Magelang – Kabupaten Magelang menjadi salah satu dari tiga wilayah pencanangan tanam serempak bawang putih nasional. Bertempat di Dusun Prampelan, Desa Adipuro, Jawa Tengah pada (7/11) lalu. Selain Magelang, daerah lain yang ikut bersama tanam serempak ini di antaranya Temanggung dan Lombok Timur.
Magelang sendiri merupakan sentra produksi bawang putih terbesar ke 4 di Jawa Tengah setelah Temanggung, Karanganyar dan Wonosobo. Luas panen pada tahun 2016 seluas 38 ha dengan produktivitas 178 ribu ton.
Dalam sambutannya Sekda Bupati mengapresiasi kepedulian Kementerian Pertanian kepada para petani di Magelang. Dia juga berharap penghargaan terhadap Magelang kian bertambah hingga ke tahun-tahun berikutnya.
“Kami selaku Pemerintah Magelang berterima kasih. Kami mohon Magelang mendapat perhatian. Pada tahun 2015 Bank Indonesia menginisiasi KOD pembenihan di gudang sehingga menggeliatlah produksi bawang. Tahun ini digelontorkan sebanyak Rp 8 miliar”, ucap Sekda Bupati Magelang, Drs Endra Endang Wacana.
Dia mengisahkan bahwa tahun 1980 adalah kejayaan petani bawang putih terutama di Kaliangkrak. Bersama dengan pemerintah terkait, Magelang bertekad akan mengembalikan kejayaan bawang putih ini.
Dirinya juga menyampaikan bahwa Kecamatan Ngamblak juga memiliki potensi produksi bawang putih yang luar biasa. Bahkan penjualannya sudah mencapai ke Pasar Induk.
“Kecamatan Ngamblak juga memiliki potensi produksi bawang putih yang luar biasa. Bahkan penjualannya sudah mencapai ke Pasar Induk. Kami berharap ada kerja sama antara penentu kebijakan, pengusaha dan petani”, ucapnya.
Bertempat di lokasi yang sama, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura Yasid Taufik mengaku sangat takjub dengan pengalamannya mengunjungi Dusun Kaliangkrik ini.
“Saya sungguh surprise, karena ini pengalaman pertama. Apakah ini namanya tantangan mengembalikan bawang putih yang diametral antagonis”, ucapnya.
Lebih lanjut Yasid Taufik menyampaikan bahwa upaya mengembalikan keterpurukan bawang putih di wilayah Magelang ini adalah visi menteri. Menteri Pertanian tahu betul bahwa dulu Indonesia pernah mengalami kejayaan.
“Pada tahun 1995 produksi kita mencapai 154 ribu ton. Dulu hanya mengimpor 20 ribu ton atau senilai 13 persen. Bahkan pada masa itu bawang putih impor terpusat di Batam hingga dijadikan oleh-oleh”, jelas Yasid.
Dia juga menjelaskan perlunya kehati-hatian karena kompetitor bawang putih luar biasa. Bawang putih lokal ukurannya memang jauh lebih kecil, meski demikian kualitasnya bagus dan harumnya luar biasa. Kelebihan ini dinilainya harus dieksplorasi agar menjadi daya tarik.
Tetapi setelah liberalisasi perdagangan terjadilah pertempuran lokal dengan impor, salah satu faktornya adalah harga. Ke depan, menurutnya adalah tuntutan untuk lebih berimprovisasi.
Menurut Yasid Taufik, momen bertanam kali ini sangat menarik. Petani tidak perlu cari bibit, benih dan pupuk dikarenakan pemerintah memfasilitasinya. Kepada para importir bawang putih juga dikenakan kewajiban menanam 5 persen dari total transaksi mereka.
“Mentan sangat tahu bahwa petani (bawang putih) kita masih bayi, makanya keluarlah RIPH (Rekomendasi Impor Produk Hortikultura) yang berlaku terhadap pelaku dan produsen, terus diberi kewajiban 5% untuk menanam”, jelasnya.
Yasid Taufik mengajak semua pihak terlibat untuk membangkitkan kejayaan bawang putih. Ini adalah upaya untuk mewujudkan swasembada bawang putih 2019. Tahun ini pemerintah melalui APBNP 2017 telah mengalokasikan 3.150 ha pertanaman bawang putih di 8 (delapan) kabupaten/kota di Indonesia. Yakni Solok, Bandung, Tegal, Magelang, Temanggung, Malang, Lumajang, dan Lombok Timur.
“Saya yakin dapat membalikkan kondisi dari importir menjadi eksportir terbesar di dunia”, jelasnya.
Sebagai informasi, upsus bawang putih ini merupakan kerja internal Ditjen Hortikultura. Pekerjaan yang menggiatkan sebagai swasembada 2019 ini dibagi habis oleh Eselon II lingkup Ditjen Hortikultura. Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat bertugas untuk penyediaan dan delineasi lahan berikut pengaturan manajemen tanam. Direktorat Perbenihan Hortikultura fokus dalam hal penyediaan benih di tahun 2018 berikut jaminan kontinuitasnya. Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura bertugas menyiapkan skema tata niaga bawang putih. Sementara Direktorat Perlindungan fokus dalam hal mengawal dan membantu petani mengendalikan Organisme Pengganggu Tanaman, serta berkoordinasi dengan instansi terkait untuk mengawal keamanan dan kesehatan calon benih yang akan ditanam.
Turut dalam penanaman serentak ini PT. Frozen King yang memberikan bantuan pupuk untuk seluas 5 ha selama setahun. Sementara itu PT Mustikatama Jaya Makmur memberikan bantuan mulsa dan pupuk seluas kebutuhan 42 ha.
Turut hadir bersama Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Horikultura, Direktur Buah Florikultura, Kepala Dinas Kabupaten Magelang Wikajanti, Bank Indonesia cabang Jawa Tengah, perwakilan dari PT MGM, PT Rahmat Rejeki, PT Citra Gemini Mulia dan Kepala Desa Adipuro. (Dsy)
Pengunaan Bubur Bordo Untuk Pengendalian OPT Buah
leaflpet-bubur-bordo_watermarkDownload
Read more