Cirebon, (3/11) – Indonesia menghadapi peluang emas dalam pengembangan komoditas florikultura, khususnya Melati, yang memiliki banyak peminat di pasar internasional. Jawa Tengah, sebagai produsen Melati terbesar di Indonesia, menjadi pusat perhatian dalam upaya pengembangan komoditas ini.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, menyampaikan strategi utama dalam peningkatan daya saing hortikultura adalah melalui pembangunan Kampung Hortikultura. Konsep ini bertujuan untuk mengkonsolidasikan kawasan hortikultura dan meningkatkan skala ekonomi. “Kita akan fokus pada pengembangan kampung-kampung hortikultura yang sudah ada, bukan hanya pada sistem produksi, tetapi juga pada penyediaan benih berkualitas untuk pengembangannya,” kata Prihasto.
Melati, sebagai salah satu komoditas florikultura yang menjanjikan, menjadi sorotan utama. Selain digunakan dalam berbagai industri seperti minuman, dekorasi, kosmetik, dan acara keagamaan, Melati juga memperoleh perhatian pasar internasional. Data statistik tahun 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 90,09% dari produksi Melati Indonesia, sekitar 22.574,01 ton, berasal dari Jawa Tengah.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman, menjelaskan bahwa pihaknya telah mengalokasikan dana untuk pengembangan kawasan Melati, mencapai luas hingga 50.000 m2 melalui dana APBN, dengan 20.000 m2 di antaranya berada di Provinsi Jawa Tengah. Langkah ini dilakukan untuk memastikan persyaratan teknis Melati dapat dipenuhi.
Hasil pemantauan tim lapangan pada akhir Oktober 2023 menunjukkan bahwa benih melati varietas Emprit Bandar Arum, yang dibudidayakan oleh Penangkar Benih Makmur Sentosa Yahir, telah memenuhi spesifikasi persyaratan teknis minimal. Sebanyak 24.500 benih Melati Emprit Bandar Arum akan dialokasikan kepada penerima manfaat di Kabupaten Tegal.
Yahir, sebagai penangkar benih yang berperan aktif dalam menyediakan benih Melati unggul, menyatakan kesiapan dalam memasok benih ini. “Permintaan Melati setelah pandemi Covid-19 terus meningkat, dan kurang lebih 50.000 benih Melati kami siap saat ini. Harapan kami adalah agar varietas Emprit Bandar Arum semakin dikenal oleh masyarakat luas dan dapat memasok benih Melati ke wilayah luar Jawa.”
Tak hanya Yahir, generasi muda juga mulai melirik profesi sebagai petani Melati. Zuhdi Ariri, seorang petani milenial Melati di Desa Depok, Batang, telah berhasil merintis produksi benih Melati selama 3 tahun terakhir. Di lahan seluas 2 hektar, selain Melati, Zuhdi juga mengembangkan komoditas lain seperti cabai dan mangga Garifta. “Saya telah terdaftar sebagai penangkar benih bersertifikat dari BPSB Jawa Tengah, dan produksi berjalan lancar. Pembeli datang langsung dan melalui pemesanan online,” ujarnya.
Hal ini mencerminkan potensi besar bagi generasi milenial untuk berperan di sektor pertanian dengan berbagai inovasi dan kreativitas mereka. Pengembangan Melati di Jawa Tengah bukan hanya akan meningkatkan ketahanan pangan, tetapi juga memberikan peluang ekonomi yang menjanjikan.