Kabar menggembirakan datang dari Sumedang. Salah satu buah eksotik nusantara yaitu mangga Gedong Gincu dari Sumedang mampu menembus pasar ekspor Moskow Rusia. Tak banyak yang tahu, ternyata jenis mangga tersebut sudah lama dikembangkan para petani di Sumedang bahkan lebih dahulu dibandingkan kabupaten sekitarnya seperti Majalengka, Cirebon dan Indramayu. Sentra mangga gedong gincu Sumedang berada di Kecamatan Jatigede, Tomo dan Ujung Jaya.
Kelompok tani mangga Gedong Gincu di Desa Palabuan, Kecamatan Ujungjaya, Kabupaten Sumedang menjadi salah satu perintis ekspor mangga Gedong Gincu ke Rusia tersebut. Untuk memacu ekspor mangga asal Sumedang, Kementerian Pertanian akan mengalokasikan kegiatan pengembangan kawasan mangga varietas gedong gincu seluas 200 hektare pada tahun 2020.
“Sumedang kami nilai potensial untuk pengembangan mangga gedong gincu. Tahun depan dialokasikan 200 hektar mangga ke kawasan tersebut. Untuk kawasan eksisting kami akan genjot ekspornya” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto, saat dihubungi di Jakarta, Rabu (15/01).
Sesuai Grand Desain Ditjen Hortikultura, kata Prihasto, pemerintah ingin totalitas dalam mendesain kawasan buah yang didanai APBN.
“Tidak lagi model kecil-kecil atau sekedar pemerataan, tapi fokus di kawasan tertentu yang memiliki agroklimat sesuai. Sumedang punya potensi tersebut,” ujar pria yang akrab dengan panggilan Anton ini.
Untuk mendukung akselerasi ekspor mangga gedong gincu, Anton akan mengoptimalkan penataan kawasan, perbaikan pascapanen dan memperkuat diplomasi perdagangan. Pihaknya juga akan memberdayakan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di kecamatan-kecamatan sentra untuk menjadi ujung tombak pengembangan kawasan Mangga Gedong gincu.
“Untuk tahap awal Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan Jatigede akan didorong menjadi Komando Strategis Pertanian (Kostratani) berbasis Mangga Gedong Gincu. Gerakan 3 kali ekspor atau Gratieks serta Kostratani adalah program Pak Menteri Syahrul Yasin Limpo untuk memacu kinerja ekspor serta mengkonsolidasikan potensi dan data pertanian mulai dari level kecamatan hingga pusat,” paparnya antusias.
Penggagas ekspor mangga gedong gincu, Supian saat dikonfirmasi menceritakan dirinya mula-mula hanya coba-coba dengan menenteng mangga gedong gincu dari Sumedang saat tugas belajar S-3 di Rusia.
“Awalnya hanya untuk tentengan oleh-oleh. Ternyata sambutan konsumen di Rusia sangat luar biasa. Akhirnya saya berpikir kenapa tidak ekspor sekalian dalam jumlah banyak. Alhamdulillah saat ini mangga Gedong Gincu sudah mulai banyak dijual di pasar Moskow dan negara-negara sekitar Rusia,” kata pria yang kini menjadi dosen Prodi Sastra Rusia, Universitas Padjajaran ini.
Dirinya menginisiasi ekspor ekspor ini sebagai implementasi bidang ilmu dan mengabdi untuk negara.
“Harga eceran di Rusia sangat bagus, mencapai 850-900 rubel atau Rp 187-198 ribu per kilogram. Mangga Gedong Gincu yang dikirim ke Rusia dipilih yang dalam kondisi setengah matang. Saat sampai Rusia mangga sudah matang dan siap disantap. Mangga dikirim dari Jatigede, menggunakan bendera CV Una Surya Putra Mandiri untuk bekerja sama dengan Manggo Impeks di Rusia,” katanya.
Dia bercerita, proses negosiasi berlangsung alot hingga hampir enam bulan karena mahalnya biaya kargo. Alhasil, kedua pihak sepakat pada angka US$5 ribu dengan biaya kargo ditanggung Manggo Impeks. Ke depan, pihaknya akan memperluas pasar ekspornya ke Ukraina, Kazakhtan, Polandia, dan Rumania, dengan memanfaatkan jaringan yang telah ia bangun saat berkuliah di Rusia.
“Tak hanya mangga, kami akan ekspor juga alpukat dan kacang kapri manis,” jelasnya.
Bupati Dony Ahmad Munir mengaku antusias dengan semakin banyaknya permintaan mangga gedong gincu asal Sumedang di Rusia.
“(Pak Dubes (Wahid Supriyadi, Dubes RI untuk Federasi Rusia), awalnya sempat melihat mangga asal Sumedang itu langsung di gudang milik buyer. Respons Pak Dubes sangat baik, beliau langsung promosikan mangga gedong gincu Sumedang. Sejak itu permintaan mangga gedong meningkat,” kata Doni.
Doni mencatat ekspor perdana lalu jumlahnya masih kecil. Baru satu ton karena saat ini sudah habis musim panen mangganya. Dirinya berjanji pada 2020 ekspor mangga Gedong Gincu akan ditingkatkan lagi kuantitasnya.
Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sumedang, H. Amim mengaku siap mendukung upaya Kementerian Pertanian meningkatkan produksi dan melipatgandakan ekspor.
“Andalan Sumedang di antaranya Mangga Gedong gincu, Alpokat Keju, Ubi Cilembu dan Kopi. Komoditas tersebut semuanya sudah bisa ekspor. Kami siap mendukung penuh program Pak Menteri Syahrul Yasin Limpo bersinergi melipatgandakan ekspornya,” tandas Amim.
Pelaku bisnis mangga, Inta, menyebut mangga gedong gincu asal Sumedang sudah lama mengisi pasar modern bahkan menembus pasar ekspor seperti Timur Tengah, Eropa dan Rusia.
“Kompetitor mangga Indonesia adalah Meksiko, Thailand dan India. Ada peluang besar saat memasuki musim dingin di Eropa. Sumedang menjadi daerah pertama yang menerapkan teknologi off season, tapi sayang serangan lalat buah sangat tinggi. Kami sedang memproses sertifikasi halal untuk mangga gesong gincu. Sertifikat halal tersebut bisa menjadi keunggulan bagi mangga kita, negaranlain seperti Thailand dan Vietnam tidak punya,” kata Inta.
Berdasarkan catatan BPS, jumlah tanaman mangga yang sudah menghasilkan di Kabupaten Sumedang mencapai 341 ribu batang atau setara 3.410 hektare dengan produksi sekitar 74 ribu ton setahun. Angka produksi tersebut menempatkan Sumedang sebagai produsen mangga terbesar ke-4 di Indonesia setelah Pasuruan, Kediri dan Indramayu. Sebagian besar jenis mangga yang dikembangkan adalah gedong gincu dengan waktu musim panen puncak antara bulan Juli hingga Oktober.