Rilis Kementan, 5 September 2021
Nomor : 832/R-KEMENTAN/9/2021
Kementerian Pertanian di bawah komando Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo senantiasa berkomitmen untuk mewujudkan pertanian maju, mandiri, dan modern yang menyejahterakan petani. Sebagai bentuk upaya mewujudkan arahan tersebut, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto menyampaikan bahwa secara konsisten, tim Ditjen Hortikultura melakukan edukasi pada masyarakat dan petani terkait tata kelola budidaya yang baik, salah satunya adalah bagaimana cara pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) yang ramah lingkungan.
Ramah lingkungan yang dimaksud adalah meminimalisir penggunaan pestisida kimia dan memilih cara-cara yang disediakan alam. Dewasa ini masyarakat kian sadar untuk mengonsumsi pangan yang aman dan sehat.
“Kegiatan bimtek ini bertujuan untuk menyebarluaskan informasi dan mengedukasi masyarakat terkait upaya pengendalian Organisme Pengganggi Tanaman (OPT) Hortikultura. Usai webinar atau virtual literacy ini diharapkan jika ada OPT tidak buru-buru dibasmi dengan bahan kimia, namun dikendalikan dengan bahan-bahan alami. Semoga ilmu yang diberikan dapat bermanfaat dan diterapkan sehingga menghasilkan produk pertanian yang aman dikonsumsi,” ucap Sekretaris Direktorat Jenderal Hortikultura, Retno Sri Hartati Mulyandari saat memberi sambutan pada acara pembukaan bimtek bertajuk Konservasi dan Augmentasi Musuh Alami Serangga Hama dalam Pengendalian Hayati OPT Kampung Hortikultura, Kamis lalu.
Pengendalian hama hayati ini, kata Retno, di antaranya dapat memaksimalkan serangan musuh alami secara alamiah menjadi mangsa dari hama. Hal tersebut merupakan salah satu simbiosis mutualisme bagi tanaman.
“Alam ini sebenarnya luar biasa, terdapat keseimbangan didalamnya. Hanya bagaimana kita memanfaatkan potensi keseimbangan alam untuk teknologi pertanian,” terang Retno.
Keunggulan pengendalian hayati yang dapat digarisbawahi yaitu tingkat keberhasilan pengendalian hama yang tinggi dengan biaya yang rendah dalam periode waktu yang sama. Agens pengendalian hayati aktif mencari mangsa tumbuh dan berkembang mengikuti dinamika populasi mangsanya sehingga terjadi keseimbangan ekosistem.
Pengendalian hayati tidak berpengaruh negatif terhadap manusia dan lingkungan. Beberapa tipe agen pengendali hayati dapat digunakan sebagai insektisida hayati serta spesies hama tidak mampu berkembang menjadi resisten terhadap agen pengendali hayati.
Seperti yang ada pada legacy Ditjen Hortikultura, kampung hortikultura merupakan satuan kampung yang terintegrasi dan terfokus dalam satu desa. Bantuan pemerintah disentralisasikan, seperti benih, pupuk bahan pengendali OPT serta sarana dan prasarana.
“Hal ini sesuai dengan Arah kebijakan pembangunan pertanian yaitu pertanian yang maju, mandiri dan modern. Harus bertindak cerdas, tepat dan cepat dalam mencapai kinerja yang lebih baik dan maju, mengoptimalkan sumber daya yang dimiliki serta memanfaatkan teknologi dan digitalisasi,” tambah Retno.
Dari hasil sementara kajian yang dilakukan oleh Departemen HPT Fakultas Pertanian UGM, Suputa mengatakan bahwa dengan menyemprotkan insektisida kimia di lahan 200 hektare, pohon mangga yang paling banyak terbunuh adalah golongan hama dengan sekitar 55 persen.
“Golongan polinator sekitar 15 persen, musuh alami sebesar 24 persen dan serangga lainnya berkisar 6 persen,” papar Suputa, Dosen Faperta UGM.
Beberapa permasalahan yang ada seperti pengendalian alami lebih mendominasi daripada pengendalian kimia. Suputa menyebutkan, pengambilan keputusan oleh petani terkadang dilakukan tanpa memperhitungkan keberadaan dari musuh alami hama, evaluasi berkala terkadang tidak dilakukan, serta belum ada toko yang menjual parasitoid.
“Saya menjalankan produksi kumbang kripto dengan mendapatkan beberapa manfaat seperti memakan predator hama kutu putih pada tanaman serta menciptakan hasil tanaman pangan yang sehat,” ujar penggiat pertanian ramah lingkungan dan produsen kumbang kripto, Ahmad Sofyan.
Kepala BPTPH Jawa Tengah Herawati mengatakan, sudah banyak kegiatan yang dilakukan di lingkungannya terkait penggunaan agens hayati.
“Antara lain penguatan kelembagaan perlindungan, gerakan pengendalian secara ramah lingkungan, fasilitasi pembuatan bahan pengendali ramah lingkungan, serta penanganan dampak perubahan lingkungan (DPI),” terangnya.
Penggunaan refugia memiliki beberapa keuntungan seperti pestisida berkurang drastis, banyak ditemukannya parasitoid, petani kini semakin pintar untuk membuat sendiri rumah (PGPR, PESNAB, STMA, POC), ekosistem lahan yang semakin baik, serta biaya produksi petani dapat semakin ditekan.
“Tanaman refugia dipilih karena diharapkan bisa menyehatkan para petani, tanaman, lahan dan konsumen yang ikut mengonsumsi tanaman ikut sehat serta bermanfaat untuk ke depannya,” ungkap Petani Hortikultura Milenial, Shofyan Adi.
Shofyan menyebutkan banyak keuntungan dari penggunaan refugia yang antara lain mudah untuk didapatkan, murah, mudah dibudidayakan dan mudah berkembang biak.
Pengendalian OPT secara ramah lingkungan harus terus dilakukan, sebab ini merupakan kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan petani dan untuk meningkatkan daya saing terutama pada sektor pertanian di Indonesia.