Rilis Kementan, 7 Agustus 2019
No : 653/R – KEMENTAN/08/2019
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman dalam berbagai kesempatan menekankan agar ekspor pertanian kian digalakkan. Dengan potensi yang dimiliki Indonesia, peluang usaha florikultura seperti anggrek untuk pasar domestik dan internasional terbuka lebar mulai dari jasa dekorasi, pertamanan hingga pariwisata. Cakupan pemasarannya juga dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis seperti dalam botolan, kompot, tanaman pot remaja atau dalam bentuk bunga potong.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman, Selasa (6/8) berkesempatan melepas 2000 tanaman anggrek untuk diekspor ke Jepang. Sebanyak 31 karton bertuliskan “Made in Indonesia” dengan isi asing-masing 40 tanaman siap diberangkatkan ke negeri sakura. Menariknya, hingga saat ini belum ada pesaing ekspor dari negara lain. Indonesia hingga kini masih mendominasi pasar internasional terkait ekspor anggrek.
“Potensi bisnis tanaman anggrek lokal masih sangat besar karena keunggulannya, yaitu ragam genetiknya yang belum tentu ada di negara lain. Oleh karena itu, pemerintah optimis permintaan akan aneka tanaman florikultura asal Indonesia akan selalu meningkat dan kebutuhan internal akan semakin terpenuhi,” ujar Liferdi.
PT. Ekakarya Graha Flora merupakan produsen anggrek terbesar di Indonesia yang secara konsisten mampu menjamin kualitas, kuantitas dan kontinuitas pasokan kepada konsumen. Produsen anggrek yang berdiri sejak 1997 ini telah berlangganan mengekspor anggreknya ke Jepang dan Singapore. Selain ekspor, permintaan domestik juga terus meningkat terutama pada hari raya seperti Lebaran dan Natal.
Perusahaan ini memproduksi anggrek bulan (phalaenopsis), dan anggrek dendrobium dalam bentuk tanaman dan benih. Benih yang dihasilkan sangat membantu mengurangi impor sebanyak 30 persen. Hal ini sejalan dengan upaya Kementerian Pertanian meningkatkan ekspor di berbagai sektor pertanian.
“Anggrek yang kami ekspor ke Jepang adalah anggrek putih sedangkan ke Singapura ada yang merah dan putih. Harga tanaman anggrek yang diekspor senilai Rp 67 ribu per tanaman. Total nilai ekspor ke Singapura dan Jepang saat ini mencapai sepuluh ribu pohon,” ujar Direktur Marketing PT. Ekakarya Graha Flora, Joko As’ad.
Dalam sambutannya, Liferdi mengungkapkan bahwa Kementerian Pertanian selalu mendukung kegiatan ekspor dan memastikan proses perizinan berjalan dengan lancar dan tidak ada hambatan.
“Dulunya butuh waktu delapan hari, saat ini hanya membutuhkan waktu tiga jam. Kata kunci teknologi adalah mempermudah, mempermurah dan simple. Hanya mungkin dibutuhkan kebiasaan dan pengalaman. Sekarang kita ada di era 4.0, mau tidak mau, digitalisasi harus dilalui kalau tidak (kita) akan tertinggal,” ungkap Liferdi.
Menanggapi hal tersebut, Joko sangat setuju bahwa selama ini perizinan ekspor sangat dimudahkan dan tidak ada kendala. Dia merasakan justru sangat dipermudah.
“Dengan sistem online sekarang, semua berjalan dengan baik, jadi tidak harus menunggu lama untuk perizinan. Untuk urusan dokumen, tidak ada masalah sama sekali, sangat membantu,” ujarnya.
Sebagai informasi, produksi anggrek tiap tahun terus meningkat. Berdasarkan data BPS, produksi anggrek pada 2018 naik sebanyak 23,3 persen dibanding 2017. Begitu juga dengan nilai ekspor naik hingga 19 persen. Pada 2017, ekspor anggrek sebesar 43 ribu kilogram dengan nilai Rp 4,4 miliar. Sedangkan 2018, naik sebanyak 19 persen dengan volume mencapai 51 ribu kilogram dengan nilai hingga Rp 4,8 miliar.
_Perlakuan Anggrek Ekspor_
Perlu diketahui bahwa tanaman anggrek yang akan diekspor sudah mengalami proses khusus yaitu pengurangan penyiraman air dengan tujuan tanaman lemas dan tahan di dalam _packaging_. Anggrek yang akan diekspor sengaja dibuat tidak dalam keadaan segar karena beresiko patah saat dipacking. Namun demikian jika sudah sampai tujuan akan kembali segar lagi hanya dengan disiram kembali.
Tanaman anggrek yang akan diekspor pun belum berbunga karena tanaman akan dikirimkan ke _grower_ (petani). Jika tanaman berbunga di tempat tujuan ekspor maka usianya akan lebih panjang. Selain itu, anggrek juga memiliki kebutuhan khusus agar bisa berbunga, yaitu harus berada di ketinggian tertentu. Oleh karena itu, produsen membungakan tanaman anggrek mereka yang sudah berumur 18 bulan ke Sukabumi. Lalu, setelah empat bulan, tanaman akan berbunga.