Cianjur (24/11) – Direktur Buah dan Florikultura Liferdi Lukman melakukan panen melon perdana di lahan screenhouse Desa Gekbrong, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur. Pada screen house berluasan 320 m2 yang dikelola Kelompok Tani Gede Harepan ini, tengah dikembangkan melon varietas inthanon yang merupakan melon premium dengan keunikan dari melon ini adalah memiliki brix 16 – 18 dengan tekstur renyah, net nya banyak dan menonjol keluar.
“Screenhouse melon ini merupakan program bantuan Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun Anggaran 2023. Bisa kita saksikan, hanya dalam waktu 70 hari melon sudah bisa dipanen. Dalam screenhouse ini dapat menampung 1.000 polibag tanaman melon yang dirancang 1 tanaman akan berbuah sebanyak 5 butir dalan jangka waktu 7 bulan. Berat buah yang dihasilkan berkisar antara 800 – 1200 gram atau rata-rata berat buah sebesar 1 kg, maka produksi sekali musim tanam adalah 5 ton “ujar Liferdi Lukman, Jumat (24/11).
Liferdi menyebutkan, dari bantuan 1 unit Screenhouse, terdiri dari unit bangunan screenhouse yang dilengkapi dengan instalasi pengairan dan sarana budidaya senilai Rp 200 juta.
“Pemilihan melon Inthanon merupakan melon premium yang berukuran kecil ini menurut petani karena mengikuti selera pasar. Pasar menyukai melon yang cukup sekali makan. Harganya pun bagus dan ada kesinambungan untuk ketersediaan benih bagi petani,” lanjut Liferdi.
Hasil panen dari Screenhouse ini, lanjut Liferdi, langsung diambil oleh offtaker PT. Karya Masyarakat Mandiri (PT KMM). Artinya, sudah ada kepastian pasar dengan kesepakatan kedua belah pihak yang saling menguntungkan, petani mendapatkan kepastian pasar dengan harga yang menguntungkan, sementara offtaker mendapatkan keuntungan dengan kepastian produksi dan pasokan buah melon, papar Liferdi.
Sesuai arahan Menteri Pertanian Amran Sulaiman, untuk terus meningkatkan produksi pertanian melalui teknologi modern, terutama pada beberapa komoditas hortikultura menerapkan sistem pertanian smart farming. Sehingga dengan sistem pertanian terintegritas berbasis teknologi, lahan yang sempit tidak menjadi kendala untuk dapat meningkatkan produksi hortikultura yang nantinya akan dapat menekan laju impor, termasuk pengembangan melon di Indonesia.
Senada dengan arahan Mentan, Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto, menyatakan siap mendorong produksi, ini dapat diwujudkan dengan tiga strategi utama yaitu Pengembangan Kampung Hortikultura, Penumbuhan UMKM Hortikultura dan Modernisasi Hortikultura.
“Kami terus melakukan berbagai upaya untuk mewujudkan pembangunan hortikultura, dengan meningkatkan daya saing, peningkatan produksi, produktivitas, dan akses pasar, logistik dengan didukung sistem pertanian modern dan ramah lingkungan,” terang Prihasto.
Liferdi juga berharap bantuan pemerintah yang bersifat stimulus ini terus berlanjut dan makin berkembang, pemerintah akan bangga dan memberikan apresiasi bagi kelompok-kelompok Tani yang melaporkan keberhasilannya dan terus maju berkembang yang berdampak bagi peningkatan ekonomi dan kesejahteraan bagi petani dan masyarakat sekitar, tuturnya
Ketua Kelompok Tani Gede Harepan, Uden Suherlan, penerima bantuan screenhouse mengatakan bahwa pada awalnya bersama 84 anggota lainnya mengembangkan paprika dan aneka komoditas hortikultura lainnya utamanya sayur. Semenjak pandemi, usaha sayurnya mengalami penurunan drastis sehingga beralih ke melon kimochi. Ketika mendengar akan menerima bantuan, dirinya berkomunikasi dengan PT KKM offtaker yang mengambil hasil panen, terkait dengan permintaan pasar dan dapat masukan agar menanam melon inthanon.
“Rekomendasi offtaker agar melihat permintaan pasar yang saat ini menyukai melon berukuran kecil. Melon inthanon ini pada 1 tanaman akan berbuah sebanyak 5 butir dalam 1 musim tanam dengan jangka waktu 7 bulan. Berat buah yang dihasilkan berkisar antara 800 – 1200 gram atau rata-rata berat buah sebesar 1 kg. Perusahaan ini mengambil ke kami Rp25 ribu per kilogram. Insya Allah sekali panen kami bisa mendapat Rp 25 juta, sehingga omset satu siklus tanam adalah Rp 125 juta ” terang Uden.
Perwakilan dari offtaker PT KMM, Dede Suryana mengatakan bahwa dari panen perdana ini akan diambil keseluruhannya secara terus-menerus. “Kebetulan ini adalah poktan binaan kami sejak awal bertanam paprika. Setelah kami mendengar ada screenhouse di sini dan meminta pendapat dari kami, maka kami merekomendasikan melon inthanon yang merupakan kategori melon premium. Melon ini banyak permintaannya di pasar dan cukup kompetitif,” jelas Dede.
Dede menyebut harga melon Rp 25 ribu per kilogram merupakan hasil kesepakatannya dengan Poktan Gede Harepan. Dede juga menginfokan kalau akses benih melon ini mudah di pasaran, sehingga ada jaminan untuk bisa terus berproduksi. Prospek pasar untuk melon Inthanon ini sangat menjanjikan, saat ini permintaan pasar masih sangat besar dan terbuka lebar, kami bermitra juga dengan kelompok-kelompok lain nya untuk penjaminan produksi, diharapkan peluang ini dapat ditangkap oleh kelompok tani Gede Harepan dan kelompok mitra lainnya untuk terus dikembangkan, “Dengan demikian kami ada kepastian pasokan dari mitra-mitra kami,” pungkasnya.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Ketahanan Pangan kabupaten Cianjur, Nurdiyati menyampaikan terima kasih kepada pemerintah pusat dalam hal ini Direktorat Jenderal Hortikultura, melalui Direktur Buah dan Florikultura.
“Terima kasih kami atas perhatian dan dukungannya untuk kemajuan hortikultura Cianjur, Pemerintah daerah melalui Dinas kami siap bersinergi dalam mengembangkan hortikultura khususnya buah melon ini melalui kucuran dana APBD siap berkolaborasi. Cianjur ke depan siap menjadi pemasok buah melon untuk Jakarta yang selama ini didominasi oleh melon dari Jawa Timur,” pungkasnya.