Rilis Kementan, 17 Agustus 2019
708/R-KEMENTAN/08/2019
Probolinggo – Kementerian Pertanian terus melakukan berbagai upaya konkret mengamankan pasokan cabai terlebih saat musim kemarau seperti saat ini. Langkah-langkah perbaikan produksi hingga pasca panen cabai gencar dilakukan. Seluruh kawasan cabai terutama yang memasok kebutuhan Jabodetabek telah diinventarisir potensi produksinya.
“Lahan cabai memang banyak yang terdampak kekeringan, sehingga berpengaruh terhadap produksi. Belum lagi imbas dari jatuhnya harga cabai beberapa waktu lalu yang berlangsung cukup lama membuat petani tidak optimal merawat tanamannya,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, saat melakukan monitoring lapang cabai di lahan cabai Desa Kerpangan, Kecamatan Leces, Kamis (15/8).
Dirinya menyatakan bahwa Kementerian Pertanian sudah melakukan serangkaian upaya taktis, strategis dan komprehensif. Langkah-langkah tersebut di antaranya mengoptimalkan bantuan sarana pengairan, memaksimalkan panen, pengawalan sentra produksi, hingga konsolidasi dengan petugas dinas pertanian dan petani di sentra utama.
Menurut Dirjen yang akrab dipanggil Anton ini, pihaknya akan memacu pengembangan cabai varietas lokal yang tahan terhadap berbagai cuaca dan gangguan OPT.
“Produksi cabai varietas lokal akan kami tingkatkan karena terbukti pada saat kemarau seperti ini bertahan dibanding jenis hibrida. Bahkan cabai lokal di Leces ada yang bertahan panen sampai 25 kali. Petani setempat menyebutnya Cabai Patalan,” tukas Anton.
Untuk mendorongnya, pihaknya akan mendorong benih-benih lokal tersebut untuk segera disertifikasi dan dikomersialkan sebagai benih unggul bermutu. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih (BPSB) Jawa Timur diminta untuk mengawal selama proses berlangsung.
Di tempat yang sama, Direktur Perbenihan Hortikultura, Sukarman, mengaku siap memberikan bantuan benih unggul guna menjaga stabilitas produksi cabai di musim kemarau.
“Untuk jangka pendek kita berikan benih unggul hibrida untuk ditanam sebagai percontohan. Kita berikan petani benih yang produksinya tidak kalah dengan cabai lokal. Benih cabai harus bebas dari penyakit biar hasil panennya maksimal. Benih cabai yang dihasilkan dari pertanaman bisa berpontensi terinfeksi penyakit atau dikenal dengan *_seed born desease_*,” jelas Sukarman.
Misbahul Munir, Kelompok Tani Talang Sari Dua yang juga penerima program PUPM dari Kementerian Pertanian, mengaku selama ini lebih memilih cabai rawit lokal yang dikenal dengan *patalan*.
“Saya bersama anggota kelompok menyatakan kesiapan melaksanakan percontohan lahan multi varietas cabai unggulan bermutu dengan harapan nantinya akan meningkatkan produktivitas hasil panen cabainya,” ujar Mishabul.
Berdasarkan data Dinas Pertanian setempat, saat ini terdapat 1.682 hektare areal cabai rawit se-Kabupaten Probolinggo yang diperkirakan akan mulai panen di awal oktober nanti. Selama ini hasil panen cabai dari Kabupaten Probolinggo banyak memasok pasar pasar Jawa Timur hingga Kalimantan.