Rilis Kementan, 1 Oktober 2019
Nomor : 908/R-KEMENTAN/10/2019
Mungkin tak banyak yang tahu kalau Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat adalah salah satu sentra besar mangga. Lebih dari 1.500 hektare pohon mangga tumbuh subur di kabupaten yang berada di sisi utara dan barat Gunung Rinjani tersebut. Kualitas mangga Arumanis dari daerah tersebut diakui para pedagang sebagai salah satu yang terbaik di Indonesia. Agroklimatnya sangat cocok untuk budidaya mangga karena berada di dataran rendah dekat dengan garis pantai sehingga intensitas penyinaran matahari sangat optimal. Sentra mangga Lombok Utara sebagian besar berada di Kecamatan Bayan, Kayangan, Gangga dan Pemenang.
“Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura mendorong penataan kawasan mangga di Lombok Utara. Perlu diatur pola panennya agar harga bisa terjaga, terlebih saat panen raya,” ujar Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman, saat mengunjungi kawasan mangga di Kecamatan Bayan, Lombok Utara (28/9).
Liferdi bertekad akan mendorong wilayah menjadi Kabupaten Mangga di kawasan gugusan Nusa Tenggara, dengan memacu pengembangan kawasan hingga mencapai 2.000 hektar melalui APBN, APBD dan swadaya.
“Nah, sambil ditambah arealnya, dilakukan penataan kawasan eksisting yang sudah ada dengan mengatur panen offseason-nya,” kata Liferdi.
Menurut Liferdi, model kawasan mangga di Lombok Utara harus ditata dengan pendekatan korporasi sebagaimana Grand Design Hortikultura 2020-2024 yang kini tengah dimatangkan. Sebagai gambaran, Direktorat Buah dan Florikultura sebagai ‘imam’ menetapkan dan mengatur kawasan pengembangan, selanjutnya direktorat lain mendukung sesuai tugas pokok dan fungsinya. Direktorat Perbenihan mendukung penyiapan benih bermutu, Direktorat Perlindungan mendukung teknologi pengendalian OPT ramah lingkungan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura mendukung di lini pascapanen seperti menyediakan gudang pascapanen dan sertifikasi GAP dan packinghouse.
“Dukungan sarana dan prasarana, teknologi budidaya maju, penguatan kelembagaan dan SDM petani hingga fasilitasi ekspor akan melibatkan eselon 1 lingkup Kementan bahkan Kementerian/Lembaga terkait lainnya. Tentu harus ada komitmen dan dukungan konkrit dari Pemda setempat,” tukasnya.
Muhsin, petani sekaligus pedagang mangga dari Kecamatan Bayan mengakui agribisnis mangga di daerahnya sangat menguntungkan. “Saya punya sedikitnya 1.500 pohon mangga, sebagian besar jenis Arumanis. Pemasaran terutama ke Jawa, mulai Probolinggo sampai Jakarta. Nyaris tidak ada kesulitan karena kualitas mangga dari Bayan diakui sangat baik,” kata Muhsin.
Muhsin menjelaskan bahwa dirinya menerapkan teknologi off season dengan mengaplikasikan NPK dan zat pengatur tumbuh dengan bahan aktif paclobutrazol. Biaya perlakuan tersebut sekitar Rp 150 ribu per batang.
“Kalau satu pohon rata-rata menghasilkan 1 kuintal mangga, dengan harga jual Rp 4500 per kilo, maka setiap pohon bisa menghasilkan Rp 450 ribu atau masih ada untung sekitar Rp 300 ribu per pohon. Jadi dalam satu kali musim panen 1.500 pohon kami bisa dapat untung Rp 400 hingga Rp 450 juta. Sangat menguntungkan,” ungkap Muhsin senang.
Musim panen raya mangga di Lombok Utara biasanya bulan November hingga Februari, hampir bersamaan dengan sentra lain di Jawa. Muhsin bersama beberapa petani di Lombok Utara sudah mampu menerapkan teknologi budidaya off season.
“Caranya tanaman diberi perlakuan khusus. Biasanya dilakukan pada bulan Februari, sehingga bisa dipanen pada bulan Agustus-September. Kalau petani bisa panen di bulan tersebut, biasanya dapat harga yang bagus karena daerah di Jawa banyak yang belum panen. Kami bisa kok atur agar panen mangga bisa berlangsung sepanjang tahun,” terang Muhsin antusias.
Tidak hanya menerapkan teknologi off season, Muhsin mengaku untuk menghasilkan mangga yang berkualitas baik, pemeliharaan kebun wajib dilakukan mulai dari pemangkasan, sanitasi kebun hingga pengendalian hama dan penyakitnya.
“Kami berharap kebun-kebun mangga di Kecamatan Bayan ini nantinya dapat diregistrasi GAP, sehingga tidak hanya untuk memenuhi pasar lokal, namun mangga Lombok Utara ini bisa diekspor keluar negeri,” ujar Muhsin optimis.