Tak banyak yang tahu, Kabupaten Solok Sumatera Barat kini telah tumbuh menjelma sebagai sentra penghasil bawang merah terbesar di Indonesia khususnya daratan Sumatera. Daerah tersebut digadang menjadi “Brebesnya Sumatera” yang menjadi pemasok utama kebutuhan bawang merah Pulau Sumatera. Produksi bawang merah yang berlangsung sepanjang tahun, menjadikan Solok sebagai kawasan penyangga sekaligus pengaman stok bawang merah nasional.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, Prihasto Setyanto, saat melakukan kunjungan kerja ke Kab. Solok, Minggu (11/6) mengapresiasi pertumbuhan pesat produksi bawang merah di daerah tersebut.
“Luas tanam bawang merah Solok bertambah pesat dari semula 5.000 hektar di tahun 2016 kini mencapai 12.000 hektar. Produksi tahun 2022 lalu mencapai 188.563 ton, menembus ranking 3 Nasional setelah Brebes dan Nganjuk,” ujar Prihasto.
Menurut Prihasto, dari hasil pengamatannya, lahan produksi bawang merah di Solok terutama Alahan Panjang memiliki keunggulan dibanding daerah lain sehingga menjadikannya mampu berproduksi sepanjang tahun.
“Karakteristik lahan di Solok ini rata-rata berupa lahan miring dan berlereng. Tanahnya subur dan air cukup tersedia. Intensitas panas mataharinya juga cukup. Inilah di antaranya yang membuat kawasan ini cocok untuk pertumbuhan bawang merah,” tambahnya.
Saat ini, Solok telah memiliki varietas yang telah terdaftar di Kementerian Pertanian bernama Solok Sumbar Sakato atau disingkat “SS Sakato”. Varietas ini terbukti adaptif dan memiliki produktivitas yang relatif tinggi. Sekitar 1.000 hektar bawang merah rutin dipanen setiap bulan dan dalam 2 minggu lagi ada panen juga untuk membantu pengamanan pasokan Idul Adha.
Ditjen Hortikultura hampir setiap tahun mengalokasikan bantuan untuk mendukung pengembangan hortikultura di Kabupaten Solok.
“Tahun 2023 ini kami alokasikan bantuan kawasan bawang merah seluas 83 hektar dan bawang putih 20 hektar. Selain itu adapula bantuan sarana pascapanen, sarana pengolahan, prasarana pascapanen serta sarana produksi pengembangan florikultura dan durian,” terang Prihasto.
Turut hadir pada kunker tersebut, Bupati Solok Epyardi Asda, Kepala Dinas Pertanian Solok dan jajaran, Pengurus Asosiasi, Petani Champion serta para penangkar benih bawang merah. Bupati Solok mengaku bangga dengan capaian yang diraih petani bawang merah Solok.
“Solok ini punya berbagai produk pertanian terbaik. Beras terbaik dihasilkan dari Solok. Aneka sayuran untuk kebutuhan Sumatera banyak disuplai dari Solok. Saat ini bawang merah bahkan menjadi yang terbesar produksinya se-Sumatera. Buah-buahan melimpah. Tanaman hias pun ada. Saya harap pemerintah pusat dan daerah harus terus hadir membersamai petani Solok,” kata Epyardi semangat.
Bupati meminta Kementan bisa membantu pengelolaan lahan di Kab. Solok yang masih punya potensi besar untuk dikembangkan, terutama untuk komoditi hortikultura.
“Kami sudah desain, wilayah bagian selatan untuk sayuran, bawang merah, cabe dan bawang putih. Sedangkan ke arah utara dengan buah-buahan, seperti durian, manggis, alpukat, pisang dan buah naga,” lanjut Epyardi.
Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Solok, Amri menyatakan siap bersama pemerintah mewujudkan Solok sebagai lumbung pangan Sumatera terutama bawang merah.
“Kami bertujuan menjadikan Solok sebagai Brebesnya Sumatera. Ke depannya, pasokan bawang merah Sumatera sedapat mungkin bisa dicukupi dari Solok. Kami optimis mampu,” tutup Amri didampingi anggota serta petani Champion setempat.