Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas hortikultura jenis sayuran umbi penting di Indonesia yang dapat dijadikan pangan alternatif, sebagai sumber karbohidrat kaya protein dan sebagai penunjang diversifikasi pangan. Selain itu semakin berkembangnya industri makanan ringan dan restoran cepat saji yang salah satu bahan bakunya kentang, meningkatkan permintaan produk kentang aman konsumsi.
Salah satu faktor risiko dalam usaha tani kentang sejak di lapangan sampai penyimpanan adalah Nematoda Sista Kentang / NSK (Globodera rostochiensis), di luar negeri disebut Potatoes Cyst Nematode. Gejala kentang terserang NSK ditandai dengan penurunan produksi mencapai 70 %, dari produksi normal 25 ton /ha, turun menjadi 10 ton/ha, bahkan sampai 5 ton /ha (kehilangan hasil 75%). Menurut Achrom (2011), asumsi penurunan hasil karena NSK pada tingkat serangan rendah (20 telur/g tanah) secara nasional penurunan hasil 133.062 ton senilai Rp. 532.284.000.000. Saat populasi NSK di suatu daerah sangat tinggi penurunan hasil mencapai 80% (848.644 ton) atau senilai Rp. 3.394.576.000.000,-.
Dari data Direktorat Perlindungan Hortikultura, awal mula serangan NSK di Indonesia pada Maret 2003, pertama kali dilaporkan menyerang tanaman kentang (varietas granola) di Dusun Sumber Brantas, Desa Tulung Rejo, Kecamatan Bumi Aji, Kota Batu, Jawa Timur. Benih kentang ditanam tahun 2002 dilaporkan berasal dari Jerman, tetapi para petani sudah menanam benih impor tahun 1986. Tanaman komersial yang diserang dan menjadi inang utama NSK adalah tanaman kentang (Solanum tuberosum), tomat (Lycopersicon esculentum), dan terung (S. melongena).
Taksonomi dan Biologi (klasifikasi) G. rostochiensis : Kingdom : Animalia ; Filum : Nematoda; Ordo : Tylenchida; Famili : Heteroderidae; Genus : Globodera; Species : G. rostochiensis (Wollenweber, 1923) Behrens. Sinonim : Heterodera rostochiensis (Wollenweber 1923). Nama Umum : Yellow potato cyst nematode, golden potato cyst nematode, golden nematode (English) Nématode doré de la pomme de terre (French) Kartoffelnematode (German) Nemátodo dorado (Spanish). Spesies nematoda yang termasuk genus Globodera diketahui ada 14 spesies yang masing – masing memiliki inang spesifik. Spesies paling dikenal merusak tanaman kentang ada 2 (dua) yaitu : G. rostochienses (Nematoda Sista Kentang) dan G. pallida (Nematoda Sista Putih). Perbedaan utama kedua spesies Globodera tersebut terletak pada warna sista dewasa betina dan stiletnya.
NSK pertama kali ditemukan di Jerman tahun 1913, saat ini telah tersebar di berbagai daerah di Eropa. Selain G. rostochiensis terdapat pula G. pallida yang sangat mirip, tetapi terdapat perbedaan beberapa karakter morfologi. G. rostochiensis merupakan organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) A2 Golongan II sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pertanian Nomor 38/Kpts/HK.060/1/2006 Tgl. 27 Januari 2006 junto Keputusan Kepala Badan Karantina Pertanian No 28 Tahun 2009 tentang Jenis-Jenis Organisme Pengganggu Tumbuhan Karantina Golongan I Kategori A1 dan A2, Golongan II Kategori A1 dan A2, Tanaman Inang, Media Pembawa dan Daerah sebar, sedang G. pallida merupakan OPTK A1 Golongan II.
