Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menginginkan pada 2021, pengembangan hortikultura lebih banyak melibatkan sentuhan teknologi. Pengembangannya dilakukan dalam skala luas menyentuh aspkek hulu ke hilir dan fokus terhadap daerah defisit pangan.
“Kita akan kembangkan smart farming dengan rekayasa mekanisasi. Hortikultura akan masuk ke daerah-daerah komoditas yang tersubstitusi dengan baik,” ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya pada acara Rapat Kerja Nasional Pembangunan Hortikultura di Depok, Senin (18/1).
Mentan juga menginginkan Program Food Estate yang tengah berjalan di dua lokasi yakni di Sumatera Utara khususnya Humbang Hasundutan dan Kalimantan Tengah dapat direplikasi ke wilayah lain sesuai dengan potensi alam yang dimiliki.
Program lain yang turut mendapat dukungan penuh adalah 1000 Kampung Hortikultura yang dicanangkan pada 2021 ini. Pun dirinya berharap program ini mendapat perhatian yang luas khususnya dari petani milenial.
“Saya ingin pengembangan hortikultura ini dapat menyaingi negara lain. Makanya gunakanlah teknologi dan bersinergi dengan pemda dan kementerian lainnya. Rakernas ini harus menghasilkan ketajaman konsepsi dengan meninggalkan cara-cara lama,” papar Mentan di depan peserta.
Termasuk aspek terpenting yang mendapat porsi besar menurutnya adalah sisi behavior. Lahirnya perilaku ASN Kementan yang tangguh dan gigih mengawal hortikultura meski pandemi belum kunjung usai.
“Di masa pandemi ini, tunjukkan bahwa kita maju demi negara. Tunjukkan apa yang bisa kita lakukan demi negara. Tahun lalu kita berhasil menyabet 14 prestasi selama pandemi covid-19. Bahkan ekspor naik dan bisa menekan impor,” paparnya.
SYL, panggilan akrabnya, memastikan bahwa seluruh jajarannya turut bahu – membahu mengawal pertanian.
“Bangun satu pandangan untuk perjuangan. Tidak boleh ada yang mundur. Makin mandiri dan modern. Semua tahu harus ke mana. Kawal mulai dari hulu hingga hilir. Tiap tahun harus ada langkah extraordinary dan inovatif dan berpihak pada petani terutama yang tidak mampu,” lanjutnya.
Berikutnya, kata Mentan, bangun penyusunan rencana dengan menerapkan program pendukung lainya seperti Cara Bertindak (CB) 1 tentang peningkatan kapasitas, CB2 tentang diversifikasi pangan, CB3 tentang lumbung pangan, CB4 tentang pertanian modern serta CB5 tentang perluasan ekspor dan lakukan tiga kali lipat.
“Ubah mindset. Kita menjadi penyangga nasional. Kita adalah pelaku andalan untuk memperbaiki manajemen melalui regulasi, perbaikan kinerja, dan persiapkan team work yang tepat. Jalankan dengan penuh kedisplinan dan yakinkan bahwa hari ini ada yang dapat kita lakukan demi negeri,” lanjut Mentan.
Menindaklanjuti arahan Mentan, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto turut merinci integrasi pengembangan hortikultura dan arah kebijakannya pada kurun satu tahun ke depan.
“Di mulai dari sisi hulu, Ditjen Hortikultura akan fokus pada peningkatan kualitas perbenihan dan tata kelola produksi ramah lingkungan. Sementara dari sisi hilir, fokus diutamakan pada fasilitasi bahan baku industri, mendukung ketahanan pangan dan mendukung ekspor. Kedua sisi ini akan saling terintegrasi untuk mewujudkan pengembangan komoditas hortikultura yang optimal, termasuk food estate,” ujar Prihasto.
Terkait bawang putih, Prihasto tetap menjadikan komoditas ini sebagai salah satu yang mendapat perhatian pada 2021 di samping upaya antisipasi lonjakan harga.
“Untuk mengantisipasi lonjakan harga komoditas unggulan, kami menyiapkan Early Warning System (EWS) untuk 5 bulan ke depan dan akan segera disosialisasikan ke setiap kabupaten,” papar Prihasto.
Kementan tidak berjalan sendiri. Tercatat selama 2019 bisa mengendalikan stabilitas pangan dalam negeri dengan adanya dukungan Satgas pangan. Kehadiran Satgas pangan membantu pengawalan distribusi yang terhambat dan termasuk gejolak harga.
“Langkah kami langsung menyentuh sasaran ke daerah produksi dengan berkoordinasi langsung dengan Kementan. Langkah preventif dengan mengundang pelaku usaha untuk berkoordinasi terkait komoditas harga baik kelangkaan pangan,” ujar Satgas Pangan, Kombes Pol Helfil Assegaf.
Helfil menyebutkan, hortikultura dapat menjadi isu pangan yang berbau politis dan mengganggu stabilitas antar kementerian dan masyarakat. Kami sergap untuk merespon kondisi yang terjadi di masyarakat.
“Kami melakukan validitas data dalam membuat program kerja. Apabila ada agenda terdekat semacam panen, bisa berkoordinasi kepada kami umpamanya mengisi daerah yang defisit. Ini dapat kami lakukan dengan koordinasi ke daerah termasuk ke Bulog sehingga apabila ada yang kekurangan kami dapat saling mengawal,” pungkasnya.