*Rilis Kementan, 28 Mei 2020*
No. 560/R-KEMENTAN/05/2020
Prabumulih – Bulan Ramadan tahun ini berada pada masa pandemi covid 19. Dimana kebutuhan produk buah semakin meningkat untuk mendukung imunitas tubuh, termasuk buah nenas.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL), dalam setiap kesempatan selalu menyampaikan bahwa dalam kondisi pandemi ini, kita harus pastikan pangan cukup untuk 267 juta penduduk Indonesia. Buah-buahan adalah salah satu komoditas pangan yang saat ini dibutuhkan untuk meningkatkan imun, oleh karena itu produksinya harus dipastikan mencukupi karena permintaannya pasti meningkat.
Prabumulih sebagai salah satu daerah sentra nenas dalam negeri ikut kebanjiran permintaan. Itu karena buah nenas Prabumulih sangat disukai masyarakat dengan ciri khas rasa manis dan sedikit asem yang menjadikan buah terasa segar saat dikomsumsi.
Nenas yang banyak dibudidayakan petani di Kota Prabumulih adalah nenas dari jenis Queen yang varietasnya telah dilepas oleh Kementerian Pertanian dengan nama Nenas Prabumulih.
“Nenas prabumulih ini terkenal karena rasanya yang manis dan ukurannya lebih besar dibandingkan nenas dari daerah lain dengan jenis yang sama, ” tutur Leknur Iskandar, Kepala Seksi Buah Dinas Pertanian, Perikanan dan Perkebunan Kota Prabumulih dalam keterangan tertulisnya, Kamis (28/5)
Luas pertanaman nenas di Kota Prabumulih saat ini lebih kurang 311 Ha, dengan populasi rata-rata 20.000 tanaman per Ha. Dengan produktivitas 2 kg/tanaman, dalam 1 tahun petani bisa menghasilkan sekitar 12.440 ton nenas.
Adapun sentra nenas di Kota Prabumulih terdapat di Kecamatan Prabumulih Timur (Kel. Karang Jaya dan Kel. Muara Dua) dan Kecamatan Cambai (Kel. Sungai Medang, kel. Sindur dan Desa Pangkul).
Harga nenas ditingkat petani bervariasi, berdasarkan grade/ukurannya. Harga buah nenas dengan grade A berkisar Rp. 7.500 – 12.500,- , grade B Rp. 5.000 – 7.500,-, dan grade C Rp. 1.500 – 5.000.
“Petani biasa memasarkan hasil nenasnya ke pasar induk Jakarta, Lampung, Jambi, Palembang dan daerah sekitar Sumatera Selatan,” ujar Leknur.
Permintaan nenas Prabumulih pada saat ini meningkatkan tajam dibandingkan tahun lalu. Menurut Leknur, hal ini ditenggarai selain untuk kebutuhan Ramadhan olahan selai, juga imbas dari pandemi Covid-19 dimana masyarakat banyak mengkonsumsi nenas sebagai sumber vitamin untuk meningkatkan imunitas tubuh.
“Saat ini kami hanya bisa memenuhi sekitar 40 % s/d 55 % (sekitar 8000 buah per minggu) dari permintaan pasar” tutur Saad salah seorang pedagang pengumpul nenas di Prabumulih.
Terpisah, Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi, menyampaikan bahwa Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura mendukung pengembangan kawasan nenas di Kota Prabumulih. Yakni melalui APBN selama 3 tahun.
“Kami telah difasilitasi pengembangan kawasan nenas didaerah tersebut, yaitu pada tahun 2017 seluas 25 ha, 2018 seluas 25 ha dan tahun 2019 seluas 15 ha,” ujar dia.
“Bantuan tersebut meliputi bantuan benih bersertifikat dan saprodi untuk mendukung pelaksanaan budidayanya,” tambahnya.
Sementara, Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menjelaskan bahwa nenas merupakan salah satu komoditas unggulan ekspor nasional. Produksi nasional nenas tahun 2019 sebanyak 2,1 juta ton, meningkat 21,65% dibanding tahun 2018 sebesar 1,8 juta ton.
Sementara ekspor nenas sepanjang tahun 2019 mencapai 236 ribu ton atau sekitar 2,85 triliun rupiah yang didominasi bentuk olahan atau nenas kalengan.
Negara tujuan ekspor nenas antara lain Jepang, Hongkong, Korea, Cina, Singapura, Malaysia, Arab Saudi, Kuwait, Oman, Uni Emirat Arab, Qatar, Mesir, Kanada dan Jerman, jelas pria yang akrab dipanggil Anton ini.
“Kami akan terus berkomitmen dalam meningkatkan produksi dan mutu buah-buahan yang berpotensi ekspor termasuk nenas ini, melalui fasilitasi dari on farm hingga off farm bahkan perluasan pasar,” pungkasnya.