Oleh : Henni Kristina Tarigan, SP, ME
Pemalang – Mangga merupakan komoditas buah unggulan yang berkembang di beberapa sentra produksi. Terdapat berbagai jenis mangga yang terdapat di Indonesia antara lain mangga arum manis, mangga apel, mangga golek, mangga madu, mangga manalagi, mangga alpukat, mangga gedong gincu, mangga paket, mangga Indramayu, mangga kemang, mangga lalijiwo dan mangga endog.
Foto. Kebun mangga di Pemalang, Jawa Tengah
Mangga dapat dikonsumsi sebagai buah segar maupun beku, diawetkan atau dikeringkan. Selain itu dapat diproses menjadi jus, puree, maupun acar. Mangga matang paling baik dikonsumsi sebagai makanan penutup. Selain itu mangga diolah sebagai manisan, es krim dan produk roti.
Buah mangga mengandung berbagai kandungan fitokimia dan nutrisi. Buah mangga mengandung serat pangan yang tinggi, kaya vitamin C, provitamin A, karotenoid dan polifenol yang beragam.
Peluang pengembangan ekspor buah mangga Indonesia sangat menjanjikan. Indonesia menduduki posisi kelima sebagai produsen buah mangga dunia setelah India, China, Thailand, dan Meksiko. Tahun 2018, produksi mangga di Indonesia bahkan mencapai 2.184.399 ton. Hal tersebut menjadi peluang besar dalam peningkatan ekspor buah di Indonesia. Mangga tersebar di beberapa sentra di Indonesia antara lain Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah, DI. Yogyakarta, Aceh, Banten, Bali, Sulawesi Selatan, NTB dan NTT. Kabupaten Pemalang merupakan salah satu kabupaten yang berpotensial dalam pengembangan mangga arum manis di Provinsi Jawa Tengah.
Poktan Utama merupakan salah satu kelompok tani yang melakukan budidaya mangga di Desa Asemdoyong, Kec. Taman, Pemalang. Anggota poktan berjumlah 14 orang. “Luas lahan pengembangan mangga di Poktan Utama sebanyak 14 ha, asal benih berasal dari penangkar buah mangga dari Kab. Probolinggo” ungkap Ketua Poktan Utama, Edi Subeno. “Panen mangga dapat dilakukan 2 kali dalam setahun. Panen pada saat off season bulan Mei dan Juni, panen raya bulan Oktober dan November. Produksi mangga dapat mencapai 140 ton/ha untuk sekali panen atau 270 ton per ha per tahun”, tambah Edi.
Hasil panen mangga arumanis biasanya dipasarkan melalui pedagang pengumpul (tengkulak).Proses pengolahanmangga belum dilakukan. Pemasaran dilakukan ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta, toko buah (Wijaya Fruit), supermarket (Yogya Mall, Hero), dan pasar lokal sekitar Kab. Pemalang. Pemasaran melalui pedagang pengumpul – supplier. Harga mangga tingkat petani (panen raya) Rp. 4000-Rp.5000/kg. Sedangkan harga mangga saat off season Rp. 20.000 – 30.000/kg.
Permasalahan yang kami hadapi saat ini dalam budidaya mangga adalah serangan OPT khususnya saat musim hujan dan keterbatasan pasokan terutama saat tidak panen raya,” jelas Edi saat kunjungan lapang ke kebun mangganya.
Secara terpisah, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Yasid Taufik, menjelaskan bahwa peningkatan kinerja ekspor buah mangga dapat dilakukan penerapan sistem jaminan mutu di seluruh rantai produksi. “Penerapan jaminan mutu dapat diperoleh melalui standardisasi produk hasil pertanian dari hulu ke hilir melalui penerapan budidaya yang baik di tingkat produksi (Good Agricultural Practices), penanganan pasca panen yang baik(Good Handling Practices), pengolahan (Good Manufacturing Practices) dan di tingkat distribusi hingga produk sampai ke tangan konsumen,”tambah Yasid. “Penerapan GAP-SOP dan GHP perlu dilakukan secara berkesinambungan dalam rangka memperkuat daya saing ekspor mangga Indonesia serta memiliki pasar baik di dalam maupun luar negeri. Tentunya pengembangan mangga perlu difasilitasi melalui bantuan sarana dan prasarana pascapanen dan pemasaran,” pungkasnya.