Aglaonema atau dikenal juga dengan nama Sri Rejeki merupakan salah satu tanaman hias yang populer di Indonesia. Aglaonema memiliki corak daun yang beraneka ragam dengan kombinasi yang khas antara warna hijau, putih, dan merah. Keragaman corak ini membuatnya semakin diburu oleh para pecinta tanaman hias Nusantara.
Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman menjelaskan bahwa tanaman hias memiliki prospek usaha budidaya yang sangat menguntungkan, apalagi tidak perlu lahan yang terlalu luas untuk membudidayakannya.
“Florikultura itu unik. Tidak diperlukan lahan yang luas untuk pengembangannya. Jika dihitung kasar, tiap rumah punya 100 pot Aglaonema, satu pot bisa kita jual 25 ribu. Omzet sekali panen mencapai 2,5 juta Rupiah. Apabila diusahakan secara intensif dan melibatkan off taker, pasti akan menjadi prospek usaha menjanjikan. Ini salah satu yang mendasari Direktorat Jenderal Hortikultura mengembangkan Kampung Flori,” jelas Liferdi.
Liferdi menambahkan, produksi Aglaonema secara nasional meningkat cukup tinggi. Hal ini salah satunya berkaitan dengan tanaman hias dianggap mampu berfungsi sebagai soul food atau mampu menenangkan jiwa, terutama pada masa pandem Covid-19.
“Tahun 2020 produksi Aglaonema secara nasional tercatat 856.521 pohon, sementara pada tahun 2021 naik mencapai 61,38% menjadi 1.382.243 pohon. Ini prestasi yang cukup membanggakan karena selain sebagai tanaman hias, Aglaonema juga bisa dijadikan filter udara di sekitar kita,” ungkapnya.
Kepala Dinas Pertanian TPH Kabupaten Lampung Tengah, Khresna Rajasa, saat berdiskusi dengan Tim Teknis Direktorat Buah dan Florikultura dalam penyusunan SOP Aglaonema menyatakan kesiapannya mendukung program Kampung Flori.
“Di Lampung Tengah tepatnya di Keluarahan Adipuro, Kecamatan Trimurjo sudah ada Agrowisata Aglaonema yang diresmikan tahun 2021. Sudah ada 45 orang yang sangat aktif menjalankan usaha Aglaonema. Semuanya punya screen house skala rumah tangga rata-rata dengan luasan 60 – 150 m2, bahkan ada beberapa warga yang memiliki screen house dengan luasan 500 – 800 m2. Jadi kalau ada program Kampung Flori, kita siap padu-padankan dengan Agrowisata Aglaonema di sini,” ujar Khresna optimistis.
Salah satu petani Aglaonema di Kecamatan Trimurjo, Margiono menyatakan antusiasmenya jika wilayahnya dijadikan Kampung Flori.
“Di Trimurjo, khususnya Kelurahan Adipuro, Aglaonema menjadi sumber kehidupan masyarakat. Dari tahun 2016 kami sudah menggeluti Aglaonema dan tahun 2019 kami bentuk Kelompok Wanita Tani Sri Rejeki. Kemudian pada tahun 2021 terbentuk Perkumpulan Adipuro Sri Rejeki. Berbagai varian kami kembangkan di sini. Hampir 50 jenis varian ada di Agrowisata Kampung Aglaonema Sri Rejeki. Harapan kami dengan adanya program Kampung Flori, Agrowisata Aglaonema Sri Rejeki semakin maju dan berkembang,” ucapnya semangat.
Agrowisata Kampung Aglaonema Sri Rejeki di Kelurahan Adipuro menjadi salah satu model pengembangan Kampung Flori yang terbukti dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menjadikan wilayah Kelurahan Adipuro sebagai Kawasan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Berbasis Aglaonema. Model ini dapat direplikasikan pada daerah lain dengan melibatkan masyarakat sebagai motor penggerak utama dan memproduksi tanaman hias sesuai dengan agroklimat, serta diwadahi dalam kelembagaan yang mandiri, kuat dan berbadan hukum. Arah pengembangan Kampung Flori di Kelurahan Adipuro sebagai korporasi sentra produksi, perbenihan dan koleksi Aglaonema sekaligus Kawasan Agrowisata yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.