*Rilis Kementan, 9 September 2020*
Nomor : 1229/R-KEMENTAN/09/2020
Rejang Lebong – Serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) menjadi momok menakutkan bagi sebagian petani cabai. Kerugian yang ditimbulkan dari serangan OPT ini selain menurunkan kuantitas dan kualitas produksi, juga dapat menyebabkan gagal panen. Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dapat diupayakan, salah satunya dengan pemanfaatan musuh alami atau agens hayati.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo (SYL) menegaskan pentingnya penerapan PHT untuk mewujudkan pertanian berkelanjutan yang berwawasan lingkungan.
“Pertanian Indonesia perlu diarahkan ke produk yang aman konsumsi dan tidak mencemari lingkungan. Salah satunya dengan mengurangi penggunaan pestisida kimia sintetik dan kembali ke prinsip PHT,” ungkapnya.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menyampaikan penggunaan pestisida kimia sintetik yang kurang bijak seringkali menimbulkan masalah seperti resistensi hama. Pemerintah pusat dan daerah berikut petani perlu diingatkan kembali ke strategi pengendalian ramah lingkungan.
“Aplikasi agens hayati termasuk salah satu strategi pengendalian OPT ramah lingkungan yang potensial karena manfaatnya telah banyak dirasakan petani,” jelas Prihasto.
Guna mewujudkan, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Hortikultura bersinergi dengan dinas pertanian daerah melalui kegiatan gerakan pengendalian (gerdal) OPT ramah lingkungan.
Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf menjelaskan bahwa kegiatan gerdal yang dilaksanakan secara gotong royong antara petani dan petugas lapang adalah wujud dukungan Kementerian Pertanian dan pemerintah daerah untuk mengamankan produksi.
“Dengan adanya kegiatan gerdal yang menggunakan bahan-bahan pengendali ramah lingkungan seperti agens hayati, harapannya akan diperoleh produk pertanian yang aman bagi konsumen dan tidak mencemari lingkungan hidup,” ungkapnya.
Sunaidi, petani cabai sekaligus ketua kelompok tani “Pelita Tani”, Desa Suban Ayam, Kecamatan Selupu Rejang, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu mengakui manfaat nyata dari agens hayati.
“Setelah rutin mengaplikasikan agens hayati Trichoderma ke lahan maka penyakit utama cabai seperti layu fusarium dan antraknosa lebih terkendali dari sebelumnya,” tutur Sunaidi.
Nurmansyah, Kortikab POPT Rejang Lebong menekankan perlunya dukungan dan fasilitasi dari pusat dan daerah untuk membangun antusiasme petani terhadap pertanian ramah lingkungan. Salah satunya melalui alokasi bahan pengendali hayati seperti Trichoderma kepada 26 kelompok gerdal cabai di Rejang Lebong.
“Ke depannya petani diharapkan makin terampil dan mandiri dalam strategi pengendalian OPT, serta menularkan ilmu dan semangatnya ke kelompok tani cabai lainnya,” pungkas Nurmansyah.