Komponen  pengendalian  hama/penyakit terpadu  antara  lain  adalah  penggunaan varietas tahan, cara bercocok tanam, pemanfaatan agen biologis, pestisida dan pengamatan hama/penyakit secara rutin (monitoring). Penggunaan varietas tahan ternyata biayanya relatif murah, tidak menimbulkan pencemaran lingkungan dan mudah diaplikasikan oleh petani di lapang. Dengan  demikian  ketahanan  suatu  tanaman, khususnya  terhadap  serangan  OPT sangat memegang peranan penting dalam pengendalian hama secara terpadu.
Peranan varietas tahan termasuk dalam pengendalian secara teknik budidaya (tindakan agronomi). Pengendalian hama secara teknik budidaya meliputi penanaman varietas / kultivar resisten, pergiliran tanaman / varietas, pemupukan, sanitasi dan pengaturan waktu tanam. Penanaman varietas resisten / tahan merupakan salah satu cara pengendalian hama yang cukup  baik,  karena  biayanya  murah,  mudah  dan  tidak  berpengaruh  negatif  terhadap lingkungan. Kita dapat mengatakan suatu tanaman resisten (tahan) hama apabila tanaman tersebut pada suatu saat sama-sama mendapat serangan hama (populasi hama yang sama) dibandingkan dengan tanaman sejenis lainnya, ternyata kerusakannya lebih kecil.
Tanaman akan  mempertahankan diri  dengan dua  cara,  yaitu  (i)  adanya  sifat  –  sifat struktural pada tanaman yang berfungsi sebagai penghalang fisik dan akan menghambat patogen untuk masuk dan menyebar di dalam tanaman, dan (ii) respon biokimia yang berupa reaksi – reaksi kimia yang terjadi di dalam sel dan jaringan tanaman sehingga patogen dapat mati atau terhambat pertumbuhannya. Tanaman akan memberikan respon terhadap patogen dengan cara – cara yang berbeda. Respon tersebut ada yang berinteraksi dan ada yang tidak berinteraksi. Pada kasus tertentu terjadi hubungan yang inkompatibel antara tanaman dan patogen (tanaman adalah resisten) atau hubungan yang kompatibel (tanaman adalah rentan) (Siregar, 2003). Pada tanaman resisten, peningkatan respirasi dan katabolisme glukosa digunakan untuk menghasilkan metabolit yang berkaitan dengan pertahanan melalui jalur pentosa fosfat.  Pada tanaman yang rentan, energi ekstra yang dihasilkan digunakan oleh patogen yang tumbuh  (Sopialena, 2017).
Baca selengkapnya di sini
Disusun dari berbagai sumber oleh : Hendry Puguh Susetyo, SP, M.Si
Fungsional POPT Ahli Muda – Direktorat Perlindungan Hortikultura