Riau (19/10) — Pulau Kundur merupakan pulau di wilayah Kabupaten Karimun, Kepulauan
Riau yang memiliki potensi pertanaman nanas. Luas pertanaman nanas di Kundur saat ini mencapai 300 Ha dan produksi 250 ton per
bulan. Nanas menjadi primadona di antara buah yang lain seperti durian, pisang dan
rambutan.
Jarak Pulau Kundur yang tidak jauh dari Singapura, merupakan keuntungan sehingga wilayah ini sangat berpeluang untuk menjadikan nanasnya sebagai komoditas ekspor. Hal ini terus diupayakan melalui Program Lumbung Pangan Berorientasi Ekspor – Wilayah Perbatasan (LPBE – WP) yang dijalankan Kementerian Pertanian. Program ini bertujuan mendorong ekspor produk pertanian Indonesia dari wilayah perbatasan sehingga biaya transportasi bisa ditekan.
Letak Pulau Kundur yang sangat dekat dengan Singapura, menjadikan pulau ini memiliki peluang yang besar untuk menjadi pemasok utama buah nanas ke Singapura. Pemerintah Kabupaten Karimun – Riau melalui Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Karimun, bersama Tim Pendampingan Wilayah Perbatasan Kementerian kembali ekspor nanas Kundur ke negara tetangga.
Ekspor sempat terhenti karena inkonsistensi pihak petani. Berbagai program percepatan telah diupayakan secara sinergi antara lain pembangunan bangsal pasca panen, penyediaan sarana pasca panen, bimbingan teknis GAP dan GHP, selanjutnya
rehabilitasi bangunan Packing House yang telah difasilitasi Kementerian Pertanian sejak tahun 2009, serta penyediaan sarana pembersihan buah nanas dan pengemasan.
Dengan masuknya PT. Alamanda Sejati Utama yang digandeng oleh Dinas Pangandan Pertanian Kabupaten Karimun sebagai eksportir nanas Kundur, lebih memantapkan percepatan ekspor nanas Kundur ini. Dirjen Hortikultura, Suwandi, berharap ekspor perdana nanas pada tanggal 20Oktober 2018 ini menjadi awal dari bangkitnya perekonomian di wilayah perbatasan,
khususnya bagi para petani nanas di Pulau Kundur.
“Ekspor nanas dari daerah Kundur ini tentunya sebagai keberhasilan awal program Lumbung Pangan Berorientasi Ekspor di Wilayah Perbatasan,” ujar Suwandi. “Selama ini pemasaran buah-buahan dari Kundur berasal dari Batam. Melalui inisiasi program LPBE, ekspor nanas akan langsung dari Kundur Karimun ke Singapura,” lanjutnya.
“Antara petani dan pelaku usaha baik pihak koperasi maupun pihak eksportir yaitu PT. Alamanda Sejati Utama perlu menyatukan semangat dan komitmen untuk terus bisa menjaga kontinuitas pasokan. Koperasi juga harus mampu menjadi eksportir mandiri sehingga harga yang diterima petani bisa lebih tinggi dari sekarang,” pungkas Suwandi.
Hal ini juga menjadi bagian dari keberhasilan forum kerjasama Agribusiness Working Group (AWG) dimana Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura berupaya terus untuk dapat mengakses pasar Singapura melalui beberapa kali putaran perundingan AWG antara kedua negara RI – Singapura, agar dapat mengurangi hambatan dan mempercepat ekspor produk buah-buahan dan sayuran dari beberapa wilayah yang berdekatan dengan Singapura. Ada perundingan terkahir AWG tanggal 5 Oktober 2018, Kementerian Pertanian yang diwakili oleh Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura dan Agrifood and Veterinary Autority Singapura (AFA Singapura), berkomitmen untuk segera mewujudkan ekspor perdana nanas dan juga buah-buahan lainnya dari Kundur pada bulan Oktober 2018.
Kepala Dinas Pangan dan Pertanian berharap ekspor nanas Kundur ini akan terjaga kontinuitasnya. “Ekspor perdana nanas Kundur 20 Oktober 2018, sebagai momentum kebangkitan nanas Kundur bersamaan dengan peringatan ulang tahun Kabupaten Karimun,”. Lebih lanjut Affan menyampaikan bahwa hal ini merupakan potensi yang luar biasa untuk menjadikan Kundur sebagai salah satu daerah penghasil devisa negara, daerah penyuplai buah-buahan ke Malaysia dan Singapura.
“Selain Singapura, permintaan nanas Kundur juga sudah mulai datang dari beberapa negara seperti Iran dan Hongkong,” ujarnya. Sementara itu, PT Alamanda Sejati Utama yang bertanggung jawab terhadap distribusi dan pemasaran di Singapura akan memandu para petani nanas agar produknya dapat memenuhi standar mutu dan kualitas yang diminta oleh pasar Singapura. Termasuk manajemen tanam untuk menjaga kontinuitas pasokan.
“Populasi tanaman sudah kami hitung. Luasan pertanaman dinilai sangat cukup yang mencapai lebih dari 100 ha. Malah inginnya kami bisa kirim per minggu 20 ton. Saat ini kesanggupan petani 20 ton per 2 minggu. Kami berharap tidak hanya nanas yang akan diekspor namun juga akan menjajaki untuk ekspor pisang mas, karena disini juga sangat potensial,” ujar Deni.