Pati (7/2) – Menteri Pertanian bersama rombongan melakukan panen raya padi di atas hamparan sawah seluas 1753 hektare Desa Wotan, Kecamatan Sukolilo Kabupaten Pati. Adapun varietas yang ditanami adalah Inpari 32 dengan produktivitas 7 – 8 ton per hektare.
Total luas panen padi Kabupaten Pati bulan Januari 2018 yaitu 9.135 hektare (setara beras 31.927 ton), di bulan Februari seluas 24.757 hektare (setara beras 88.555 ton) dan Maret 12.544 hektare (setara beras 44.983 ton).
Pati sendiri dikenal sebagai daerah penghasil beras produktif tersebar di enam kecamatan seperti Kecamatan Sukolilo 3.398 hektare, Kecamatan Pucakwangi 3.150 hektare, Kecamatan Jakenan 2.987 hektare, Kecamatan Winong 2.987 hektare, Kecamatan Jaken 2.639 hektare dan Tambakromo 2589 hektare.
Daalm sambutannya Bupati Pati menyebutkan bahwa di Pati sendiri memiliki lumbung pangan yang sangat luas. meskipun ada beberapa spot yang terkena imbas banjir, namun akibatnya tidak signifikan dibandingkan luasan hasil panen.
“Pati sendiri memiliki lumbung pangan seluas 59.720 hektare. Dan tahun ini hampir semuanya panen raya dari awal Januari hingga Februari. Untuk satu kali panen bisa mencapai 58 ribu hektare. Kalau dua kali panen bisa 108 ribu hektare karena dua kali musim tanam”, jelas Haryanto, Bupati Pati.
Bahkan Bupati menegaskan Bulog bisa mengisi stoknya dengan membeli dari petani di Pati.
“Menurut kami karena kami sudah surplus, kita tidak usah ambil dari luar. Kalau kurang ambil dari petani saja”, ucap Bupati
Prestasi Pati sebagai penghasil padi cukup dapat diakui. Pati pada tahun 2017 mendapat penghargaan sebagai juara ke 3 Ketahanan Pangan Nasional.
“Kami mendapat alsintan yang langsung kami bagi-bagikan”, lanjut Bupati.
Mengenai harga, Bupatii berharap petani bisa menikmati harga yang bagus. Jika harga turun hingga di bawah bawah harga penetapan pemerintah.
“Harapan kita, petani bisa menikmati harga Rp 5300 – Rp 5800. Sekarang turun Rp 4500 hingga Rp 4300. Jadi kalau di bawah Rp 3700 petani menangis”, jelas Bupati.
Terakhir Bupati menyampaikan kendati pemerintah sudah mengucurkan sekitar 500 alsintan, diharapkan bantuan terus mengalir. Di Pati dengan total 1883 kelompok tani, diakui kesulitan mendapatkan tenaga untuk menjalankan hand tractor. Dengan demikian combine harvester menjadi solusi panen bagi para petani.
Dinas Pertanian Kabupaten Pati menyebutkan bahwa konsumsi beras per bulan di Kabupaten Pati dengan jumlah penduduk 1.279.950 jiwa (BPS 2017) setiap bulannya adalah 9.269 ton, sehingga pada Januari surplus 22.658 ton, Bulan Februari surplus beras sebanyak 79.287 ton dan Bulan Maret surplus sebanyak 35.714 ton.
Harga jual gabah kering panen (GKP) di tingkat petani kian menurun. Data menunjukkan tanggal 7 Februari 2018 berkisar antara Rp 4000 – 4300 per kg untuk panen manual. Sementara dengan combine harvester harga berkisar Rp 4600 per kg. penurunan terjadi karena sudah memasuki panen raya.
Nilai penurunan harga berkisar Rp 1100 untuk panen manual dan Rp 500 – 800 dengan menggunakan combine harvester.
Jika dilihat secara provinsi, luas panen padi di Jawa Tengah bulan Januari 2018 seluas 109,7 ribu ha, Februari 2018 seluas 328 ribu ha dan Maret seluas 293,6 ribu ha. Produksi GKG Januari adalah 620 ribu ton (setara beras 374,623 ribu ton), Februari 1,91 juta ton (setara beras 1,15 juta ton) dan Maret 1,73 ton (setara beras 1,04 juta ton).
Konsumsi beras per bulan Propinsi Jawa Tengah berdasarkan jumlah penduduk 34.490.835 jiwa adalah 267.879 beras. Dengan demikian terjadi surplus beras bulan Januari 106 ribu ton, Februari surplus 889 ribu ton dan Maret surplus 778 ribu ton.
Turut hadir dalam panen Ketua KPPU Syarkawi Rauf, Komite-II DPD-RI Denty Widi Eka Pratiwi, Aster Kasad Mayjen TNI Supartodi, Bupati Pati, wakil Bulog, BRI, HKTI, KTNA dan para petani. (Dsy)
Pengunaan Bubur Bordo Untuk Pengendalian OPT Buah
leaflpet-bubur-bordo_watermarkDownload
Read more