Tahun 2025 ini, Indonesia berkesempatan menjadi tuan rumah Forum Indonesia, Malaysia, Thailand Growing Triangle atau IMT-GT. Melalui tema “Project on Economic Herb Production and Propagation Management Throughout Value Chain”, Indonesia mengenalkan budidaya lengkuas dan hilirisasi hortikultura sebagai model dalam membangun keberlanjutan usaha tani hortikultura untuk menciptakan nilai tambah bagi petani.
“IMT-GT merupakan peluang untuk saling bertukar best practice budidaya dan hilirisasi produk hortikultura melalui penguatan kolaborasi antara petani, dunia usaha dan pemerintah untuk peningkatan daya saing global dan perluasan pasar,” ujar Plt. Direktur Jenderal Hortikultura, Muhammad Taufiq Ratule saat menghadiri rangkaian acara IMT-GT di Kabupaten Banyuasin dan Kota Prabumulih, Provinsi Sumatra Selatan, awal Mei 2025 lalu.
Taufiq menambahkan pula perlunya peningkatan kerja sama antar ketiga negara dalam memperkuat jejaring untuk meningkatkan taraf hidup petani, menjamin keberlanjutan sumber daya alam, serta meningkatkan daya saing produk hortikultura di tingkat global.
Hadir dalam pembukaan Forum IMT-GT, Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Andi Muhammad Idil Fitri menyampaikan bahwa baik Indonesia, Malaysia, maupun Thailand memiliki kekayaan plasma nutfah, kearifan lokal, dan inovasi luar biasa di bidang pertanian.

“Apa yang dimiliki ketiga negara ini menjadi peluang unik untuk dikembangkan. Melalui Forum IMT-GT, kami berharap seluruh delegasi dapat saling bertukar pengetahuan praktis, memperkuat rantai nilai, serta mengeksplorasi solusi kebijakan dan teknologi untuk dapat mengakselerasi daya saing, menjamin kualitas, serta membangun pertumbuhan yang inklusif,” ujar Idil.
Para delegasi yang hadir di Forum IMT-GT kemudian dikenalkan pada Kampung Lengkuas seluas 200 Ha di Kabupaten Banyuasin yang secara rutin memasok kebutuhan 2 ton per hari untuk daerah Palembang dan sekitarnya. Sementara itu, Kota Prabumulih juga turut mengenalkan capaian pemberdayaan petani melalui usaha diversifikasi produk hortikultura, terutama nanas dan jahe, menjadi beragam produk konsumsi dan sandang.

“Kami melihat IMT-GT memiliki tujuan penting untuk percepatan pertumbuhan ekonomi di wilayah barat ASEAN serta membentuk subkawasan yang terintergrasi, inovasi, inklusif, dan berkelanjutan. Kami harap, forum ini mampu mendorong motivasi petani di Sumatra Selatan, termasuk Banyuasin dan Prabumulih untuk memperluas pasar,” ujar Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatra Selatan, H. R. Bambang Pramono.
Antusiasme para delegasi terlihat saat mengunjungi bangsal pascapanen di Desa Karya Mulia, Kota Prabumulih untuk melihat dan mencicipi berbagai produk olahan tanaman biofarmaka, pembuatan serat nanas, dan melihat berbagai produk kerajinan dari daun nanas. Produk-produk ini telah memiliki pasar yang merambah hingga ke mancanegara.

“Usaha pembuatan serat nanas ini zero waste,” ujar Agus, Pengelola Koperasi Miwa Pineapple.