Beberapa tindakan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) yang dapat digunakan pada komoditas hortikultura  antara lain dengan cara kultur teknis (rotasi tanaman, sanitasi), penggunaan varietas tahan, pengendalian hayati dengan memanfaatkan predator dan parasitoid, pengendalian dengan menggunakan pestisida nabati dari ekstrak tumbuhan serta pengendalian  secara  kimia dengan  menggunakan pestisida  sintetik.  Budidaya  hortikultura secara organik dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada berupa agens hayati dan pestisida nabati  serta pengunaan  pupuk  organik  diharapkan dapat  menekan  populasi dan intensitas serangan OPT pada komoditas hortikultura. Meningkatnya kesejahteraan akan meningkatkan  pula kebutuhan makanan baik secara kuantitas maupun kualitas. Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah makanan yang berkualitas, sehat dan aman dikonsumsi, terhindar dari pencemaran bahan kimia beracun seperti pestisida kimia. Untuk menghasilkan pangan  yang  sehat dan  aman  antara  lain dapat  melalui  gerakan  pertanian organik,  yang melarang penggunaan pestisida kimia dengan cara menggantinya dengan pestisida nabati dan cara pengendalian alami lainnya. Hal ini merupakan peluang bagi pengembangan penggunaan pestisida nabati yang ramah lingkungan dan aman bagi kesehatan manusia.
Dalam pengendalian OPT, petani masih mengandalkan penggunaan pestisida sintetis. Kegiatan yang rutin dilakukan ini dapat membawa dampak negatif karena residu yang ditimbulkan dapat mencemari lingkungan air, tanah, udara dan dapat menghilangkan musuh alami hama. Produk akhir tanaman juga mengandung bahan yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Petani juga dihadapkan dengan kondisi semakin naiknya harga pestisida sintetik yang berakibat naiknya biaya produksi. Umumnya dalam mengatasi serangan hama, petani menyemprotkan insektisida kimia secara periodik atau terjadwal. Hal ini menimbulkan ketergantungan akan insektisida karena aplikasi pengunaannya tidak didasarkan akan kebutuhan namun secara periodikal. Jika ini terus berkelanjutan akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, karena pestisida yang disemprotkan ke tanaman hanya 20% yang tepat  sasaran sementara  80% lainnya jatuh ke tanah.  Akumulasi pestisida  tersebut  dapat menimbulkan pencemaran lahan pertanian. Residu dapat mengalir melalui parit-parit sawah ke sungai. Sebagian residu ada yang terbawa aliran air tanah, namun tidak sedikit pula yang mengendap dalam partikel tanah. Hal ini dapat membuat mikroorganisme dalam tanah yang tidak berbahaya juga ikut mati. Selain itu tanah menjadi tidak subur, sehingga tanaman tidak akan tumbuh dengan baik.
Pestisida  juga  dapat  menyebabkan  hilangnya  parasitoid  dan  predator. Peranan parasitoid dan predator sejatinya merupakan penangkal alami terhadap perkembangan hama pada suatu tanaman. Tingkat ketergantungan pestisida sintetis menjadi sangat tinggi dan menimbulkan biaya produksi yang semakin mahal karena meningkatnya harga pestisida kimia dari  tahun  ke  tahun.  Pengendalian  hama  tanaman  dengan  insektisida  sintetik  dapat menimbulkan dampak negatif, seperti resistensi dan resurgensi hama, terbunuhnya organisme bukan sasaran termasuk musuh alami, keracunan pada manusia dan ternak, kontaminasi oleh residu bahan beracun pada hasil panen, dan pencemaran lingkungan secara umum (Eva dkk, 2018).
Baca selengkapnya di sini
Disusun dari berbagai sumber oleh :
Hendry Puguh Susetyo, SP, M.Si
Fungsional POPT Ahli Muda – Direktorat Perlindungan Hortikultura