Rilis Kementan, 1 September 2019
781/R-KEMENTAN/09/2019
Jakarta – Indonesia merupakan negara penghasil nanas terbesar dunia. Data BPS menunjukkan produksi nasional nanas pada 2018 mencapi 1,8 juta ton. Sebagian besar ekspor dalam bentuk olahan dan hanya sebagian kecil segar. Ekspor nanas segar pada 2018 Indonesia sebesar 13.366 ton atau setara kurang lebih Rp 117 miliar. Saat ini Kementan tengah membuka pasar nanas segar ke berbagai negara, di antaranya Amerika Serikat dan Tiongkok.
Pola hidup sehat dan tren _back to nature_ menyebabkan pergeseran permintaan pasar dunia untuk beralih ke nanas segar ketimbang olahan. Ini peluang emas bagi Indonesia yang memang memiliki potensi produksi sangat besar.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman saat berada di Tangggamus menyatakan dukungannya terhadap pengembangan kawasan korporasi ini. Dirinya menyatakan bahwa Ditjen Hortikultura menyiapkan program grand design pengembangan hortikultura di antaranya nanas.
“Diharapkan melalui program tersebut Indonesia dapat mempertahankan posisinya sebagai eksportir nanas no. 1Â dunia. Dengan demikian dapat meningkatkan penerimaan devisa negara sekaligus meningkatkan kesejahteraan petani,” tutup Liferdi.
Untuk mendukung ekspor, kontrol mutu dan pasokan merupakan kunci penting dalam budidaya buah antioksidan ini. Para petani harus dilatih untuk mengintroduksi sistem agribisnis yang kuat dalam proses tanam. Pihak swasta sebagai _off taker_ menjadi mitra petani untuk menjaga kerja sama bisnis. Perusahaan perlu membina dan mengawal teknologi budidaya agar produksi berstandar ekspor.
Pemerintah bersama perusahaan swasta perlu saling mendukung. Kementan sebagai regulator turut menjembati perusahaan dan petani membentuk kerja sama korporasi. Sebagai contoh, korporasi pisang di Tanggamus – Lampung antara PT. GGP dengan para petani lokal.