Lalat buah merupakan salah satu organisme pengganggu tumbuhan yang berpotensi besar dalam menurunkan hasil dalam budidaya buah – buahan dan perdagangan buah – buahan di Indonesia di skala nasional dan internasional. Tanaman inang hortikultura utama dari hama lalat buah, diantaranya mangga (Mangifera indica L.); Pisang (Musa spp.) : pisang tanduk, pisang nangka, pisang ambon, pisang raja sere; Jeruk (Citrus sp.); Pamelo (Citrus grandis (L.) Osbeck); Nangka (Artocarpus heterophyllus Lam.); Duku (Lansium domesticum Corr.); Belimbing (Averrhoa carambola L.); Sawo (Manilkara zapota (L.) Royen); Jambu (Psidium guajava); Jambu air (Syzygium aqueum (Burm. F.) Alston); Durian (Durio zibethinus Murr.); Anggur (Vitis vinifera L.); Rambutan (Nephelium lappaceum L.) dan Cabai (Capsicum anuum L.).
Kerusakan yang ditimbulkan oleh lalat buah pada tanaman buah dapat mencapai 90% sehingga banyak negara mempersyaratkan buah – buahan yang diimpornya harus bebas dari serangan lalat buah. Kemungkinan masuknya lalat buah dari negara luar ke dalam negara Indonesia disebabkan karena pemasukan buah – buahan segar melalui proses importasi, sehingga buah – buahan impor sangat disayangkan mendominasi pasar buah domestik Indonesia.
Untuk antisipasi kemungkinan masuknya lalat buah asing dan langkah – langkah pengendaliannya, perlu dilakukan surveilans lalat buah di Indonesia secara berkelanjutan. Mengingat arti penting lalat buah dalam perdagangan buah – buahan dan sayuran antar negara, banyak negara sentra penghasil sayur dan buah (termasuk Indonesia) melakukan ineventarisasi spesies lalat buah, kisaran inang dan daerah sebarnya dengan cara melaksanakan surveilans lalat buah.
Perlengkapan yang diperlukan untuk melaksanakan surveilans lalat buah di lapangan, membutuhkan bahan dan peralatan sebagai berikut : Bahan : zat pemikat (attractant) : Metil eugenol dan Cue lure; Alkohol 70%; Insektisida berbahan aktif malathion; Thymol atau chlorocresosol; Naphtalene (kamfer); Silica gel; Diethil eter; Kertas tissue; Kapas; Pasir halus; Gula pasir; Lem (zat perekat) dan Aquadestilata. Alat – alat : Perangkap lalat buah tipe Steiner (Steiner trap); Pinset serangga; Forcep; Kuas serangga; Pipet volumetrik; Pipet tetes; Botol koleksi (vial); Kotak plastik dengan tutup kain kasa / kelambu; Kotak koleksi; Botol semprot; Loop (Hand Lens); Geographical Positioning System (GPS); Label; Data Sheet; Alat – alat tulis; Gunting; Pisau (cutter); Lem anti semut; Kuesioner; Jarum serangga berbagai ukuran; Jarum mikro (micro spins); Gabus (stereofoam); kotak koleksi; kamera dengan lensa mikro; sarung tangan dan tas ransel.
Metode pelaksanaan surveilans dilaksanakan dengan dua cara, yaitu pengumpulan data primer yang terdiri dari beberapa tahapan, yaitu : penangkapan lalat buah dengan perangkap (Trapping) dan deteksi lalat buah dengan survei buah – buahan inang (Host Pest Survey) kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data sekunder.
Penangkapan lalat buah dewasa dapat dilakukan dengan menggunakan perangkap lalat buah tipe Steiner (Steiner Trap) dengan zat pemikat (attractant), zat pemikat ini bersifat spesifik terhadap spesies lalat buah. Zat pemikat merupakan feromon seks yang dapat menarik dan memerangkap lalat buah jantan. Perangkap tipe Steiner terbuat dari sebuah plastik berbentuk silinder horisontal dengan kedua ujungnya terbuka kira – kira 30 mm. Sekitar 3 – 5 ml campuran zat pemikat dan insektisida berbahan aktif malathion atau dichlorvos dioleskan pada kapas dan diletakkan di tengah perangkap. Selanjutnya lalat buah yang tertarik pada atraktan akan masuk melalui lubang – lubang yang ada pada ujung perangkap dan kemudian mati karena teracuni oleh insektisida. Beberapa zat pemikat yang bisa digunakan dalam surveilans lalat buah diantaranya : a). Cue-lure group : cue-lure (4-(p-acetoxyphenyl)-2 butanone), anisylacetate, dan Willison lure (raspberry ketone); dan b). Methyl eugenol group : methyl eugenol, citronella oil dan huon pine oil.
