Jakarta – Proyek Pengembangan Hortikultura di Daerah Kering (HDDAP) yang dikelola oleh Kementerian Pertanian siap berjalan mulai 2024 – 2028 dengan alokasi dana mencapai Rp 1,87 triliun. Kegiatan yang dibiayai oleh pinjaman Asian Development Bank (ADB) dan International Fund for Agricultural Development (IFAD) ini memiliki peluang besar untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan rantai nilai produk hortikultura di Indonesia.
“Kami melihat proyek ini sebagai peluang besar untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan rantai nilai produk hortikultura di Indonesia. Tujuannya adalah agar produk hortikultura Indonesia lebih kompetitif di pasar global. Selain itu sambil memperkuat lembaga-lembaga petani dalam upaya meningkatkan posisi mereka dalam sistem yang berkelanjutan dan dapat dipercaya, “ ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam ucapan tertulis, Jumat (3/11).
Prihasto mengatakan, proyek HDDAP akan berfokus pada pengelolaan lahan kering dengan prinsip konservasi tanah dan air untuk mencegah degradasi lahan yang bisa mengakibatkan lahan menjadi tidak produktif.
“Proyek ini akan melibatkan tujuh provinsi di Indonesia termasuk Jawa Tengah. Setidaknya ada dua komoditas yang menjadi fokus pada HDDAP ini yaitu pengembangan kentang industri di Kabupaten Batang dan Wonosobos, serta pengembangkan kampung pisang di beberapa kabupaten, termasuk Batang, Sumenep dan Lumajang,” papar Prihasto.
Dirinya menyebutkan, kentang industri adalah komoditas yang biasanya diimpor dari luar negeri dan digunakan untuk produk olahan. Melalui proyek HDDAP ini petani akan diberdayakan untuk mengembangkan varietas kentang unggul yang sesuai untuk industri olahan. Tujuannya tidak lain mengurangi ketergantungan impor kentang industri.
Kentang industri adalah komoditas kunci dalam proyek HDDAP. Salah satu contohnya adalah varietas Venturi yang dihasilkan melalui penelitian dalam negeri. Ditjen Hortikultura yang dalam hal ini sebagai pemangku kebijakan menekankan pentingnya kerja sama dan sinergi lintas pemangku kepentingan.
“Proyek HDDAP membawa peluang besar dalam pengembangan kentang industri, sehingga kerja sama dan sinergi antara stakeholder dari produksi benih hingga pemasaran sangat diperlukan. Aspek yang sangat penting dan menarik dari proyek ini adalah penyediaan benih bermutu yang menjadi kunci utama dari realiasi proyek ini,” ujar Direktur Perbenihan Hortikultura, Inti Pertiwi Nashwari.
Lebih lanjut Inti menyampaikan bahwa dalam proyek HDDAP ini diperlukan sekitar 605.798 batang benih pisang untuk mengembangkan kampung pisang di beberapa kabupaten, termasuk Batang, Sumenep dan Lumajang.
“KBH Salaman akan memainkan peran penting dalam menyediakan benih-benih tersebut. Melalui program HDDAP, KBH Salaman akan diberikan fasilitas sarana produksi benih pisang, penambahan koleksi pohon induk, pelatihan, dan penguatan kelembagaan untuk meningkatkan kapasitas produksi benih pisang,” paparnya.
Menyambut peluang besar ini, Kepala BBH Jawa Tengah Wilayah Surakarta, Aris Munandar menegaskan kesiapan KBTPH Salaman dan KBTPH Kledung dalam menyediakan benih bermutu untuk mendukung proyek HDDAP.
“BBH Jawa Tengah Wilayah Surakarta siap mendukung proyek HDDAP dengan menyediakan benih berkualitas. Dengan fasilitas dan sumber daya manusia yang teruji, kami telah memetakan sesuai spesialisasi kompetensi KBTPH Kledung untuk produksi benih kentang industri dan KBTPH Salaman sebagai produsen benih pisang yang akan digunakan oleh petani yang mendapat alokasi bantuan dari HDDAP,” ungkap Aris.
KBTPH Kledung yang terletak di Temanggung – Jawa Tengah berfokus dalam perbanyakan benih kentang mulai dari kelas benih penjenis di laboratorium hingga benih sebar yang siap digunakan petani. Dengan fasilitas laboratorium kultur jaringan, screenhouse dan SDM yang memadai diklaim mampu berproduksi hingga 4.000 – 5.000 botol benih penjenis, 500.000 knol, dan 50-60 ton benih G2 per tahunnya.
KBTPH Salaman yang terletak di Magelang, Jawa Tengah adalah salah satu kebun benih yang mendapatkan tugas dalam memproduksi benih pisang berkualitas. Dengan teknik kultur jaringan dan fasilitas laboratorium yang memadai, KBTPH Salaman mampu memproduksi benih pisang sebanyak 100.000 batang per tahun dengan berbagai varietas sesuai permintaan. Keberhasilan KBTPH Salaman dalam menerapkan ISO 9001:2015 dalam sistem manajemennya membuatnya menjadi salah satu laboratorium kultur jaringan terkemuka di Jawa Tengah. Beberapa varietas kentang unggul seperti Raja Kuning, Kepok, Mas Kirana, dan varietas lainnya telah berhasil diperbanyak.