Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melihat perubahan cuaca di Indonesia terjadi sangat ekstrem dibanding negera-negara lain. Dikhawatirkan, dalam jangka panjang, perubahan cuaca akan terjadi dan berimbas pada buah-buahan asli Indonesia yang terancam hilang.
“Sebenarnya kenaikan suhu di Indonesia tidak terlalu tinggi, tapi ketidaktinggian itu kalau dibanding dengan parameter suhu global Indonesia itu kenaikannya 0,7 derajat sementara dunia itu 0,5 derajat,” ujar Kepala BMKG Andi E Sakya usai acara Rakornas di kantornya Jalan Angkasa 1/2, Kemayoran, Jakarta Pusat, Selasa (5/5/2015).
Secara umum kenaikan suhu di beberapa wilayah Indonesia sangat variatif. Namun jika dirata-ratakan kenaikan suhu Indonesia lebih tinggi dibanding negara-negara lain.
“Rata-rata Indonesia kenaikan suhunya mencapai 1,3. Jadi 0,2 secara global, berarti pemanasan Global di Indonesia jauh lebih tinggi. Sehingga ke depan kalau mau mencari salak bisa jadi sudah tidak ada di Yogja melainkan ke Brisbane oleh karena itu disebut tropicalisasi,” tuturnya.
Andi mengatakan sudah sangat terlambat Indonesia menyadari perubahan cuaca yang ekstrem tersebut. Pasalnya telah terjadi pergeseran perubahan iklim ke arah selatan.
“Kalau senang rambutan bisa jadi sudah bukan di Indonesia lagi tapi bisa di Thailand karena sudah ada pergeseran 400 Km ke sisi selatan, dan ini sudah terjadi,” paparnya.
Andi menjelaskan khusus di Jakarta sendiri suhu tertinggi sampai dengan 29,2 derajat celcius. Hal itu tercatat dari hasil penglihatan BMKG di tahun 2014.
“Tahun 2014 yakni 29,2 derajat kalau 2015 harus dirata-ratakan per tahun,” tandasnya.
(Sumber : www.detik.com)