*Rilis Kementan, 9 Juli 2020*
Nomor : 888/R-KEMENTAN/07/2020
WONOGIRI – Budidaya buah naga organik di Kabupaten Wonogiri banyak tersebar di pekarangan dan di sepanjang tepian jalan desa. Hampir di setiap pekarangan rumah warga dan di tepi jalan desa, terutama di wilayah Beji, Kecamatan Nguntoronadi.
Posisi wilayah desa yang berada di areal perbukitan cukup sulit untuk mendapatkan lahan yang berupa hamparan. Inisiasi penanaman buah naga pada awalnya adalah untuk pemberdayaan masyarakat. Namun tak dikira ternyata manfaatnya sangat terasa bagi masyarakat, terutama dari sisi peningkatan nilai tambah maupun peningkatan penghasilan.
Petugas PPL Kecamatan Nguntoronadi, Wahyu Nugroho menjelaskan bahwa buah naga dari kawasan ini telah menjadi produk unggulan ekspor ke Jerman. Setidaknya sekitar 750 kg per minggu, buah naga organik rutin dikirim ke Jerman.
“Hampir semua keluarga di Desa Beji menanam buah naga organik dengan menggunakan pupuk kandang dan pupuk organik cair yang diproduksi sendiri oleh petani,” tuturnya saat dihubungi, Rabu (8/7).
Wahyu mengatakan, setiap pekarangan rumah rata-rata memiliki 5 sampai 10 tiang beton penyangga pohon buah naga dan tiap tiang berisi 4 – 5 pohon. “Ada sekitar 300 petani buah naga dan 97 di antaranya sudah bersertifikasi internasional,” tambahnya.
Wahyu menambahkan untuk lahan yang sudah ada jumlah produksi buah naga ditaksir mencapai 15-16 ton per musim. Semuanya sudah standar organik untuk pasar Eropa.
“Jumlah itu akan terus ditambah untuk memenuhi permintaan pasar mancanegara yang belum terpenuhi seluruhnya yaitu sebesar 1 ton perminggu,” beber dia.
Kemitraan dengan eksportir buah naga semakin meningkatkan pendapatan petani karena biasanya buah naga yang dijual di pasar lokal dengan harga fluktuatif, bergantung pada kondisi pasar. Sedangkan untuk harga buah naga ekspor mencapai Rp. 20.000/kg dengan harga tetap sesuai perjanjian kerjasama dengan eksportir.
Saat dikonfirmasi, Siswarsini, pembudidaya buah naga organik yang juga merupakan Ketua KWT Pelangi Kelurahan Beji menambahkan bahwa ekspor buah naga pada awalnya dimulai dari pertemuan antara Gapoktan Beji Makmur, Petugas Penyuluh Lapangan dan anggota KWT dengan eksportir asal Kulonprogo. Dalam pertemuan tersebut akhirnya disepakati eksportir yang siap membantu sertifikasi internasional buah naga organik.
“Setelah menjalani beberapa persyaratan kriteria yang harus dipenuhi, mulai dari SOP penanaman buah naga sampai soal penanganansampah, hinga lolos uji dan akhirnya sejak tahun 2018 lalu kami pun bisa mulai ekspor,” tambahnya.
Sedangkan terbitnya sertifikat internasional dilanjutkan dengan pengiriman sampel buah naga organik ke Jerman. Pengiriman itu dibalas dengan kunjungan importir asal Jerman beberapa waktu kemudian”.
*_Mentan Dorong Sistem Pertanian Organik_*
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto terus mengupayakan agar pengembangan buah organik dapat terus ditingkatkan.
Anton menjelaskan kalau pertanian organik adalah sistem budi daya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis.
“Didasarkan atas prinsip kesehatan, kelestarian, siklus dan ekologi. Ini yang sering digaungkan Menteri Pertanian, Bapak Syahrul Yasin Limpo,” beber Anton.
Dijelaskan Anton, bahwa pertanian organik merupakan sebuah solusi pertanian berkelanjutan, khususnya pada petani. Pertanian organik seiring dengan pangsa pasar yang semakin terbuka, tidak hanya karena bernilai ekonomis tinggi.
“Pertanian organik juga penting untuk perbaikan ekosistem pertanian yang kian rusak terpapar bahan sintetik atau kimiawi seperti pestisida,” kata dia.
“Dengan semakin tingginya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, terlebih di tengah pandemi Covid 19 ini, buah organik kini banyak dicari konsumen baik domestik maupun mancanegara, ini merupakan peluang besar bagi para petani untuk lebih meningkatakan produksi buah organik,” lanjut dia.
Anton menambahkan lahan pertanian yang dikelola secara organik akan lebih tahan terhadap hama dan penyakit karena diperlakukan secara alami tanpa bahan kimia.
“Sehingga dengan sendirinya memberikan tingkat kesuburan pada tanah sehingga tanah menjadi lebih sehat yang otomatis meningkatkan ketahanan tanaman itu sendiri,” imbuh dia.
Senada dengan pernyataan yang diungkapkan Anton, Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman mengungkapkan kalau salah satu pasar buah yang terbuka luas adalah pasar Eropa. Permintannya terus meningkat yang sayangnya belum dapat dimanfaatkan dengan baik, karena pasar Eropa menghendaki produk buah organik.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Atase Pertanian di KBRI Brussel dan eksportir buah ke Eropa mengenai hal ini,” ungkap Liferdi.
Liferdi menambahkan bahwa untuk memanfaatkan celah pasar buah organik yang terbuka lebar di Eropa, pihaknya akan menggiatkan dan mengupayakan pengembangan kawasan buah yang berbasis organik.
“Terutama untuk buah yang diminati di Eropa, salah satunya buah naga,” pungkasnya.