGM).
“Dengan adanya bimbingan teknis pengolahan bawang ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing sehingga dapat meningkatkan ekonomi. Selain itu aplikasinya dapat mengatasi masalah ketika harga cabai sedang anjlok,” ujar Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Sasongko.
Selama acara, peserta diberikan pengetahuan dan praktek membuat bawang goreng, acar bawang, minyak bawang serta sambal bawang. Olahan bawang tersebut dapat diolah dengan alat pengolahan sederhana serta proses membuatnya mudah. Dengan demikian peserta diharapkan bisa langsung mempraktekannya dalam ragam skala usaha tertentu.
“Ini peluang baik untuk masyarakat di sekitar sentra bawang merah. Saat panen melimpah, bisa terselamatkan dengan diolah menjadi produk olahan yang bernilai ekonomi tinggi. Teknologinya sudah tersedia, bahan baku melimpah, peluang pasarnya besar dan akses permodalan juga relatif gampang sekarang ini,” ujar Kasubdit Pengolahan Hortikultura, Dyah Ismayaningrum.
Sebagai civitas pertanian, FTP UGM turut andil dan mendukung pengolahan bawang merah. Praktek inovasi ilmiah yang bermanfaat bagi petani dan masyarakat menjadi wadah bagi para akademisi untuk saling berbagi.
“Adanya sinergi antara pemerintah, akademisi serta praktisi yang dituangkan seperti ini diharapkan terus berlanjut untuk meningkatkan nilai tambah produk hortikultura serta meningkatkan daya saing pelaku usaha olahan hortikultura,” ujar Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerja Sama dan Alumni FTP UGM, Sri Rahayoe.
Peserta sangat antusias dalam mengikuti acara bimbingan teknis pengolahan bawang. Tidak hanya mendapatkan ilmu, peserta juga dapat menambah relasi belajar dan diskusi mengenai pemasarannya.
“Dengan adanya bimtek ini dapat membuka wawasan dan menambah relasi serta saling bertukar informasi antara pelaku pengolahan bawang baik dari alat olahan, cara packaging, pemasaran sampai inovasi olahannya,” ujar salau satu peserta asal Provinsi Gorontalo, Rahyul.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Yasid Taufik berharap bantuan fasilitasi sarana pengolahan bawang seperti alat pemotong/ pengiris bawang, pengorengan, spinner, pengering atau oven, alat packaging, hand sealer dan beberapa alat lain dapat bermanfaat bagi para petani.
“Penerima bantuan sarana pengolahan ini juga dapat kreatif dan inovatif sehingga bentuk olahan baik mutu, jenis dan kemasannya dapat bersaing dengan produk lain. Dengan adanya fasilitasi bantuan sarana pengolahan ini maka kelompok tani/pelaku usaha tersebut dapat memanfaatkan bantuan sarana pengolahan yang diterima dengan baik. Bermanfaat untuk meningkatkan nilai tambah, meningkatkan daya saing produk dan mengendalikan fluktuasi harga pada saat produksi melimpah,” tutup Yasid.
Penulis : Nindy
Editor : Desy