Benih adalah simbol kehidupan dan salah satu faktor esensial yang mendukung budidaya tanaman. Petani menyimpan hasil panen lalu dijadikan sebagai benih, seperti penggunaan umbi yang disimpan untuk produksi benih bawang merah dan bawang putih.
Penyimpanan benih harus memperhatikan aspek kesehatan benih untuk bahan tanam yang maksimal di musim tanam berikutnya. Penanganan pasca panen, serangan hama dan penyakit pada benih dapat diminimalisir dengan penyimpanan benih yang tepat. Salah satu bentuk penanganannya yakni dengan aplikasi teknologi ozon (O3).
“Ozon merupakan molekul yang terdiri dari 3 atom oksigen yang tidak stabil dan merupakan gas reaktif untuk mematikan organisme cendawan dan bakteri,” ujar Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Prof Sobir.
Sifat ozon setelah bereaksi dengan zat lain tidak meninggalkan residu kimia yang berbahaya, sebaliknya sifat ozon sebelum bereaksi dengan zat lain mampu menghasilkan oksigen. Oleh karena itu, kata Sobir, teknologi ozon sangat ramah lingkungan.
Ozon pada konsentrasi rendah dengan waktu pemaparan relatif pendek, efektif dalam membunuh bakteri, jamur, spora dan virus. Teknologi ozon banyak digunakan untuk penanganan pasca panen buah dan sayur.
Bersumber dari laman LIPI.go.id, proses ozonisasi pertama kali dikenalkan oleh Nies pada 1906 silam dari Perancis sebagai metode menstrelisasi air minum. Berawal dari penggunapan ozonisasi yang berkembang cepat, kurang dari 20 tahun, terdapat 300 lokasi pengolahan air minum di Amerika Serikat yang telah menerapkan ozonisasi.
Pemanfaatan teknologi ozon juga diaplikasikan oleh produsen benih bawang putih di Magelang, Fathul Hakim. Dirinya telah mempraktekkan ozonisasi pada benih yang akan digunakan di lahan.
“CO3 dialirkan ke gudang penyimpanan benih. Praktek ozonisasi ini dapat mematahkan dormansi benih dua sampai tiga bulan,” ujar Fathul.
Dirinya mengungkapkan penggunaan teknologi ozon ini didampingi teknisi dari Universitas Diponegoro. Caranya, aliran ozon dialirkan ke dalam gudang benih bawang putih dan ozon akan mengubah O2 menjadi O3.
“Gas tersebut akan mengalir selama 3 jam setiap harinya selama dua sampai tiga bulan hingga patah dormansi,” jelas Fathul.
Direktur Perbenihan Hortikultura, Sukarman mengatakan bahwa teknologi ozon dalam penyimpanan benih bawang putih dapat dijadikan alternatif untuk mempercepat penyediaan benih di lapangan. Selain ramah lingkungan, teknologi ozon ini juga berfungsi sebagai pengoksidasi dan disinfektan yang efektif dan aman.
“Kiranya teknologi ozon ini dapat menjadi salah satu alternatif kita untuk memperpendek masa dormansi bawang putih yang relatif lama, yakni empat sampai enam bulan (tergantung varietas – red),” ujar Sukarman.