Kegiatan gerakan pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) hortikultura di Indonesia dilaksanakan pada tingkat provinsi dan kabupaten dimana kegiatan tersebut merupakan satu kesatuan kegiatan pengendalian OPT di lapang yang merupakan stimulan atau pengungkit terlaksananya pengendalian OPT hortikultura oleh petani, dengan pelaksanaan gerakan pengendalian OPT yang dibina oleh pelaku perlindungan Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) / Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) pada lahan usaha kelompok tani dengan difasilitasi sarana prasarana pengendalian OPT. Cakupan komponen kegiatan gerakan pengendalian OPT meliputi koordinasi, pembinaan, bimbingan tingkat lapang, supervisi, fasilitasi sarana prasarana dukungan pelaksanaan operasional gerakan pengendalian OPT berupa peralatan dan komponen bahan pendukung perbanyakan bahan pengendalian OPT ramah lingkungan berupa pestisida biologi (agens pengendali hayati) di tingkat LPHP/Laboratorium Agens Hayati, Klinik PHT dan Pos Pelayanan Agens Hayati (PPAH), pelaksanaan gerakan pengendalian OPT, penyebarluasan informasi, pengamatan, monitoring dan pelaporan keadaan OPT di tingkat lapang.
Operasional lapang pelaksanaan pengendalian OPT sebenarnya telah menjadi kewenangan pemerintah, yaitu Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Provinsi, sehingga bantuan tidak sepenuhnya ditanggung oleh Pemerintah Pusat. Namun karena sifat tingkat serangan berkisar antara ancaman, eksplosif dan endemik maka Pemerintah tetap berkewajiban menyediakan sarana atau mengelola atau mengendalikan risiko terjadinya eksplosi OPT hortikultura, antara lain dengan: memberikan pembinaan, bimbingan teknis, penyediaan informasi, peningkatan kemampuan, penyediaan berbagai pelayanan teknis perlindungan tanaman hortikultura.
Laboratorium Pengamatan Hama dan Penyakit (LPHP) merupakan institusi perlindungan tanaman di tingkat lapangan di bawah pembinaan dan koordinasi Unit Pelaksana Teknis Daerah Balai Proteksi / Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (UPTD BPTPH) di tingkat provinsi. Sebagai institusi yang menangani masalah perlindungan tanaman di tingkat lapangan, LPHP diharapkan dapat berperan sebagai pusat pengembangan teknologi terapan perlindungan tanaman berbasis pengendalian hama terpadu (PHT). Pengembangan teknologi perlindungan tanaman di tingkat LPHP, mencakup kegiatan pengamatan, peramalan dan pengendalian OPT, serta penanganan Dampak Perubahan Iklim (DPI). Peran dan kondisi LPHP cukup beragam, tergantung pada kebijakan dan komitmen daerah dalam meningkatkan peran perlindungan tanaman untuk mendukung pencapaian sasaran produksi hortikultura.
Di Indonesia sampai akhir tahun 2016, telah ada total 95 LPHP yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebaran LPHP tersebut, terdiri dari :
- Provinsi Pemerintah Aceh 4 LPHP (LPHP Keumala, Pidie; LPHP Pulo’le Nagan Raya; LPHP Peureulak Aceh Timur; dan LPHP Banda Aceh.
- Provinsi Sumatera Utara 4 LPHP (LPHP Medan Johor; LPHP/LAH Tanjung Morawa; LPHP / LAH Pematang Kerasaan; LPHP/LAH Padang Balangka).
- Provinsi Sumatera Barat 4 LPHP (LPHP Bandarbuat; LPHP Bukititnggi; LPHP Air Mutus; LPHP Sukamenanti).
d. Provinsi Riau 1 LPHP (LPHP Pekanbaru). - Provinsi Jambi 2 LPHP ( LPHP Sei Tiga, Muaro Jambi; LPHP Kayu Ar, Kerinci).
- Provinsi Sumatera Selatan 4 LPHP (LPHP Sukarami; LPHP Tugumulyo; LPHP Belitang; LPHP Muara Enim).
- Provinsi Bengkulu 2 LPHP (LPHP Sidomulyo; LPHP Mojorejo).
- Provinsi Lampung 3 LPHP (LPHP Trimurjo; LPHP Semuli Raya; LPHP Gading Rejo).
- Provinsi Bangka Belitung 2 LPHP (LPHP BPTPH Babel; LPHP Lapangan).
- Provinsi DKI Jakarta 1 LPHP (LPHP Cibubur).
- Provinsi Jawa Barat 5 LPHP (LPHP Dayeuh Kolot / Instalasi PPOPT Bandung; LPHP Bojong Picung / Instalasi PPOPT Cianjur; LPHP Indramayu; LPHP Cilembang / Instalasi PPOPT Tasikmalaya; LPDP Subang.
- Provinsi Jawa Tengah 6 LPHP (LPHP Tajum; LPHP Petarukan; LPHP Kedu; LPHP Semarang; LPHP Solo; LPHP Winong).
- Provinsi DI Yogyakarta 1 LPHP (LPHP Bantul).
- Provinsi Jawa Timur 7 LPHP (LPHP Pandaan; LPHP Sumber Gompol; LPHP Jabon; LPHP Tanggul; LPHP Pamekasan; LPHP Pilangkenceng; LPHP Bojonegoro.
- Provinsi Banten 2 LPHP (LPHP Cangkring; LPHP Rangkasbitung).
- Provinsi Bali 3 LPHP (LPHP Celuk; LPHP Tangguwisia; LPHP Denpasar).
- Provinsi NTB 1 LPHP (LPHP Narmada).
- Provinsi NTT 3 LPHP (LPHP Kupang; LPHP Waingapu; LPHP Mbay).
- Provinsi Kalimantan Barat 2 LPHP (LPHP Sambas; LAH Pontianak (BPTPH)).
- Provinsi Kalimantan Tengah 3 LPHP (LPHP Mampai, Kapuas; LPHP Sampit; LAH Palangkaraya).
- Provinsi Kalimantan Selatan 4 LPHP (LPHP Sei Raya; LPHP Sei Tabuk; LPHP Mundalang; LPHP Banjarbaru).
- Provinsi Kalimantan Timur 1 LPHP (LPHP Sempaja).
- Provinsi Sulawesi Utara 1 LPHP (LPHP / LAH Kalasey).
- Provinsi Sulawesi Tengah 6 LPHP (LPHP Biromaru; LPHP Dolago; LPHP Banggai / Toili; LPHP Ginunggung; LPHP Pantangolemb; LPHP Morowali).
- Provinsi Sulawesi Selatan 5 LPHP (LPHP Maros; LPHP Bulukumba; LPHP Luwu; LPHP Pinrang; LPHP Bone).
- Provinsi Sulawesi Tenggara 2 LPHP (LPHP Lambuya; LPHP Kendari).Provinsi Gorontalo 2 LPHP (LPHP / LAH Kota Gorontalo; LPHP Kab. Gorontalo).
- Provinsi Sulawesi Barat 1 LPHP (LPHP Salugatta).
- Provinsi Maluku 5 LPHP (LPHP BPTPH Maluku; LAH Kairatu; LAH Mako; LAH Kobisonta; LPHP Ambon).
- Provinsi Maluku Utara 1 LPHP (LPHP Agens Hayati Ternate Selatan).
- Provinsi Papua 5 LPHP (LPHP BPTPH Provinsi; LPHP Lap. Merauke; LPHP Lap. Nabire; LPHP Lap. Timika; LPHP Lap. Yaen Serui).
- Provinsi Papua Barat 2 LPHP (LPHP Sorong; LPHP Manokwari).