Brebes (12/2) – Bawang merah ditetapkan pemerintah sebagai komoditas strategis nasional. Berbagai upaya dilakukan untuk stabilisasi pasokan dan harganya. Pergerakan harga dan produksi dipantau setiap hari, distribusi logistik diperlancar, sarana budidaya dan pascapanen hingga gudang penyimpanan tersebar di beberapa sentra produksi.
Sebagai komoditas non substitutif, bawang merah memiliki andil dalam inflasi nasional. Sebelum 2017, harga bawang merah hampir selalu fluktuatif terutama menjelang hari raya besar keagamaan dan tahun baru. Namun dalam kurun 2 tahun terakhir ini harganya lebih stabil dan masyarakat menikmati harga yang wajar.
Brebes dikenal sebagai sentra terbesar bawang merah di Indonesia. Brebes memberikan andil hingga 30 persen dari total produksi nasional yang mencapai 1,4 juta ton lebih. Petani Brebes sangat terkenal ulet dan sangat “minded” dengan bawang merah. Keuletan dan ketangguhan petani Brebes telah diakui banyak pihak. Dalam kondisi apapun, mereka tetap menanam bawang merah sebagai penopang ekonomi rumah tangganya. Boleh dibilang, bawang merah mandarah daging sebagai komoditas andalan.
Ikhwan, Sekjen Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) menyebut pola tanam bawang merah di Brebes bahkan bisa sampai 2 – 3 kali setahun dan hanya sekali bergantian dengan padi. “Petani Brebes bukan petani ikut – ikutan muncul jika ada bantuan APBN, atau saat harga tinggi lalu ikut nanam. Harga naik maupun turun, untung atau rugi mereka tetap tanam”, ungkap Ikhwan.
Bahkan petani Brebes berani ekspansi ke daerah lain seperti Tegal, Majalengka, Pemalang dan Kendal. “Saat musim hujan sekalipun, petani tetap berani tanam bawang merah. Naik turun harga bagi petani sudah biasa, toh hal itu tidak hanya terjadi di bawang merah,” tambahnya.
Menurut Ikhwan, luas panen bulan Januari – Februari di Kabupaten Brebes mencapai 9 ribu hektar. Diakuinya, luas panen yang begitu besar turut menekan harga di tingkat petani. “Beberapa daerah panen bareng di bulan Februari. Jadi wajar jika harga tertekan”, ujarnya.
Meski sempat tertekan, harga di tingkat petani Brebes saat ini berangsur naik dari Rp 8 ribu menjadi Rp 10 ribu per kilogram. “Harga di Pasar Induk Kramat Jati Rp 13 ribu per kilogram. Kami yakin harga akan terus membaik, karena trennya sudah kelihatan beberapa hari terakhir,” imbuh Ikhwan.
Dikonfirmasi terpisah, Ketua Petani Champion Bawang Merah Indonesia, Juwari, mengamini pernyataan Ikhwan. “Kalaupun harga sekarang tertekan, itu hanya akan berlangsung sebentar saja. Saya menyarankan agar pedagang besar bantu membeli hasil petani, disimpan untuk dikeluarkan saat bulan Maret – April nanti. Petani juga bisa pergunakan gudang penyimpanan bawang, keluarkan sedikit – sedikit.”
Kerja sama dengan industri pengolahan juga perlu ditingkatkan. “Saya mohon BULOG dan Kemendag dapat membantu menyerap bawang merah petani dan menyimpannya di CAS (controlled atmosphere storage),” katanya. “Semua pihak harus bergerak sama – sama.”
Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Moh. Ismail Wahab saat dimintai keterangan mengatakan budidaya bawang merah sampai saat ini masih menguntungkan. Animo petani untuk tanam bawang merah masih sangat tinggi di berbagai daerah di Indonesia termasuk di Brebes. “Ini artinya tanam bawang merah masih menguntungkan selama bisa diatur pola tanam dan diperbaiki tatacara budidayanya. Efisiensi produksi dengan membuat pupuk organik dan pestisida hayati sendiri akan lebih irit dan tentunya ramah lingkungan”, ujar Ismail.
Menurutnya pemerintah sudah melakukan banyak hal mulai dari merancang pola tanam bersama dengan Dinas Provinsi, bantuan benih, bantuan sarana produksi dan penyimpanan, kemitraan industri hingga menetapkan harga acuan pembelian di tingkat petan. “Saya yakin usaha tani bawang merah akan terus menjadi primadona karena secara umum menguntungkan,” tutup Ismail.
Penulis : Agung Sunusi
Editor : Desy