Mangga (Mangifera indica L.) merupakan komoditas hortikultura populer. Ada sekitar 400 varietas mangga yang ada di seluruh Indonesia. Mangga dapat dikonsumsi sebagai buah segar maupun beku, diawetkan atau dikeringkan. Selain itu dapat diproses menjadi jus, _puree_, maupun acar. Mangga matang paling baik dikonsumsi sebagai makanan penutup. Selain itu mangga diolah sebagai manisan, es krim dan produk roti.
Buah mangga mengandung berbagai kandungan fitokimia dan nutrisi. Buah mangga mengandung serat pangan yang tinggi, kaya vitamin C, provitamin A, karotenoid dan polifenol yang beragam.
Buah mangga tersedia melimpah saat panen raya pada September – Desember. Total produksi buah mangga pada tahun 2017 sebesar 2.203.789 ton, berada di urutan kedua total produksi 11,22% dari total produksi buah di Indonesia. Sentra produksi mangga terbesar ada di Pulau Jawa dengan total produksi sebesar 1.669.672 ton atau 75,76% dari total produksi mangga nasional (Kementerian Pertanian, 2017). Per Agustus, volume ekspor mangga tumbuh menjadi 939 ton dengan harga jual US$994,3 per ton. Pertumbuhan dan harga jual ini leih besar daripada tahun 2016 dengan volume ekspor sebesar 473 ton dan dijulai di level US$638,1 per ton.
Kepala Seksi Pengolahan Hasil Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Kementerian Pertanian, Samsuardi mengatakan sebenarnya pengembangan kawasan mangga sudah dilakukan sejak tahun 1998. Ini merupakan hasil kerjasama antara JICA Indonesia dengan Kementerian Pertanian, dengan memberikan fasilitas dari segi pelatihan, infrastruktur, gudang penyimpanan dan peningkatan kapabilitas sumberdaya kelompok.
Salah satu kebun mangga berupa hamparan kawasan terdapat di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat dengan jenis mangga gedong gincu. Mangga gedong gincu inilah yang pernah masuk Gedung Putih Amerika Serikat dan Timur Tengah dan sampai saat ini masih konsisten mengisi suplai buah di kedua negara tersebut.
Peluang pengembangan ekspor buah mangga Indonesia sangat menjanjikan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk memperkuat daya saing mangga Indonesia di antaranya memperhatikan budidaya yang baik dan pemanfaatan teknologi pasca panen guna peningkatan kualitas produksi.
Saat ini tuntutan mutu produk pangan dalam perdagangan dunia terus meningkat. Mutu hasil hortikultura segar merupakan kombinasi dari karakteristik kimia, nilai gizi, sifat sensoris, sifat fisik, mekanis dan fungsional yang memberi nilai bagi produk hortikultura segar sebagai bahan pangan.
Tampilan produk hortikultura segar yang baik dan bebas dari kerusakan eksternal merupakan salah satu atribut mutu produk hortikultura segar.
Kualitas produk pangan dan pertanian biasanya dinilai dengan beberapa parameter kualitas, di antaranya faktor eksternal (misalnya kulit luar, tekstur, warna daging) dan faktor internal (misalnya kesegaran buah, kandungan gula, index keasaman). Selain itu, parameter keamanan pangan (misalnya kontaminasi bakteri pathogen, residu pestisida, residu logam berat) dapat mempengaruhi perilaku konsumen terkait produk tertentu.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian, Yasid Taufik, MM mengatakan parameter kualitas komoditas hortikultura segar adalah kombinasi karakteristik, atribut dan sifat yang memberi nilai kepada manusia. Kualitas penampilan merupakan hal yang paling penting bagi konsumen, diikuti oleh kesegaran dan umur simpan. Konsumen mempertimbangkan kualitas yang baik, buah-buahan dan sayuran yang terlihat bagus, segar, memiliki rasa yang enak dan nilai gizi yang baik.
“Hampir semua komoditas pertanian di negara maju sekarang dipasarkan berdasarkan standar resmi nasional maupun internasional. Diterapkannya standar resmi sangat penting untuk komoditas hortikultura. Dengan diterapkannya standar tersebut diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk yang dihasilkan,” jelas Yasid.
Peningkatan kinerja ekspor buah mangga dapat dilakukan melalui penerapan sistem jaminan mutu di seluruh rantai produksi. Konsistensi mutu dapat dijamin melalui diterapkannya standardisasi produk hasil pertanian dari hulu ke hilir. Dimulai dari tingkat produksi (Good Agricultural Practices), penanganan pasca panen (Good Handling Practices), pengolahan (Good Manufacturing Practices) dan di tingkat distribusi hingga produk sampai ke tangan konsumen.
“_Total quality management_ tersebut sangat diperlukan untuk menjamin mutu produk buah mangga sehingga buah mangga Indonesia memiliki daya saing secara nasional ataupun internasional,” tambahnya.