Panen raya bawang merah di Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang membawa berkah bagi petani setempat. Berkat strategi pengaturan tanam dan penjualan, harga bawang merah varietas Batu Ijo di daerah tersebut relatif stabil. Petani mengaku tetap mendapat untung lumayan dan tidak terimbas fluktuasi harga bawang merah yang sempat terjadi di daerah lain beberapa pekan lalu.
“Selain diatur waktu tanamnya, petani Ngantang sudah bisa membaca perkembangan harga pasar. Petani di sini sudah tahu kapan waktu terbaik untuk melepas bawangnya ke pasar. Kapan disimpan dulu, kapan dilepas di pasar rata-rata petani sudah bisa _niteni_,” ujar Suwanto, petani bawang merah asal Ngantang Malang. “Biasanya setelah panen, petani tidak langsung jual, tapi dikeringkan dulu sekitar 5 – 7 hari sambil memantau pasar. Istilahnya tunda jual, sehingga harga yang diterima petani cukup bagus di kisaran Rp 10 – 12 ribu,” terangnya.
Berdasarkan pemantauan lapang, harga bawang merah konsumsi varietas batu ijo di tingkat petani saat ini di kisaran Rp 10 ribu per kilogram. Diperkirakan harga tersebut semakin membaik dalam beberapa hari ke depan. “Sebentar lagi diperkirakan harganya Rp 12 ribu hingga Rp 14 ribu di petani,” kata Suwanto.
Suwanto mengungkapkan, kunci sukses petani bawang merah di Ngantang agar tetap untung saat panen adalah kekompakan petani sendiri. “Petani di sini sudah paham pentingnya berkelompok. Hubungan antara penangkar dan petani juga harmonis sehingga harga di petani bisa dikendalikan. Koordinasi dengan dinas pertanian juga lancar,” ungkap Wanto. “Benih bawang merah varietas batu ijo dari Ngantang sudah menjangkau pasar daerah-daerah seluruh Indonesia. Ini juga yang menyebabkan petani disini tetap bergairah tanam bawang merah,” tukasnya.
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh Ismail Wahab, saat melakukan kunjungan lapang di Desa Genangsri, Kecamatan Ngantang Malang (15/3), mengaku bangga dengan keuletan dan kemampuan petani bawang merah di Ngantang dalam menjaga stabilitas pasokan dan harga. “Bahkan di Ngantang sekarang sudah tumbuh model korporasi bawang merah yang diinisiasi oleh Kementerian Pertanian. Mulai dari penyedia sarana produksi, permodalan, penyedia benih, pupuk dan alsintan hingga unit pemasaran semua bersatu padu kompak dalam mengembangkan bawang merah. Saat di daerah lain gonjang ganjing harga, di sini adem ayem saja karena harga relatif stabil. Ini luar biasa,” jelas pria yang akrab dipanggil Ismail ini.
“Kesejahteraan petani bawang merah juga kentara sekali di sini. Silakan lihat, rumah-rumah petani bagus – bagus di sini. Bangunan rumah ibadah juga megah. Jalan-jalan desa sudah diperkeras. Akses terhadap informasi juga bagus,” kata Ismail bangga. “Satu lagi, dari hasil bertani bawang merah, petani bisa menunaikan zakat maalnya. Tak sedikit yang bisa menunaikan ibadah haji dari hasil bawang merah,” pungkas Ismail.
Penulis : Agung Sunusi
Editor : Desy