Kementerian Pertanian telah berupaya khusus untuk meningkatkan produktivitas bawang merah. Hasilnya pun terbilang menggembirakan. Dari data di Desa Purworejo, musim tanam bawang merah dilakukan 3 kali dalam setahun.
Untuk panen raya yang dilakukan pada Januari – Februari bulan ini merupakan hasil tanam pada bulan Nopember tahun lalu. Luas panen sekitar 2.525 ha dengan produksi 25.512 ton. Ini artinya rata-rata produksi panen berkisar 10 ton per ha. Untuk musim tanam Maret – Mei luas panen berkisar 1.100 ha dengan produksi 15.400 ton yang berarti tingkat produktivitasnya berkisar 14 ton per ha. Sedangkan untuk masa tanam Juni – September, luas panen 375 ha dengan produksi 10.496 ton yang artinya produktivitasnya mencapai 27 ton per ha.
Harga di tingkat petani pada saat Menteri Pertanian bersama rombongan tiba, bawang merah tercatat Rp 8 ribu – Rp 15 ribu per kg. Jika di pasar mencapai Rp 30 ribu per kg, Mentan mensinyalir terdapat anomali di balik kenaikan harga tersebut.
“Seperti bapak lihat hari ini, harga di petani Rp 8 ribu, tapi di Jakarta Rp 30 ribu, ini artinya ada anomali di sana. Supply dan demand tidak berlaku. Petani tidak merasakan kenaikan itu”, jelas Mentan saat mengunjungi panen raya bawang merah di Desa Purworejo, Kecamatan Ngantang Kabupaten Malang pada Selasa (2/2)
Kenaikan harga yang mencapai dua kali lipat dinilai Mentan diakibatkan oleh pihak-pihak yang berada di luar petani. Harga bermain ketikan proses menuju pasar. Ini bisa diartikan sebagai pihak yang berada di tengah-tengah petani dan konsumen.
“Middleman harus kita persempit. Kurangi sedikit keuntungannya. Caranya yaitu kontrol dengan mekanisme pasar dengan memperkuat Bulog, tapi bukan mau tekan dia”, jelas Mentan.
Penulis: Desy Puspitasari