Selama puluhan tahun, sistem pertanian hortikultura yang masih dilaksanakan secara konvensional selalu mengandalkan penggunaan input kimiawi / bahan sintetik yang berbahaya untuk meningkatkan hasil atau produksi pertanian. Peningkatan input energi seperti pupuk kimia, pestisida maupun bahan kimia lainnya dalam pertanian dengan tanpa melihat kompleksitas lingkungan disamping membutuhkan biaya usaha tani yang tinggi, juga merupakaan penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan. Hal ini menuntut adanya penerapan teknologi yang dapat mempertahankan dan meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian lingkungan. Salah satu inovasi yang dapat dilakuka n adalah penerapan sistem pertanian ramah lingkungan dan berkelanjutan yaitu dengan pengelolaan sumberdaya secara efektif dari segi ekologi maupun ekonomi (Arimbawa, 2016).
Sampai saat ini petani masih menggunakan pestisida kimia sintetis dalam mengelola OPT, karena dianggap lebih menguntungkan dengan pertimbangan daya racun atau daya bunuh pestisida kimia sintetis terhadap OPT yang tinggi dan cepat, namun penggunaan racun pestisida yang berlebihan, selain semakin resistennya OPT terhadap racun pestisida, juga dapat mencemari lingkungan. Selain itu juga racun pestisida cenderung harganya meningkat, sehingga secara ekonomis tidak memberikan peningkatan nilai produksi (Wedastra dkk, 2020).
Berbagai teknik pengendalian yang dapat digunakan untuk mengendalikan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) pada komoditas Hortikultura telah banyak diketahui dan dihasilkan dari berbagai kajian serta penelitian, juga dari berbagai pengalaman para petani hortikultura di lapangan. Beberapa teknik pengendalian OPT diketahui dapat efektif jika dilakukan secara tunggal atau mandiri dengan aplikasi yang terpisah, namun pada praktiknya di lapangan, tidak ada teknik tunggal pengendalian yang dapat memberikan hasil dengan tingkat keefektifan yang konsisten. Oleh karena itu diperlukan adanya pengintegrasian beberapa teknik pengendalian yang saling mendukung antara masing – masing teknik pengendalian untuk menghasilkan efek pengendalian yang selain efektif juga dapat memiliki jangka waktu yang tahan lama (durable), bersifat aman terhadap lingkungan serta pada organism non sasaran. Kombinasi atau hasil pengintegrasian beberapa taktik pengendalian OPT ini dikenal luas dengan istilah strategi pengelolaan terpadu atau pengelolaan hama terpadu (PHT).
Selengkap klik Disini
Disusun dari berbagai sumber oleh :
Hendry Puguh Susetyo, SP, M.Si
Fungsional POPT Ahli Muda – Direktorat Perlindungan Hortikultura