*Rilis Kementan, 17 Juni 2020*
No. 715/R-KEMENTAN/06/2020
Pemalang – Pandemi Covid-19 menyebabkan lesunya berbagai sektor. Tidak hanya di Indonesia, melainkan dunia internasional.
Namun, di tengah kelesuan ini, petani nenas Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang membawa kabar baik. Para petani berhasil memasarkan produknya ke Jeddah, Arab Saudi sebanyak 12 ton nenas segar senilai Rp176 juta rupiah.
Saat dikonfirmasi melalui sambungan telefon, Selasa (16/6), Siti Rokhamah petugas Dinas Pertanian Kabupaten Pemalang mengatakan bahwa saat ini di Kabupaten Pemalang terdapat sekitar 1.500 hektare lahan nanas. Lokasinya di kaki Gunung Slamet tepatnya di Desa Belik dan Desa Beluk, Kecamatan Belik.
“Kesesuaian wilayah dengan kondisi lahan dan agroklimat menjadikan Nanas Madu Belik ini dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik, terang Siti melalui keterangan tertulisnya.
Petani nenas di wilayah ini tergabung dalam Kelompok Tani Bulu Arja yang diketuai oleh Rain Mustofa. Luasan lahannya sekitar 40 hektare. Sementara Kelompok Tani Sumber Rejeki II diketuai oleh Tarsono seluas 10 hektare.
Siti menjelaskan bahwa harga nanas madu di Kabupaten Pemalang berada dikisaran Rp. 4000 – 4500/buah untuk kelas A, sedang untuk kelas B kisaran Rp. 3000 – 3500/buah dan Rp. 2500/buah untuk kelas C.
Lebih detil Siti menyebutkan kriteria buah nenas yang siap dipanen adalah mahkota telah terbuka, tangkai bunga mejadi keriput, mata/duri lebih datar dan besar serta bentuknya lebih bulat, warna kulit buah mulai menguning, timbul aroma buah nenas yang harum.
Buah nenas siap dipanen 5 bulan setelah forcing.
“Walaupun telah dilakukan perangsangan pembungaan dan pematangan buah, namun ukuran dan waktu panen buah nenas berbeda-beda. Setelah tanaman dipanen, maka tunas samping yang tumbuh dari tanaman nenas dipelihara lagi, dan selanjutnya dipanen buahnya,” tambahnya.
Dijelaskan Siti, tanaman fase kedua ini disebut _Ratoon Crop_ (RC). Setelah buah nenas yang berasal dari tanaman RC ini dipanen, maka tunas samping yang tumbuh dipelihara sampai produksi selanjutnya. Fase ketiga ini disebut _Second Ratoon_ (SR). Setelah buah nenas yang berasal dari tanaman SR ini dipanen, maka tanaman dibongkar, dan diganti dengan tanaman baru yang berasal dari bibit baru.
“Ini dilakukan agar kualitas dan ukuran buah nenas dapat dipertahankan. Karena apabila tidak diganti dengan tanaman yang baru, maka kualitas mutu buah menurun,” kata dia.
Tidak hanya memproduksi nanas segar, petani nanas di Kabupaten Pemalang juga telah memproduksi nanas olahan berupa dodol nanas, kripik, stick nanas dan koktail nanas yang kedepannya juga diharapkan dapat pula menembus pasar mancanegara, bebernya.
*_Pentingnya Penerapan GAP_*
Dikonfirmasi terpisah Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto mengapresiasi nenas Kabapaten Pemalang yang dapat menembus pasar Timur Tengah ini. Pria yang akrab di panggil Anton mengatakan, bila budidaya nenas dilakukan dengan mengacu pada standar yang ada maka akan diperoleh hasil yang signifikan.
“Sehingga nenas yang dipanen dapat memenuhi kriteria pasar terutama pasar global,” terang Anton.
Anton mengharapkan dengan adanya ekspor nanas di Kabupaten Pemalang dapat menjaga keberlangsungan pendapatan petani di tengah pandemi serta menjadi contoh bagi para petani nenas daerah lain.
“Terutama untuk lebih meningkatkan produksi dan kualitasnya menjadi lebih baik,” tambah Anton.
Senada dengan yang diungkapkan Anton, Liferdi Lukman, Direktur Buah dan Florikultura memberikan apresiasi kepada petani nenas Kabupaten Pemalang. Di tengah Pandemi Covid-19, para petani mampu menghasilkan buah nenas bermutu.
“Kami akan terus mendorong dan mengingatkan para petani agar tetap melaksanakan budidaya yang sesuai dengan Good Agricultural Practices (GAP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku sehingga hasilnya sesuai dengan tuntutan pasar terutama pasar ekspor baik dari segi kualitas maupun kuantitas,” tambahnya.
Sesuai dengan arahan Menteri Petanian Syahrul Yasin Limpo, untuk selalu berkomitmen dalam menggenjot ekspor produk pertanian termasuk komoditas pertanian hortikultura terutama buah-buahan, Liferdi mengaku saat ini fokus dan berkomitmen dalam meningkatkan produksi dan kualitas/mutu buah-buahan tropis unggulan.
“Utamanya yang berpotensi ekspor seperti manggis, mangga, pisang, nenas, salak, buah naga dan durian dengan berbagai program dan melibatkan seluruh stakeholders terkait,” lanjut dia.
“Selama ini, nenas Indonesia yang diekspor adalah jenis Smooth Cayenne dari daerah sentra produksi Lampung dan Subang, akan tetapi nenas madu jenis Queen asal Pemalang ini bisa diekspor, merupakan suatu terobosan baru,” lanjut dia.
Liferdi menjelaskan terkait kunci sukses budidaya buah-buahan agar mencapai hasil yang berkualitas ekspor. Petani harus memperhatikan pemilihan benih yang sehat serta pemeliharaan tanaman yang baik dan pemupukan berimbang.
“Khusus budidaya nenas, pengaturan jarak tanam juga menentukan kualitas hasil, karena selain memudahkan dalam pemeliharan kebun, buah yang dihasilkanpun mempunyai ukuran yang sesuai dengan permintaan pasar,” ujar Direktur yang dulu pernah berprofesi sebagai peneliti buah itu.
Pengunaan pupuk kandang sangat dianjurkan untuk pertanaman nanas. Menurut Liferdi, selain memperbaiki kesuburan tanah juga memenuhi kebutuhan hara tanah serta meningkatkan hasil produksi dan mengacu pada sistem pertanian organik.
“Kami berharap keberhasilan petani nenas Kabupaten Pemalang yang telah menembus pasar Timur Tengah ini dapat diikuti oleh petani nenas di daerah lainnya. Bahkan jangan hanya puas untuk masuk pasar Timur Tengah, kami berharap nenas segar Indonesia juga mampu menembus pasar internasional lainnya seperti China dan Eropa,” tutup Liferdi optimis.