*Rilis Kementan, 29 April 2020*
Nomor : 391/R-KEMENTAN/04/2020
BATANG – Pendemi Covid-19 di Indonesia membuat sebagian besar aktivitas harus dilakukan dari dalam rumah. Namun berbeda dengan aktivitas bertani. Produksi tak bisa berjalan bila petani tak turun ke lahan.
Nur Kholis salah satu petani Milenial di Kabupaten Batang Jawa Tengah mengungkapkan bahwa dirinya tetap berproduksi paprika meskipun virus corona tengah mewabah.
“Kami tetap produksi paprika, yang dulu awalanya hanya satu screen house sekarang sudah lima screen house,” ucap Kholis penuh rasa bangga dalam keterangannya di Batang, Rabu (29/4).
Nur Kholis bercerita jika dirinya mengembangkan paprika menggunakan screen house di ketinggian 850-1050 Mdpl. Masing-masing screen house ditanami 5.000 batang pohon. Budidaya paprika ini sudah dgeluti selama kurang lebih 6 kali musim tanam.
Satu musim tanam, kata dia, bisa enam hingga sembilan bulan. Pada bulan ketiga, tanaman mulai panen dan pemetikan dilakukan setiap sekali dalam sepekan hingga mencapai 30 kali petik.
“Produktivitas per pohonnya bisa mencapai 3 kilogram,” tambah Nurkholis.
Nur Kholis mengungkapkan bahwa budidaya paprika ini dirasa sangat menguntungkan. Sebab income yang diperoleh dalam satu kali musim tanam kurang lebih bisa mencapai 450 juta. Sedangkan biaya pembuatan screen housenya hanya 250 juta.
“Itu bisa dipakai hingga lima tahun. Kalau ditambah biaya produksi per musim per pohon yang hanya Rp 30.000,- rupiah. Artinya dengan harga jual yang cenderung stabil pada rata-rata Rp 30.000 per kilogram diriya bisa mendapatkan keuntungan hingga Rp 50 jt per musim tanam,” ungkap dia.
Dia mengungkapkan, potensi pasar paprika masih luas. Dilihat dari kuota produksi yang ada baru bisa memenuhi kurang lebih 70% dari permintaan di Indonesia. Jangkauan pasar Nur Kholis sendri telah sampai ke wilayah Jakarta, Bandung, Bali, Malang dan Jawa Timur.
“Untuk kondisi saat ini memang pemasaran agak tergangu namun masih tetap jalan,” tandas pria kelahiran batang itu.
Selain mengetahui pasar, ia juga mengatakan tips sukses menjadi petani paprika cukup mudah yakni memahami teknik budidaya yang baik dan mengetahui komponen-komponen input khusunya benih dan nutrisinya.
Ke depan dirinya juga berencana akan membangun lima screen house lagi untuk meningkatkan volume produksi paprikanya. Adapun jenis paprika yang dikembangkan adalah paprika merah, kuning dan hijau.
Ia juga bersyukur karena pernah memdapatkan bantuan dari Kementerian Pertanian berupa mobil cool storage untuk menyimpan dan mengangkut hasil produksinya. Bantuan tersebut merupakan bentuk komitmen Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL). SYL ingin para petani lokal tersebut diberdayakan, khususnya untuk meningkatkan kualitas produk pertanian yang dihasilkan.
Melihat kegigihan Nur Kholis tersebut, Plt Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Sukarman, sangat mengapresiasi dan berharap agar sosok Nur Kholis bisa menjadi contoh bagi petani-petani yang lain.
“Saya sangat bangga dengan kegigihan Pak Nur Kholis, dirinya sudah membuktikan bahwa jika suatu usahatani ditekuni dapat terus berkembang,” ujar pria yang akrab dipanggil Karman ini.
Nur Kholis, lanjut Karman, juga mampu membaca dan memanfaatkan peluang-peluang pasar sayuran khususnya untuk komoditas paprika. “Jika membutuhkan tambahan modal, bisa mengagkses KUR yang merupakan program Kementan tahun ini,” tutup Karman.