Penempatan perangkap lalat buah secara individual sangat penting untuk memonitor keberadaan populasi dan mendeteksi lalat buah eksotik untuk tujuan karantina. Untuk daerah kota (urban) atau pedesaan, perangkap harus dipasang pada tanaman inang atau pada pohon yang berpotensi sebagai tanaman inang. Di luar kota (non urban), perangkap harus ditempatkan pada tanaman yang berpotensi sebagai inang di daerah yang banyak saluran – saluran air (water courses) dan daerah hutan hujan. Untuk keperluan deteksi, perangkap harus ditempatkan pada tanaman yang sedang berbuah. Perangkap harus ditempatkan pada posisi ternaungi dan pada ketinggian tidak kurang dari 2 meter. Intensitas perangkap bervariasi tergantung dari zat pemikat dan kondisi lingkungan. Intensitas perangkap untuk deteksi Mediteranian fruit fly di California adalah 2 perangkap per kilometer persegi, sedangkan untuk deteksi oriental fly (Bactrocera dorsalis) digunakan satu perangkap methyl eugenol per 1,5 kilometer persegi.
Untuk keperluan deteksi karantina, perangkap dibersihkan setiap 1-2 minggu, untuk data kelompok pada saat peledakan populasi setiap 2 minggu, untuk monitoring fauna secara luas setiap 3 -4 minggu. Lalat buah yang tertangkap harus langsung dikoleksi/dikumpulkan dalam kotak spesimen atau tabung – tabung spesimen, dan diberi label yang berisi nomor perangkap, lokasi, tanggal koleksi, nama kolektor dan tipe zat pemikat. Perlu ditambahkan thymol atau chlorocresosol untuk mencegah tumbuhnya cendawan pada spesimen. Jika spesimen basah/lembab, maka harus dikeringkan dalam oven pada suhu 50-60oC atau dengan udara kering untuk mencegah pembusukan spesimen.
Untuk pengambilan contoh (types of sampling), secara umum terdapat dua tipe pengambilan contoh yang umum digunakan di Pasifik; Asia Tenggara dan Australia, yaitu :
a. Survei inang secara luas (broad host surveys)
Survei dilakukan dengan mengumpulkan sampel buah dan sayuran, baik yang komersial ataupun liar dengan berbagai ukuran dari buah tunggal sampai dengan buah berukuran besar. Sampel diambil secara berkala sepanjang tahun, disukai setiap bulan sekali, terutama pada waktu musim buah. Sampel buah ditangani di laboratorium dalam bentuk curah (bulk). Tipe pengambilan contoh ini untuk memeroleh informasi keberadaan spesies lalat buah, musim peledakan populasi, penyebaran geografis, keberadaan spesies parasitoid, presentase parasitisme, kisaran tanaman inang komersial dan liar, tanaman inang yang terserang oleh lebih dari satu spesies pada waktu yang sama, juga untuk mengukur tingkat serangan sejumlah lalat buah per buah atau satuan berat buah.
b. Pengumpulan secara khusus buah – buahan inang komersial (Spesific collection of commercial host fruits)
Survei meliputi pengumpulan buah dalam jumlah besar tergantung pada ukuran buah yang dikumpulkan pada interval waktu tertentu dengan tujuan utama untuk mengetahui status ekonomi lalat buah. Tipe pengambilan contoh ini menghasilkan data yang sama dengan survei inang secara luas (broad host surveys), tambahan informasi yang diperoleh adalah stadium kemasakan buah saat serangan terjadi, tingkat kerusakan, lokasi aktifitas larva dalam inang dan jumlah larva per buah. Informasi ini merupakan bahan dasar penelitian perlakuan karantina dan penting untuk mendesain sistem pengendalian lalat buah saat fase pasca panen.
