Rilis Kementan, 23 September 2019
Nomor : 874/R-KEMENTAN/09/2019
Inovasi tiada henti sangat melekat dengan Kementerian Pertanian. Tidak hanya mengedepankan teknologi, ide cemerlang banyak digagas oleh jajaran Menteri Amran Sulaiman ini. Salah satunya adalah perumusan kebijakan kawasan korporasi oleh Direktorat Jenderal Hortikultura. Perwujudan kawasan korporasi buah, sayuran maupun florikultura digadang-gadang sebagai perubahan wajah pembangunan sub sektor hortikultura ke depan.
Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto menyebutkan bahwa hierarki kawasan korporasi hortikultura bermakna penyatuan dan pengutuhan.
“Masih banyak kawasan hortikultura yang terpencar. Kalau saya boleh mengumpakan, kawasan yang ada saat ini seperti batang lidi. Kecil, lemah dan mudah patah. Nah sudah saatnya kita satukan. Batang lidi yang disatukan menjadi sapu lidi akan lebih kuat, lebih bermanfaat dan lebih bisa bersaing. Nah kenapa kawasan hortikultura tidak kita buat seperti sapu lidi tadi?” ungkap pria yang akrab dipanggil Anton ini.
Pengembangan kawasan ini, jelas Anton, berorientasi menghasilkan komoditas hortikultura berdaya saing khususnya durian. Daya saing ini terlihat dari aspek kualitas dan cita rasa.
“Tentunya durian ini mampu berjaya di pasar lokal, unggul di pasar internasional. Oleh karena itu, perlu pengelolaan _on farm_ yang baik, benih unggul yang baik, pemupukan yang benar dan pengendalian OPT secara terpadu. Cita rasa durian sangat dipengaruhi oleh pemupukan N, P, K, Ca, Mg dan S yang diberikan pada pokok durian sejak penanaman dini,” paparnya.
Senada, Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman menyampaikan, “Kalau kita mau maju dan punya daya saing, harus berpikir _out of the box_. Jangan hanya sekedar mengikuti arus. Tantangan pengembangan buah-buahan Indonesia kan intinya cuma dua selain pemenuhan kebutuhan konsumsi. Yaitu mengurangi impor dan memacu eksport. Kawasan korporasi ini sangatlah cocok untuk pengembangan kawasan buah buahan, apalagi durian.”
Tidak ada sejarah harga durian turun, kata Liferdi, yang ada juga semakin baik. Ini celah bisnis yang menurut dirinya bisa digawangi melalui korporasi ini. Semua sektor bisa saling berkontribusi. Tidak hanya sekedar mengembangkan kawasan, namun sekaligus membangun pengembangan pola bisnis dengan kemampuan dan status SDM yang lebih mumpuni.
“Partisipasi dan dukungan lintas sektor tentunya mengambil peran di sini. Kita satukan kawasan yang kecil-kecil tadi supaya lebih ‘kelihatan’ nantinya. Dengan demikian kebijakan dan pengawalannya pun lebih fokus dan terarah,” papar Liferdi antusias.
Saat dihubungi, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Kendal, Tjipto Wahjono menyatakan siap mengawal program korporasi durian. Dirinya menyebutkan potensi durian di Kendal besar. Ada 42 ribu pohon durian eksisting di tiga kecamatan sentra yakni Pageruyung, Plantungan dan Singorejo.
“Pageruyung dan Plantungan sudah difokuskan untuk kawasan wisata. Sementara Singorejo untuk pemenuhan pasar Semarang. Tahun ini kita bagikan 7 ribu batang durian Musang King ke petani dari APBD II. Jadi kalau berbicara korporasi, kami siap. Pondasi kawasan korporasi durian Kendal sudah tertata. Jadi lay out klaster durian yang dibuat Pemda bisa berkolaborasi dengan kebijakan pusat untuk kawasan korporasi,” ungkapnya optimistis.
Pada kesempatan yang sama, Amin, ketua kelompok tani Sekar Arum menyatakan kesiapannya sebagai penerima manfaat kawasan korporasi durian.
“Di Kebon Gembong, Pagaruyung sangat sesuai untuk korporasi durian. Potensinya besar. Akses jalan bagus dan ada dukungan embung. Kebun durian kami pun sudah mulai tertata rapi. Nanti bahkan bisa didukung dari BUMD untuk korporasi durian, bisa digarap hulu hilirnya. Kami punya angan-angan menjadi destinasi wisata durian nantinya,” ujarnya semangat.