Mengurai penyebab lonjakan harga bawang merah tidaklah sederhana, tidak bisa dilihat hanya dari pergerakan harga dalam satu dua hari saja, namun harus dilihat dalam kurun waktu panjang. Harga bawang merah pada waktu tertentu pernah jatuh dan petani menderita kerugian, namun pada saat tertentu harganya melonjak tinggi
Cirebon – (13/2) Hari libur tidak menghalangi Direktur Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Dr. Spudnik Sujono, melakukan kunjungan kerja ke sentra bawang merah di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Tujuannya untuk mengetahui sebaran produksi berdasarkan geospasial dan dimensi waktu, sehingga menjamin pasokan setiap hari, termasuk kesiapan produksi harian dan mingguan hingga akhir 2016.
Lokasi pertama yang dikunjungi adalah gudang bawang merah di Desa Gebang, Kecamatan Gebang, dilanjutkan dialog dengan petani bawang merah Cirebon, Nyan.
Kunjungan kerja dilanjutkan ke kebun bawang merah di Desa Tersana, Kecamatan Pabedilan untuk melakukan panen bawang merah, dan diakhiri dengan kegiatan dialog bersama petani setempat. Selanjutnya, Dirjen Spudnik Sujono bersama rombongan meninjau pasar bawang merah di Desa Losari, Kecamatan Losari, serta berdialog dengan pedagang bawang merah di pasar tersebut.
“Mengurai penyebab lonjakan harga bawang merah tidaklah sederhana, tidak bisa dilihat hanya dari pergerakan harga dalam satu dua hari saja, namun harus dilihat dalam kurun waktu panjang. Harga bawang merah pada waktu tertentu pernah jatuh dan petani menderita kerugian, namun pada saat tertentu harganya melonjak tinggi,” kata Spudnik, beberapa waktu lalu.
Menurutnya, berbeda dengan komoditas lainnya, karakteristik bawang merah yang mudah rusak dan fluktuasi harganya berkontribusi terhadap inflasi, membuat pemerintah harus memberi perhatian serius.
Dia menambahkan, stabilitas harga bawang merah di Jakarta dapat dengan mudah dideteksi dari jumlah pasokan ke Pasar Induk. Apabila tiap hari mampu memasok minimal 40 truk maka diyakini harga akan turun dan stabil, sebaliknya bila pasokan kurang dari 25 truk, maka harga akan merangkak naik.
“Mengatasi hal tersebut, Kemtan, sejak 2015 secara sistemik mengembangkan bawang merah besar-besaran minimal 1.000 ha di wilayah sentra yang tersebar di Bima, Sumbawa, Tapin, Enrekang, Pesisir Selatan, Kampar, Nganjuk, Probolinggo dan lainnya,” kata Spudnik.
Kunjungan kerja di Cirebon diakhiri dengan mengunjungi lahan bawang merah di Desa Tawangsari, Kecamatan Losari, dan dilanjutkan dengan berdialog dengan petani setempat.