Rilis Kementan, 30 Agustus 2021
Nomor : 818/ R-KEMENTAN/8/2021
Memperingati HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76, Kementerian Pertanian di bawah kepemimpinan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyelenggarakan berbagai kegiatan sepanjang bulan Agustus. Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto memberikan arahan kepada jajarannya di Direktorat Jenderal Hortikultura untuk turut berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan tersebut, salah satunya dengan mengadakan Bimtek On The Spot bertemakan Merdeka Panen dan Tanam.
“Melalui kegiatan Merdeka Panen dan Tanam, petani dari berbagai daerah dapat bergabung langsung dari lahannya secara daring untuk melakukan panen atau tanam komoditas hortikultura. Kegiatan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa petani-petani yang ada sangat hebat dan luar biasa, serta dapat menjadi inspirasi sekaligus motivasi untuk meyakinkan bahwa petani lainnya juga mampu untuk berhasil dalam bertani. Bertani itu keren”. Demikian keterangan dari Retno Sri Hartati Mulyandari, Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura selaku koordinator Bimtek seri Hortikultura.
“Kita bisa untuk berbuat lebih dari apa yang saat ini kita lakukan. Yang tidak tahu menjadi tahu dan yang sudah tahu menjadi lebih tahu. Yang sudah paham juga dapat berbagi ilmu kepada orang lain,” ujar Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Tommy Nugraha saat membuka Bimtek On The Spot: Grower on Stage, Petani Merdeka, Petani Bertanya,
Petani Menjawab.
Bimtek On The Spot kali ini menghadirkan 4 (empat) orang petani sayuran dan tanaman obat yang mewakili kelompok taninya, yakni Kelompok Tani Muda Sejahtera Temanggung, Kelompok Tani Gemah Ripah Malang, Kelompok Petani Muda Keren Bali, dan Kelompok Tani Sumber Jaya Bekasi. Keempat petani ini saling berbagi pengalaman bertani dan juga momen panen serta tanam yang sedang mereka lakukan.
Kelompok Tani (KT) Muda Sejahtera dari Kab. Temanggung sudah mulai melakukan penanaman cabai di lahan seluas 10 hektar. Ketua KT Muda Sejahtera, Sarmadi mengucapkan banyak terima kasih atas fasilitas yang diberikan oleh Kementan. Selanjutnya, Sumardi menjelaskan bahwa KT Muda Sejahtera memilih varietas cabai yang tahan terhadap virus dan hingga saat ini masih terus belajar untuk memahami proses penanaman serta budidayanya.
KT Muda Sejahtera ingin melakukan kegiatan borong cabai hasil petani dan berniat untuk mendorong petani yang lain untuk tetap berjuang dan ikut membeli hasil pertanian agar petani dapat menikmati hasil yang layak.
“Kami berharap kepada pihak yang berkaitan dengan pertanian untuk mendukung program kami saat ini dan kami para petani siap untuk menjalankan program food estate,” ujar Sarmadi.
Beralih ke sentra produksi cabai di Malang, Jawa Timur, hasil panen KT Gemah Ripah mencapai 30 ton/hari dari lahan seluas 360 hektar. Ketua KT Gemah Ripah, Yogiantoro mengungkapkan bahwa hasil panen tersebut ditujukan untuk mencukupi kebutuhan cabai di Pasar Induk Kramat Jati. Adapun varietas cabai yang dibudidayakan adalah varietas mhanu prentul. Varietas ini dipilih karena sangat digemari oleh pedagang di Jakarta.
Pada kesempatan Bimtek On The Spot ini, Yogiantoro juga meminta saran kepada Direktorat Jenderal Hortikultura dan petani lainnya untuk meningkatkan produksi serta memaksimalkan keuntungan dari harga jual yang murah.
“KT Gemah Ripah meminta masukan bagaimana untuk meningkatkan produksi dan juga mengatasi harga yang murah ini sehingga masih mendapatkan keuntungan,” ucap Yogiantoro.
Langsung dari Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Bali, Ketua KT Petani Muda Keren (PMK), Gede Suardita mengungkapkan bahwa kelompok taninya menerapkan konsep tumpang sari serta sudah menggunakan teknologi mekanisasi dan internet untuk budidaya sayuran buah dan sayuran daun.
“Konsep bertani yang dilakukan kelompok tani kami adalah tumpang sari karena lahan di sini merupakan lahan yang kecil. Paling luas itu 1 hektar,” jelas Gede.
Konsep tumpang sari digunakan untuk mengantisipasi harga yang tidak menentu. Salah satu tanaman bisa saja kemungkinan memiliki nilai jual tinggi dan ada juga yang rendah. Sementara itu, sistem perawatan sudah menggunakan sistem budidaya smart farming, yakni pertanian yang berbasis internet untuk meningkatkan petani untuk melakukan perawatan seperti pemupukan dan pemanenan. Gede memaparkan bahwa keuntungan penggunaan internet ini adalah adanya kontinuitas dalam berproduksi.
Tidak hanya petani, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Garut, Beni Yoga turut bergabung pada kegiatan Bimtek On The Spot. Beni menjelaskan salah satu komoditas andalah Kabupaten Garut adalah kunyit. Berdasarkan data yang ada, Kabupaten Garut merupakan produsen kunyit terbesar di Jawa Barat dengan luas lahan sekitar 600-700 hektar di Kecamatan Slawi.
“Selain memproduksi produk segar, kami juga sudah mulai mengolah simplisia dan kami berharap adanya dukungan infrastruktur untuk pascapanennya. Mudah-mudahan untuk ke depannya kunyit dapat kita fokuskan ke pengembangan sehingga diharapkan hal tersebut menjadi salah satu komunitas yang mendongkrak terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Garut,” ujar Beni.
Masih di Jawa Barat, KT Subur Jaya yang mengelola lahan tanaman obat lengkuas di Kecamatan Setu, Kabupaten Bekasi bergabung untuk menyemarakkan Merdeka Panen. Ketua KT Subur Jaya, Nian Abadi menyampaikan lahan tersebut dapat menghasilkan panen 15-25 ton per hektarnya. Hal ini tergantung dari kesuburan tanah, perawatan lahan, penyiangan rumput, dan sebagainya. Dari panen tersebut, KT Subur Jaya setidaknya mendapatkan laba Rp30 juta.
“KT Subur Jaya berharap untuk mendapatkan bantuan kepada pihak Kementan, pihak suportir, dan Dinas Pertanian agar harga ke depan lebih baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan para petani di Desa Mukti Jaya, Bekasi,” papar Beni.