Isu ketersediaan cabai dan bawang selalu menjadi sorotan menjelang HBKN terutama memasuki bulan Ramadhan dan Idul Fitri yang jatuh pada Maret dan April. Pada momen ini berbarengan dengan tingginya tingkat konsumsi masyarakat yang berdampak pada besarnya inflasi secara nasional. Analogi ekonomi, stok cabai dan bawang tercukupi maka inflasi terjaga.
“Kejadian ini merupakan siklus yang setiap tahun selalu terjadi. Mengantisipasi kondisi tersebut, Kementerian Pertanian melalui Ditjen Hortikultura melakukan pemantauan ketersedian cabe bawang merah di 48 titik sentra-sentra produksi cabe bawang di seluruh Indonesia guna memastikan ketersediaan bawang dan cabai jelang bulan puasa dan Lebaran 2023,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto dalam sambungan telepon, Senin (27/2).
Kabupaten Banyuwangi yang merupakan salah satu daerah penyangga cabai nasional serta sentra komoditas cabai dan bawang merah di Propinsi Jawa Timur. Hasilnya pantauan ke beberapa lokasi seperti Kecamatan Muncar, Wongsorejo Cluring, Licin menunjukkan bahwa pasokan untuk cabai dan bawang merah aman dan terkendali untuk bulan puasa dan lebaran tahun ini.
Ketua Asosiasi Cabai Jawa Timur, Nanang yang ditemui di lahan yang berada di Desa Tamanagung, Kecamatan Clurit mengatakan bahwa untuk komoditas cabai rawit, Kabupaten Banyuwangi merupakan penyuplai 80 persen kebutuhan cabai di wilayah Jawa Timur sehingga untuk kebutuhan bulan puasa dan lebaran 2023 aman terkendali.
“Kami bahkan siap memasok wilayah Jabodetabek dan Bali. Setiap hari kami mengirim sekitar 40 ton setiap harinya ke Jabodetabek dan kurang lebih 5 ton ke Propinsi Bali. Jumlah ini Insya Allah meningkat lagi menjelang bulan puasa dan Idul Fitri karena penanaman Nopember, Desember dan Januari meningkat. Harapannya mudah-mudahan iklim atau cuaca tidak terlalu ekstrim karena sangat berpengaruh terhadap hasil panen,” terang Nanang.
Sementara itu Kelompok Tani Tirto Lestari di Desa Kemendug, Kecamatan Muncar menanam sekitar 27 hektare dengan varietas lokal dan ORI 212. Penanaman ini dimulai sejak Desember hingga Januari yang direncakan panen pada Maret dan April. Produksi cabai rawit di wilayah ini mencapai 9.5 ton per hektare. Harga di tingkat petani saat ini tercatat berkisar Rp 46 – 48 ribu/kg sedangkan di tingkat konsumen/pasar berkisar Rp 53 – 55 ribu/kg.
Ketua Kelompok Tani Pandan Wangi, Ahmad Hairul mengatakan bahwa kelompoknya menanam seluas 36 hektare sejak Januari untuk persiapan panen pada April atau menjelang lebaran.
“Dengan produksi 8 ton per hektare, hasil panennya ini rutin untuk memasok pasar lokal sekitar Jawa Timur, Jabodetabek hingga Bali. Petani sudah terbiasa dengan penanaman cabai rawit yang dirasakan sangat menjanjikan. Produksinya meningkat setiap tahunnya dengan catatan ketersedian air terpenuhi,” terangnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, Ilham Juanda mengatakan, “Untuk komoditas cabai rawit dan bawang merah Kabupaten Banyuwangi menjelang Ramadhan dan Lebaran tahun ini Insya Allah aman sebagaimana disampaikan oleh Ketua Asosiasi Cabai Jawa Timur. Hal ini dikarenakan wilayah kami merupakan salah satu daerah penyangga cabai rawit untuk tingkat nasional dan Propinsi Jawa Timur. Cabai rawit dari Banyuwangi ini setiap hari dipasarkan ke wilayah Jabodetabek terutama ke PIKJ hingga wilayah Bali dan NTB.”
Ilham melansir data produksi cabai rawit Banyuwangi pada 2022 sebesar 30.169 ton dari total luas panen 3.792 hektare. Sementara bawang merah pada 2022 produksinya mencapai 6.902 ton. Jumlah tersebut diperoleh dari total luas tanam 1.176 hektare. Jadi untuk Kabupaten Banyuwangi diyakini aman.