Lombok (13/7) – Lombok Timur merupakan salah satu sentra besar bawang putih di Indonesia, disusul Malang, Tegal, Temanggung dan Karanganyar. Potensi lahan yang tersedia mencapai 4 ribu hektare dengan tiga kali musim tanam.
Komisi IV DPR RI yang dipimpin Wakil Ketua, Viva Yoga Mauladi mengunjungi Desa Sembalun Bumbung, Kecamatan Sembalun, Kabupaten Lombok Timur. Sebagai salah satu penghasil bawang putih, masyarakat sekaligus petani tampak antusias dan senang atas kehadiran rombongan saat panen bawang putih.
Dalam sambutannya, Viva mendukung penuh upaya yang ditempuh Kementerian Pertanian untuk menuju swasembada bawang putih 2021 nanti.
“Sekarang saja lebih dari 96 persen bawang putih kita impor dari China, India dengan nilai impor mencapai Rp 7 triliun, padahal lahan Indonesia luas dan kita pernah swasembada bawang putih di era 90 an. Meskipun saat ini volumenya masih kalah dengan impor tapi aroma bawang lokal lebih unggul dan maknyus,” ujar Viva bangga.
Pria kelahiran Lamongan ini kembali menegaskan dukungan Komisi IV DPR RI terhadap percepatan percapaian program swasembada. Tujuan swasembada agar tidak ada lagi ketergantungan impor dan penguasaan pasokan serta harga oleh oknum tertentu.
“Kalau perlu, wajib tanam importir yang sekarang hanya 5 persen dinaikkan jadi 10 persen dengan syarat benih berkualitas harus tersedia. Jangan para importir wajib tanam dan produksi _complaint_ karena tidak ada benih bagus. Ini yang masih jadi masalah pemerintah. BUMN juga harus berpartisipasi agar swasembada lekas terwujud,” tegas Viva.
Anggota Komisi IV lainnya, Hassanudin turut menyoroti penggunaan pupuk kimia yang kadang berlebihan. Dirinya berharap BUMN dapat berperan aktif mengatasi ini.
“Di sinilah peran BUMN seperti Pupuk Kaltim dan Petrokimia untuk mengedukasi petani untuk menggunakan pupuk organik selain penggunaan benih unggul. Jika itu semua terpenuhi, tentu bakal dongkrak produksi,” jelas Hassanudin.
Plt Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Lombok Timur, H. Abadi menyebutkan di Sembalun sendiri masih ada potensi lahan tadah hujan seluas 5 ribu hektare yang masuk kawasan TNGR (Taman Nasional Gunung Rinjani). Namun saat ini lahan tersebut terkendala air dan tidak bisa ditanam saat musim kering.
“Di Sembalun, puncak tanam bawang putih pada Mei-Juli di lahan sawah. Airnya penuh, produksinya maksimal. Produktivitas rata-rata di sini mencapai 12 ton per hektare,” jelas Abadi.
Dirinya optimistis dengan adanya program tanam APBN dan swadaya tahun ini yang mencapai 1.726 hektare, diperkirakan mampu menghasilkan benih sebanyak 20 ribu ton.
“Ini cukup untuk tanam kembali di Sembalun, bahkan bisa membantu kebutuhan benih di wilayah lain,” terang Abadi.
Direktur Perbenihan Hortikultura, Sukarman menyampaikan bahwa Kementerian Pertanian tengah membuat _mapping_ ketersediaan benih.
“Kami punya data panen, kapan, di mana, berapa ton, kapan siap tanam, data penangkarnya. Ada semua. Sembalun sendiri ada sekitar 7 ribu ton calon benih dalam proses sertifikasi oleh BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih),” jelas Sukarman.
Menilik kebutuhan air, Kementan sudah membangun 13 titik embung di wilayah Sembalun. Sukarman kembali mengingatkan Dinas untuk segera mengajukan bantuan sumur dangkal ke Kementan agar pengairan lebih optimal.
Belajar dari kegagalan produksi di beberapa daerah karena kualitas benih rendah, Sukarman mengingatkan agar melakukan pengecekan sebelum benih didistribusikan ke petani.
“Kalau benih jelek, jangan diterima. Kembalikan saja ke penyedia. Dinas juga perlu melibatkan PBT (Pengawas Benih Tanaman-red) untuk periksa patah dormansinya. Saya akui, BPSB NTB termasuk yang tertib dan prosedural jika terkait mutu benih,” jelas Sukarman.