Sulsel – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menekankan pada setiap kunjungannya bahwa pemerintah fokus terhadap kesejahteraan para petani. Salah satu capaiannya terlihat dari kenaikan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) sejak masa kepemimpinannya.
“Ekspor pertanian naik 29 persen pada 2018. PDB pada 2004 naik dari Rp 900 triliun meningkat menjadi Rp 1400 triliun pada 2018,” ujarnya saat menghadiri pertemuan dengan 10 ribu petani di Tana Toraja, Selasa (12/3).
Bertemakan mengembalikan kejayaan rempah dan komoditas perkebunan, Menteri asal Sulawesi Selatan ini juga fokus dengan pembangunan hortikultura.
“Pembangunan hortikultura akan menyesuaikan kondisi lahan di Tana Toraja. Saya kirim Kepala Badan Litbang untuk lihat potensi apa di sini. Kalau cocok mangga, kita kirim. Kalau cocok durian kita kirim. Kalau petani mau minta kita kasih dan itu semua gratis untuk petani. Potensi kita besar sekali,” jelasnya.
Bupati Tana Toraja, Nicodemus Biringkanae menyambut bangga tawaran Menteri Pertanian. “Dalam hal itu juga kami bersinergi untuk penguatan lembaga petani dan usaha rakyat untuk Tana Torja. Kami melakukan apa yang diprogramkan Kementan. Bantuan Kementan banyak sekali. Ini mendorong ketahanan pangan dan pendapatan masyarakat Tana Toraja.”
Nicodemus menggarisbawahi pembangunan pertanian di wilayahnya bertujuan meningkatkan pendapatan petani. “Targetnya meningkatkan pendapatan masyarakat dari Rp 300 ribu menjadi Rp 700 ribu, menangkal kemiskinan dan merambah pendapatan.”
Felicitas Tallulembang, anggota DPR RI komisi IV mendukung langkah Kementan. “Setiap lokasi yang dikunjungi pemerintah pasti efeknya bagus untuk masyarakat karena pada hakekatnya pemerintah itu melayani masyarakat. Dana yang diolah APBN adalah dana rakyat.”
Dalam prakteknya, Komisi IV DPR RI dengan Menteri Pertanian saling bersinergi dalam pertanian. Semua fraksi bersepakat untuk masyarakat dalam banyak hal. Salah satunya menilik potensi hortikultura di Tana Toraja.
“Hortikultura juga sudah kami masukkan di sini, ada bawang, cabai dan lain – lain. Komisi IV dan Kementerian Pertanian merancang memasukkan anggaran baik untuk Tana Toraja maupun Toraja Utara pada 2019 ini,” jelas Felicitas.
Anggota DPR asal Tana Toraja ini meyakini ke depan potensi hortikultura akan sangat berkembang. Ini akan berefek pada devisa dan pemasukan masyarakat lebih bagus. Ekspor hortikultura juga bisa didorong dari daerah ini.
“Sangat bisa. Komisi IV dan Kementan akan mendorong itu. Bisa dalam bentuk bantuan UMKM. Petani – petani muda di seluruh daerah diharapkan muncul secara mandiri dan mendatangkan devisa,” jelasnya.
Tumbuhnya Petani Milenial
Latief, sosok petani muda anggota Kelompok Tani Madandan penerima bantuan benih bawang merah Ditjen Hortikultura. Sehari – hari dirinya membudidayakan tanaman cabai, tomat dan sayuran secara organik di atas lahan 10 hektare. Bersama 10 orang petani di kelompoknya menyuplai Pasar Rantepao dan Pasar Bolu.
“Sekarang kesadaran masyarakat untuk memakan makanan organik yang sehat semakin besar. Penjualan sayur organik meliputi pasar – pasar daerah Tana Toraja,” ujarnya.
Menariknya, lahan pertanian miliknya merupakan integrasi tiga komoditas sekaligus. Ini diyakininya sebagai upaya mewujudkan budidaya ramah lingkungan.
“Di kelompok kami ada integrasi peternakan, perikanan dan hortikultura. Pupuk dari ternak karena kita sedang mengurangi bahkan menghilangkan pestisida berbahan kimia. Pertanian berbasis organik penting untuk menjaga keamanan konsumen,” jelasnya.
Membentuk penyadaran budidaya organik diakuinya membutuhkan waktu dan ketelatenan. Salah satu upaya mewujudkannya adalah melalui dukungan kaum muda.
“Kita menggalakkan pemuda untuk menjadi petani. Jangan gengsi. Saya terjun ke pertanian karena melihat potensi di Tana Toraja. Pasar kita miliki lalu apa yang menghambat untuk bertani?”
Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Tana Toraja, Sumedi menyebutkan bahwa Dinas Pertanian Kabupaten Tana Toraja memiliki paket pengembangan ramah lingkungan sekitar Rp 200 juta yang diharapkan dapat meningkatkan pemasukan petani.
“Melihat antusiasme petani, kami terus mendukung terus karena ada atau tidaknya bantuan mereka memang aktifitasnya bertanam. Yang berkembang adalah cabai, bawang dan kentang dan itu menjadi konsentrasi anggaran Pemerintah Daerah,” jelasnya.
Â
Geliat Hortikultura di Tana Toraja
Purnomo, Kasudit Produksi dan Kelembagaan Benih mengatakan bahwa cabai, bawang dan kentang mulai menggeliat di wilayah ini. Dalam kesempatan ini diserahkan bantuan benih cabai sejumlah 24,5 hektare untuk enam kelompok tani. Bawang merah biji 3 hektare untuk dua kelompok tani karena sementara ini untuk bantuan diarahkan untuk pembelajaran dengan metode pengembangbiakan biji.
“Umumnya pengembangan dengan umbi. Kita coba kenalkan dengan biji. Kalau biji lebih mudah karena kalau umbi biaya untuk transportasi, distribusi dan penyimpanan agak repot. Kalau biji lebih simpel. Ke depan, pengembangan bawang merah mengarah dengan biji,” jelasnya.
Petani Agustina, KWT Batu Bunggu mengaku senang mendapat bantuan benih cabai.
“Saya petani sawi sangat senang dan mesyukuri bantuan yang diberikan Bapak Menteri Pertanian. Kami akan mencoba tanam cabai ini. Harga cabai di sini Rp 20 ribu per kg,” ujarnya.