Prosedur untuk pengambilan contoh dan penanganan contoh di laboratorium (Sampling Procedures and Laboratory Handling of Samples) sebagai berikut :
a. Kumpulkan sampel buah – buahan yang terserang lalat buah yang telah jatuh ke tanah atau yang maish ada di pohon, sebaiknya buah – buahan yang telah masak (ripe) atau yang hampir masak (mature). Jika mungkin, kumpulkan buah sebanyak – banyaknya, sedikitnya 1 (satu) kilogram tergantung dari ukuran buah. Indikator yang menjadi catatan apakah sampel buah tersebut berasal dari buah yang teloah jatuh, atau diambil dari pohon dan apakah buah tersebut telah rusak atau belum.
b. Masukan sampel buah yang terkumpul ke dalam kantung kertas yang kuat, hindari menggunakan kantung plasttik, karena sampel buah akan menjadi berkeringat/berair dan larva akan kepanasan atau keluar dari buah.
c. Untuk sampel buah – buahan dan sayuran liar, kumpulkan spesimen tanaman baik daun, bunga (jika mungkin) dan buah. Jika diperlukan untuk pembuatan herbarium press, kita dapat membuat dengan menggunakan bahan berupa dua lembar triplek berukuran sekitar 40 x 60 cm2, maka letakan sampel tanaman diantara lembaran kertas koran atau kertas karton penghisap setiap hari, terutama bila cuaca basah sehingga cendawan tidak dapat tumbuh pada sampel. Sebagai alternatif, taruh spesimen yang dipres tersebut ke dalam oven untuk dikeringkan.
d. Pemberian label pada kantung kertas yang berisi sampel dan spesimen botanis dengan beberapa informasi seperti : Nomor Sampel (buatlah indeks yang mewakili negara (sebagai contoh GF untuk Indonesia dan sejumlah digit untuk penomoran sampel yang terkumpul seperti contoh GF002 (sampel nomor 2 dari Indonesia). Lokasi (sebagai contoh, 50 km Barat UPTD BPTPH Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Tanggal Koleksi, sebagai contoh, 15.v.2019, mewakili 15 Mei 2019. Kolektor, sebagai contoh, Prof. Salam dan Dr. Marzuki. Jika telah diketahui spesies inangnya, sebagai contoh Mangifera indica. Jika telah diketahui nama umum/lokal, sebagai contoh mangga. (Dalam beberapa hal harus mencantumkan nama varietasnya, sebagai contoh, Mangga-Indramayu). Apakah buah tersebut diambil dari tanah (buah yang telah jatuh) atau masih di pohon atau telah rusak. Label pada kantong sampel tersebut akan terlihat seperti contoh di bawah ini :
GF002
50 km Barat UPTD BPTPH Provinsi Jawa Barat, Indonesia
5.v.2019 atau 15 Mei 2019
Prof. Salam dan Dr. Marzuki
Mangifera indica (Mangga-Indramayu)
Buah yang telah jatuh atau telah rusak
e. Di laboratorium, buah – buahan dihitung dan ditimbang, untuk buah – buahan yang berukuran kecil (kurang dari 5 mm diameternya), gunakan konversi berat/jumlah. Dilakukan dengan cara menghitung dan menimbang 200 buah, dan menetapkan jumlah total buah yang setara (berat total buah x 200 / berat 200 buah) + 200. Catat apakah buah masih segar (green), masak hijau (mature green), masak (ripe), rabum (over-ripe) atau telah rusak (damaged), atau dikumpulkan dari tanah atau dari tanaman inang. Data ini dimasukan ke lembar data pada lampiran khusus, untuk buah – buahan liar, dianjurkan untuk mengambil gambar sampel buah, bunga dan daun – daun.
f. Tempatkan buah – buahan tersebut pada kotak plastik untuk pembiakan yang berisi serbuk gergaji (sawdust) atau pasir halus yang telah disaring, disterilisasi dan tidak diberi perlakuan dengan bahan kimia apapun, dimana tutup atas terbuka dengan lubang yang dilapisi kain gaza (gauze), untuk buah-buahan berukuran besar (seperti pepaya dan sirsak), atau buah – buahan yang harus dibelah dan menghasilkan banyak cairan, buah tersebut ditempatkan pada kotak penampung (tray) yang ditutup kawat berlubang atau kain kasa untuk menampung cairan buah, kemudian kotak tersebut disimpan pada kotak yang lebih besar dan didalamnya telah diisi dengan serbuk gergaji atau tanah halus pada bagian bawah. Serbuk gergaji atau pasir halus ini diperlukan untuk media pembentukan pupa / kepompong.
g. Setelah 12 -14 hari, buka buah – buah tersebut untuk memastikan bahwa semua larva telah menjadi pupa, dan saring serbuk gergaji atau pasir halus tersebut kemudian ambil pupanya. Tempatkan pupa dalam cawan petri (petridish) atau kotak plastik yang menyerupai. Kemudian pupa tersebut ditutupi dengan serbuk gergaji atau pasir halus yang lembab, telah disterilisasi dan tidak diberi perlakuan bahan kimia dan ditaruh di dalam kurungan penetasan atau dalam kotak plastik yang bertutup kain kasa. Kain kasa harus mempunyai lubang berukuran kecil untuk mencegah lubang berukuran kecil untuk mencegah keluarnya parasitoid.