G. rostochiensis dalam perkembangannya melalui tahapan stadium telur, larva dan dewasa. Siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung 38 – 48 hari. NSK betina bersifat amphimictic, berbentuk bulat (globose), sessile, dan motile (bergerak). NSK jantan berbentuk seperti cacing (vermiform). Daur hidup antara 5 – 7 minggu tergantung kondisi lingkungan dengan produksi telur 200-500 butir. Kemampuan bertahan hidup NSK pada kondisi lingkungan kurang menguntungkan (tidak ada inang, suhu sangat rendah, suhu tinggi dan kekeringan) membentuk sista. Nematoda aktif kembali setelah kondisi lingkungan sesuai, terutama adanya eksudat akar tanaman inang. Sista dapat bertahan lebih dari 10 tahun.
Larva NSK stadium dua aktif pada suhu 100C, suhu optimum menginfeksi 160C, kisaran suhu optimum untuk pertumbuhan dan perkembangan antara 15 – 210C, kisaran pH yang dapat ditoleransi sesuai untuk kentang. Diperlukan waktu 7 – 8 tahun dari saat introduksi sampai “establish” dan pada tingkat yang dapat dideteksi pada areal yang terinfeksi keberadaannya secara permanen. Gejala serangan mulai tampak setelah mencapai populasi “tertentu”, pada awal infeksi gejala masih belum tampak. Larva NSK terdiri atas empat stadium, larva stadium 2 (dua) resisten, dorman (bertahan) dan merupakan stadium infektif, berada dalam telur di dalam sista. Sista tetap berada dalam tanah pada kedalaman 30cm setelah inang mati. Setelah menetas, larva stadium 2 (dua) masuk ke akar tanaman inang, pada bagian ujung akar atau akar lateral baru. Selanjutnya bergerak menjauh dari ujung akar sebelum mulai makan pada sekelompok sel pericycle, cortex, atau sel endodermis dan makan sampai menjadi dewasa.
Di Indonesia, penyebaran NSK meliputi daerah sentra kentang di Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, Probolinggo dan Kabupaten Magetan Provinsi Jawa Timur; Kabupaten Temanggung, Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah; Kabupaten Karo, Simalungun, Dairi dan Tapanuli Utara, Provinsi Sumatera Utara; Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Kabupaten Garut dan Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa Barat.
Faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap perkembangan NSK adalah biotik (tanaman dan organisme yang lain), dan abiotik (tanah, suhu, kelembaban, senyawa kimia dll). Aktivitas larva berlangsung pada suhu mulai 100C dan terhenti pada suhu 400C. Tipe tanah berpengaruh terhadap laju perkembangan NSK, larva yang menetas pada tanah berpasir jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan tanah gembur dan tanah liat. Beberapa nematoda dapat bertahan sampai 28 tahun dalam tanah yang dingin. Eksudat akar dari tanaman inang dapat merangsang 60 – 80 % larva untuk menetas. Laju perkembangbiakan pada tanaman inang tergantung kepadatan populasi awal, disebabkan adanya kompetisi untuk ruang pada akar yang berpengaruh terhadap sex ratio.
NSK mengambil nutrisi tanaman dari akar dengan melukai akar sehingga pasokan nutrisi dan air ke batang dan daun berkurang sehingga tanaman tumbuh kerdil. Tingkat infestasi yang sedang (moderate) mempunyai pengaruh terhadap penurunan pertumbuhan atau terhadap jumlah umbi yang dihasilkan dan ukuran umbi kentang. Populasi NSK dalam tanah dalam jumlah yang cukup dan menimbulkan kerusakan tanaman terjadi apabila penanaman kentang dilakukan berulang kali. Peningkatan populasi memerlukan waktu 5 -7 tahun atau lebih setelah NSK terintroduksi di lapangan sebelum terjadi kerusakan tanaman atau kehilangan hasil.
Setelah lahan terinfestasi NSK ditanami berkali – kali baru tampak gejala kerusakan tanaman. Gejala diawali dengan pertumbuhan tanaman kerdil secara spot – spot. Apabila infestasi NSK berkembang maka spot tanaman kerdil di lapangan menjadi meluas. Infestasi NSK yang berat menyebabkan tanaman layu, terutama pada siang hari, pertumbuhan terhambat atau kerdil, serta perkembangan akar terhambat. Artikel selengkapnya bisa didownload di sini