Saat ini panen bawang merah di lahan pantai seluas 15 hektare di Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul DI Yogyakarta, sebagian hasilnya kurang menggembirakan. Beberapa petani di Desa Srigading Sanden mengakui, rendahnya hasil panen dan kualitas bawang merah ditengarai akibat cuaca dingin dan serangan ulat daun yang menyerang tanaman bawang merah lahan pantai. Akibatnya, bawang merah yang dihasilkan mutunya rendah dan tidak mampu disimpan lama. Kondisi itu sempat membuat petani lahan pantai selatan Bantul gusar. Beberapa petani bahkan menggelar aksi bagi-bagi gratis bawang merah kualitas rendah tersebut kepada para pengguna jalan raya Bantul meskipun yang dibagikan hanya sekitar 1 kuintal.
Plt. Kepala Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Bambang Pin Erwanta, saat dihubungi (25/8) mengatakan pihaknya sudah mensosialisasikan pola tanam kepada petani bawang merah di wilayahnya agar petani bisa mendapatkan harga yang pantas saat panen.
“Sampai saat ini harga bawang merah di tingkat petani masih berkisar Rp 7 – 10 ribu per kilogram. Kemungkinan besar dalam beberapa waktu ke depan diperkirakan justru cenderung naik meski tidak besar,” ujar Bambang.
Pihaknya tidak menampik pemberitaan adanya bawang merah yang hanya dihargai sekitar Rp 5 ribu per kilogram, namun dirinya menegaskan bahwa bawang merah tersebut kualitasnya memang rendah.
“Serangan ulat daun menyebabkan sebagian bawang merah kualitasnya rendah. Terpaksa petani menjual dengan harga murah ke pedagang untuk dilempar ke pasar konsumsi. Hasil panen bawang merah dari lahan pantai Sanden sudah tersalur ke pasar Jogja, Solo, Bandung dan kota-kota lain. Karena kualitas yang kirang bagus, bawangnya juga tidak mampu disimpan lama di gudang. Rugi sih pastinya,” imbuh Bambang.
Dirinya menjelaskan, lahan bawang merah di Kabupaten Bantul sekitar 600 hektare. Paling banyak di Kecamatan Kretek 250 hektare, disusul Sanden 200 hektare dan sisanya di Imogiri yang dikenal dengan bawang merah organiknya.
“Luas lahan pantai di Sanden sendiri sebenarnya hanya sekitar 15 hektaran. Secara pola tanam, jadwal panen di lahan pantai memang lebih duluan, lalu disusul yang di lahan sawah,” terang Bambang.
Pihaknya memastikan pertanaman bawang merah di lahan sawah yang berjumlah ratusan hektar saat ini dalam kondisi baik. Diyakini pada saat panen raya pada akhir Agustus hingga awal September nanti harganya normal karena kondisi tanamannya memang bagus, tidak seperti yang di lahan pantai.
Menurut Bambang, petani di wilayahnya sudah menanam bawang merah sejak dulu. “Kawasan selatan Bantul seperti Sanden, Kretek, Imogiri dan sebagian Srandakan sudah terkenal sebagai sentra bawang merah sejak dulu. Varietas yang ditanam beragam, mulai dari Biru Lancor, Lokal Crok Kuning, Super Philip dan terakhir mencoba benih varietas Tajuk asal Nganjuk Jawa Timur,” katanya.
Informasi terkini di Nganjuk sedang memasuki musim panen raya dengan luasan lebih dari 3 ribu hektare. Demikian juga Brebes dan Kuningan yang sama – sama memasuki masa panen. Sejauh ini, lanjut Bambang, harganya masih relatif stabil normal.
Petugas Penyuluh Lapang Kecamatan Sanden, Wikan, saat ditemui menjelaskan musim dingin di daerah pesisir pantai selatan memicu munculnya embun upas yang memicu jamur dan dapat merusak tanaman.
“Upaya penangannya, tanaman harus disiram sebelum matahari terbit. Terkait ulat daun, sebagian petani ada yang berimprovisasi memangkas daun yang terkena ulat, lalu disemprot Zat Perangsang Tumbuh (ZPT), ternyata cukup efektif juga. Nah, mungkin rendahnya hasil panen di beberapa lahan petani kemarin karena ada yang telat melakukan perlakuan-perlakuan tersebut,” ujar Wikan.
Saat ini para petani bawang merah di Sanden Bantul dan sekitarnya sudah banyak yang mencoba mengembangkan bawang merah dari biji atau dikenal sebagai _True Shallot Seed (TSS)_ lewat program APBN Direktorat Jenderal Hortikultura.
“Hasilnya sangat bagus, keringnya saja bisa dapet lebih dari 12 ton per hektare. Saat panen kemarin, petani kami bahkan bisa menjual seharga Rp 15 ribu per kilogram. Kedepan kami akan dorong terus petani mengembangkan TSS ini,” pungkas Wikan.
Berdasarkan data rancangan manajemen pola tanam Kementerian Pertanian, Kabupaten Bantul hanya perlu tanam 591 hektare per tahun untuk memenuhi kebutuhan lokalnya. Produksi bawang merah Bantul saat ini diperkirakan sudah surplus sekitar 3.900 ton lebih sehingga mampu menopang pasokan bagi daerah lain di wilayah DIY dan sekitarnya.