h. Ketika lalat buah muncul/menetas dari pupa, beri makan gula dan air, hingga lalat buah tersebut berkembang sempurna warnanya (selama 5-7 hari). Air diberikan melalui beberapa lapis sepon yang ditempatkan pada kain kasa di bagian atas kurungan atau dengan menggunakan kotak berisi air yang diberi kertas hisap. Jika menggunakan lapisan sepon, maka harus dibasahi setiap hari.
i. Matikan lalat buah, lebih disarankan menggunakan teknik pendinginan, dan simpan dalam tabung spesimen atau kotak kecil yang terbuat dari kertas karton, serta beri sedikit serbuk thymol untuk mencegah agar spesimen lalat buah tidak ditumbuhi cendawan. Beri label dengan data yang sama langkah dengan butir d. Beri keterangan tambahan yang menerangkan bahwa lalat buah tersebut dibiakan dari tanaman inang tertentu. Hindari penggunaan kata Éx” atau “From” sehingga tidak membingungkan.
j. Identifikasi lalat buah, atau dalam hal kesulitan mengidentifikasi spesies lalat buah, maka kirimkan lalat buah tersebut kepada Professor Dick Drew, Australian School of Environmental Studies, Griffith University, Nathan, Queensland 4001, Australia untuk konfirmasi identifikasi.
Untuk pengumpulan secara khusus terhadap inang – inang komersial (spesific collection of commercial hosts) prosedurnya hampir sama, kecuali buah – buahan harus dikumpulkan dari pohon, tidak dari tanah dan sampel buah mendapat penanganan yang sedikit berbeda di laboratorium.
Untuk keamanan sampel, catatan mengenai tanaman inang dapat digunakan selama negosiasi pada perjanjian karantina untuk perdagangan internasional. Catatan yang kurang tepat mengenai tanaman inang akan berdampak dalam perdagangan internasional. Untuk itu, keamanan sampel harus dilakukan dengan sangat hati – hati. Kantong kertas berisi sampel harus tertutup rapat untuk menjaga agar tidak tercampur dengan sampel yang lain (not cross – contaminated). Kotak pemeliharaan yang berisi sampel yang ditempatkan di laboratorium harus mempunyai penutup yang rapat atau di isolatip untuk mencegah terlepasnya larva dan kemudian mengontaminasi sampel lain di laboratorium. Sampel yang harus disimpan dalam rak atau bangku – bangku yang kaki – kakinya diberi anti semut, sehingga semut tidak dapat memindahkan / memakan larva atau pupa.
Untuk pemeliharaan spesimen, merupakan hal yang vital. Pembusukan terjadi karena mikrobial spesimen mati atau kerusakan karena tungau (mite) atau kutu buku (psocids) dapat merusak pewarnaan pada spesimen dan mengurangi ketepatan identifikasi. Jika spesimen tidak dapat langsung ditusuk jarum dan dikeringkan, maka spesimen harus ditaruh pada botol koleksi atau kotak karton kecil diantara tissue halus dengan thymol atau chlorocresol crystal. Naphtalene crystal dapat ditambahkan untuk mencegah kerusakan sampel oleh serangga. Pemeliharaan dalam cairan, seperti menggunakan alkohol (ethanol), tidak pernah digunakan untuk spesimen lalat buah dewasa, karena akan merusak warna yang penting dalam identifikasi.
Untuk Pangkalan Informasi (Informastion Base), komputerisasi dalam bentuk database memungkinkan untuk memeroleh data dalam berbagai bentuk. Data tersebut dapat berupa daftar spesies lalat buah (species list), spesies x inang (host list), spesies x lokasi (geographical ditribution), spesies x tanggal (seasonal abundance atau seasonality of friuts), dan kombinasi lainnya. Data dalam bentuk ini dapat dipertukarkan antar negara, lewat hard copy atau data digital. Hal ini penting dilakukan, terkait dengan negoisasi persyaratan karantina dengan negara – negara asal pengimpor.
Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber informasi yang berasal dari : organisasi perlindungan tanaman nasional; organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah, lembaga penelitian, perguruan tinggi, komunitas ilmiah (termasuk spesialis amatiran), produsen, konsultan, museum, masyarakat umum, jurnal perdagangan dan ilmiah, data yang tidak dipublikasikan dan observasi sesaat.
Disusun dan diolah dari berbagai sumber oleh :
Hendry Puguh Susetyo, SP, M.Si
Fungsional POPT Ahli Muda
Direktorat Perlindungan Hortikultura