Perhelatan akbar Kementerian Pertanian yang bertajuk Jambore Hortikultura 2022 yang dibuka oleh Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo Jumat (2/12) ternyata menarik minat dan antusias pengunjung. Diperkirakan lebih dari 2.000 pengunjung memadati area Jambore yang berada di Margo Hotel Depok pada hari pertama. Acara yang direncanakan menjadi _event_ tahunan tersebut akan digelar hingga Minggu (4/12).
Menteri Pertanian yang biasa disapa SYL ini meyakini bahwa produk hortikultura yang ditanam petani milenial berpotensi besar merajai pasar dalam negeri dan siap bersaing di pasar Internasional.
“Kita berharap sayur dan buah Indonesia menjadi satu potensi untuk membela kepentingan bangsa. Melalui para petani milenial, kita dorong untuk mampu menghasilkan komoditas hortikultura dengan kualitas yang lebih baik sehingga mampu merajai pasar dalam negeri dan siap bersaing di pasar Internasional “, tegas SYL.
Jambore Hortikultura 2022 menampilkan berbagai komoditas hortikultura mulai dari hulu hingga hilir. Selain ragam sayur, buah, tanaman hias, dan tanaman obat asli Indonesia, juga memperkenalkan Jamur Keabadian (Jakaba). Jabaka yang dipamerkan di _booth_ Direktorat Perlindungan ternyata cukup menyita perhatian publik dan membuat pengunjung memadati booth karena penasaran. Rata-rata pengunjung takjub setelah mengetahui manfaat jakaba ini.
Jamur yang ditemukan secara tidak sengaja saat membuat Pupuk Organik Cair (POC) oleh seorang petani bernama Aba Junaidi Sahid tersebut menyimpan banyak khasiat. Beberapa diantaranya adalah memperpanjang usia tanaman, mengatasi fusarium, mempercepat pertumbuhan tanaman kerdil, dan masih banyak lagi manfaat yang lain.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mengungkapkan kekagumannya pada jamur yang satu ini.
“Jakaba adalah jawaban dari mimpi buruk para petani selama ini, karena dengan jakaba, serangan penyakit dan hama pada tanaman bisa diatasi dengan mudah”, ungkapnya.
Prihasto juga membeberkan cara penggunaan jakaba pada tanaman tidak ribet, sehingga bisa lebih mudah diterima oleh masyarakat, khususnya petani.
“Ini para fungsional POPT kami akan terus melakukan penelitian agar mendapatkan potensi kemanfaatan yang lain, dan saya yakin masih banyak kemungkinan lain yang bisa terus kita kembangkan,” tandasnya.
Senada dengan Dirjen Hortikultura, petani milenial asal Tanah Toa Kajang, Bulukumba, Sulawesi Selatan, Suharto mengaku takjub dengan jamur keabadian ini.
“Saya gugup kodong, setelah tahu dari penjelasan POPT Direktorat Perlindungan, ternyata ada jamur yang bisa membuat tanaman terhindar dari penyakit, luar biasa ini,” ungkap Suharto.
Suharto mewakili teman sesama Petani milenial mengungkapkan rasa terimakasih dan bahagia karena diundang dalam acara Jambore ini.
“Saya dan teman-teman mengucapkan terimakasih kepada Bapak Menteri SYL dan Bapak Dirjen Hortikultura karena telah melibatkan kami di jambore ini. Jujur, ini merupakan pertamakali saya ke Jakarta, dan pertama kalinya saya naik pesawat”, ungkapnya.
Sebagai informasi, jamur merupakan salah satu sumber bahan organik yang bermanfaat bagi tanaman karena dapat dijadikan pupuk. Umumnya digunakan dalam bentuk pupuk cair yang diaplikasikan ke bagian tanaman. Jamur ini memiliki bentuk seperti koral karang yang bertekstur renyah, memiliki warna cokelat pada bagian atasnya dan berwarna kehijauan serta bertekstur kenyal, tetapi mudah patah pada bagian bawahnya.
Jamur keabadian dapat diaplikasikan dengan cara ditabur, disemprot ataupun dikocor. Cukup mengambil jakaba, lalu kemudian dihancurkan dengan blender agar halus. Setelah itu ditambahkan air leri atau air cucian beras hingga mencapai 800 ml. Kemudian ditambahkan air sebanyak 20 liter atau sesuai kebutuhan, dan tentunya dengan cara menggunakan perbandingan.