Jakarta (30/1)—Bertempat Auditorium Kementerian Pertanian, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melantik 3 Eselon I Kementerian Pertanian dengan susunan sebagai berikut:
- Dr. Ir. Sumarjo Gatot Irianto, semula Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP)
menjadi Dirjen Tanaman Pangan - Ir Pending Dadih, semula menjadi Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPPSDM) Pertanian dilantik menjadi Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian
- Dr. Ir. Gardjita Budi, semula menjadi Kepala Badan Ketahanan Pangan menjadi staf Ahli Pengembangan Bio Industri Kementerian Pertanian
Dalam sambutannya Mentan menyatakan permohonan bantuan agar masing-masing Eselon I bekerja maksimal untuk membantu rakyat Indonesia. Mentan sebelumnya juga memberikan ucapan terima kasih atas kinerja seluruh jajaran Kementerian Pertanian selama ini.
“Kementerian mencapai kinerja terbaik. Itu kinerja Bapak/Ibu sekalian. Beras dan bawang merah tidak lagi impor. Mudah-mudahan tahun depan lebih baik.”, jelas Mentan.
Mentan juga meminta jajarannya untuk cepat merespon setiap kejadian. Mulai dari permasalahan harga gabah yang jatuh hingga antisipasi penyakit. Mentan meminta semua hal perlu disokong dengan data yang akurat.
Mentan mengingatkan para pejabat Kementan untuk menambah LTT masing-masing komoditas padi, jagung, kedele, dan cabai. Khusus untuk Dirjen Hortikultura, Mentan menyampaikan agar permasalahan cabai rawit dijaga dengan baik.
“Kami baca berita cabai rawit tidak menyumbang inflasi yang besar, yang menyumbang inflasi adalah cabai besar. Tolong komunikasikan ke publik. Cabai juga beritanya cukup heboh tapi LTT (luas tambah tanam) cukup baik”, tukas Mentan.
Dalam wawancaranya dengan wartawan, Menteri Pertanian menyampaikan pelantikan ini dalam rangka penyegaran di lingkungan instansi.
“Ini adalah penyegaran. Selama menjabat kami sudah melakukan pergantian Eselon I, II, III dan IV kurang lebih 615 orang. Kami melakukan evaluasi harian, bukan bulanan, bukan mingguan. Kami monitor tanaman perkebunan pangan , bukan lagi mingguan dengan kompetisi yang cepat”, jelas Mentan.
Mentan juga menjelaskan para pejabat Lingkup Kementerian Pertanian sudah memahami betul target yang diberikan.
“Harapannya mereka sudah tahu. Target harian harus dapat, bukan mingguan, bukan bulanan. Target harian LTT mereka sudah tahu. Harus capai per bulan kalau padi minimal 1 juta Ha. Tidak boleh di bawahnya kalau tidak ingin terjadi paceklik di Indonesia. Kemudian bawang tidak boleh dibawah 13.000 Ha per bulan. Kalau mau kita tidak impor. Kemudian jagung juga demikian kami monitor harian . ini tidak boleh di bawah 400 ribu Ha per bulan. Kemudian sapi kelahiran kalau ingin swasembada minimal harus 11 ribu ekor per hari”, papar Mentan.
Ditanya soal swasembada sapi, Mentan menyampaikan bahwa di bawah kepemimpinannya sekarang tidak ada istilah swasembada sapi. Kementerian Pertanian fokus terhadap swasembada protein.
“Pertama, khusus peternakan jangan lagi kita menyebut swasembada sapi. Tapi swasembada protein. Ayam sudah surplus. Kemudian produksi telur juga surplus, domba kambing dan seterusnya. Termasuk sapi. Sapi kita punya program SIWAB. Ini cukup efektif. Karena kita kelahiran untuk sapi naik sampai 1,4 juta tahun lalu”, tambah Mentan.
Mentan juga menyinggung kebijakan impor sapi bakalan. Diyakini oleh Mentan kebijakan tersebut dalam mencapai target produksi sapi di Indonesia.
“Kemudian ada juga kebijakan yang mengimpor sapi bakalan. Itu 1:5. Maksudnya adalah 1 indukan, 5 bakalan. Itu Permentan dan Permendag nya sudah keluar. Itu solusi jangka panjang. Kalau itu berjalan baik semua. Dari target 9 tahun bapak Presiden bisa tercapai.
Mentan juga menyampaikan target tanam padi, bawang dan jagung sebagai upaya menghindari paceklik dan impor masuk.
“Kalau mau kita tidak paceklik, tidak impor, maka mutlak itu tiap bulan kita harus tanam padi 1 juta hektare. Kemudian bawang 14 ribu hektare tiap bulan. Itu mutlak tidak bisa ditawar. Kemudian jagung tidak boleh dibawah 400.000 hektare”, tegas Menteri Pertanian. (Dsy)