Petani apel di Batu, Jawa Timur, berharap pemerintah melarang dan menarik semua apel impor dari peredaran, menyusul ditemukannya bakteri dalam apel asal Amerika bermerek Granny Smith dan Gala. “Jangan sampai menulari apel lokal,” kata petani apel asal Kecamatan Bumiaji, Batu, Wito Argo, pada Selasa, 27 Januari 2015.
Wito menuturkan apel tersebut harus ditarik dari pasaran karena bisa mencemari buah lokal. Apalagi, ujar dia, saat ini apel lokal terjangkit berbagai penyakit yang menyebabkan buah cepat membusuk. Lalat buah dan kutu trips merupakan hama momok petani apel karena mengisap cairan tanaman. Jika serbuan hama itu tak segera ditangani, tanaman akan mengering dan mati. (Baca: Empat Persoalan Menjerat Petani Apel Malang)
Pemerintah juga harus membatasi buah impor agar buah lokal punya peluang berkembang. Wito yang memiliki 1.300 batang pohon apel mengaku memetik sekitar 45 ton tiap masa panen. Namun harga apel lokal tengah terpuruk, utamanya jenis ana, room beauty, dan manalagi, hingga Rp 5.000-5.500 per kilogram
Data Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu menyebutkan, pada 2010 jumlah pohon apel di Kota Batu sebanyak 2.574.852 batang. Dari jumlah itu, 1.974.366 batang masih produktif. Tingkat produksi apel mencapai 842.799 kuintal per tahun dengan produktivitas per pohon hanya 17 kilogram. (Baca: Ahok Larang Dua Buah Apel Amerika Ini di Jakarta)
Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Batu Arief As Sidiq mengakui luas kebun apel di Batu terus menyusut. Semula, luas kebun apel mencapai 1.900 hektare. Namun saat ini luasnya menyusut menjadi 1.600 hektare. Adapun jumlah tanaman apel pada 2010 sebanyak 2.604.829, dan sekarang tersisa 1,4 juta. “Rata-rata produksinya sebanyak 150 ton per bulan,” ujar Arief.
Menyusutnya lahan apel, tutur dia, disebabkan oleh suhu udara di Batu yang tidak sedingin dulu, sehingga produktivitas tanaman turut anjlok. Suhu udara di Batu saat ini rata-rata sekitar 26 derajat Celsius, padahal apel tumbuh dalam suhu 20-21 derajat Celsius. “Pemanasan suhu terjadi akibat pembukaan hutan pada sekitar 1990,” tuturnya.
Untuk mempertahankan perkebunan apel, Pemerintah Kota Batu melakukan program peremajaan bibit tanaman. Sebanyak 4.000 bibit per tahun dibagikan kepada petani apel, terutama petani dengan modal pas-pasan.
(Sumber : Tempo, Tgl 27 Januari 2015)