Rilis Kementan, 29 April 2021
Nomor : 430/R-KEMENTAN/4 /2021
Kementerian Pertanian Dorong Petani Muda dengan Sentuhan Smart Farming
Bandung Barat- Jargon Pertanian Maju, Mandiri dan Modern yang digaungkan Kementerian Pertanian (Kementan) di bawah kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo ternyata mendapat respon positif dari para pelaku usaha di bidang IT memasuki dunia pertanian. Hal itu terbukti dengan semakin banyaknya pertanian berbasis smart farming. Pertanian berbasis teknologi tersebut memudahkan petani dalam berbudidaya yang lebih efisien sekaligus mendorong anak muda mau terjun di dunia pertanian.
Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto sangat mengapresiasi hadirnya petani muda yang mampu menguasai teknologi pertanian.
“Hortikultura Indonesia akan semakin maju dan modern dengan hadirnya petani milenial yang mampu menguasai smart farming untuk peningkatan efisiensi produksi, kualitas dan kontinuitas produk-produk hortikuktura,” ujar Prihasto, Kamis (29/4).
Serenity Farm adalah kelompok tani di Desa Cibodas, Lembang yang sukses budidaya baby buncis Kenya untuk diekspor ke Singapura. Selain baby buncis, komoditi unggulan lainnya adalah Horenzo, Beetroot dan Tomat Beef yang dipasarkan di kota Bandung dan Jakarta.
Ade Rukmana, ketua kelompok tani berharap usaha sayuran yang dipasarkan ke luar negeri tersebut benar-benar meningkatkan animo anak-anak muda tergabung di sektor pertanian. Selain itu usaha yang diakukannya juga sekaligus membangun desa. Tujuannya tidak lain adalah mendorong regenerasi anak muda untuk bertani dan mengurangi jumlah petani perambah hutan.
“Serenity Farm bukan hanya ingin menghasilkan komoditas pertanian yang bersih dan sehat tapi juga menumbuhkan SDM petani-petani milenial sehingga mengurangi aktivitas yang kurang bermanfaat seperti nongkrong,” ujar Ade.
Untuk memenuhi permintaan pasar, Serenity Farm bekerja sama dengan Dompet Dhuafa sebagai mitra petani. Mitra petani diberi dukungan dalam bentuk pembibitan dan pemupukan. Selain itu Serenity Farm dan Dompet Dhuafa juga melakukan pemberdayaan terhadap petani yang tidak memiliki lahan melalui program Desa Tani. Dimana petani perambah hutan dan buruh tani bisa bertani sendiri dengan bantuan modal pembiayaan kebun dan disewakan lahan.
“Saat ini sudah terdapat tiga Desa Tani dengan luas kurang lebih 3 hektare per desa. Dari tiap luasan per desa dibagi menjadi 20 blok dan digarap per minggu oleh dua orang,” sambung Ade.
Tak berhenti di situ, Keberadaan Serenity Farm di Desa Cibodas ternyata juga sangat membantu mitra petani karena dapat memberikan kepastian harga. Sebab Serenity Farm sudah memiliki pasar tetap. Serenity Farm juga menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas sehingga menjamin mitra petani.
Dibalik keinginan Ade untuk memiliki sistem pertanian modern di wilayahnya, Ade dihadapkan pada masalah kesulitan air. Jarak sumber air ke lahan petani cukup jauh yaitu 2,8 km sehingga diperlukan bantuan pipanisasi. Gayung bersambut, Diskominfo Jabar yang menggandeng start up Habibi Garden memberikan solusi untuk Serenity Farm. Bahkan menjadikan Serenity Farm sebagi lahan percontohan desa digital dengan menerapkan smart farming berbasis teknologi IoT (Internet of Things) yang dihadirkan oleh Habibi Garden. Teknologi tersebut memberi kemudahan bertani dengan aplikasi di smartphone.
Dengan teknologi Habibi Garden usahatani yang dijalankan di serenity farm menjadi lebih efektif dan efisien. Kegiatan penyiraman, pemupukan dan monitoring lahan dapat di akses dari jarak jauh melalui smartphone. Selain itu, teknologi ini juga dapat menghemat pemakaian air dan nutrisi karena penyiraman dan pemupukan disesuaikan dengan kebutuhan tanaman yang terinfo dalam aplikasi tersebut. Sehingga tidak ada air dan pupuk yang terbuang. Bahkan pemakaian air pun bisa hemat hingga 60%.
Teknologi tersebut juga mampu memberikan informasi mengenai kondisi lahan optimal untuk setiap komoditas, informasi kondisi riil lahan sejak kegiatan penanaman hingga panen, serta dapat memprediksi waktu dan kuantitas panen. Sistem atau instrumen yang dibangun dalam Teknologi Habibi Garden adalah sistem rekayasa lingkungan seperti monitoring kondisi suhu, pH tanah dan masih banyak lainnya.
Rangkain instrumen tersebut dapat dipilih sesuai dengan jenis tanaman hortikultura yang ingin dibudidayakan. Terdapat 20 jenis tanaman hortikultura pada menu aplikasinya terdiri dari cabai, buncis, tomat, paprika dan lainnya.
Smart farming sistem ini dapat berjalan asalkan memenuhi empat syarat yakni tersedia air, listrik, internet dan sosial. Tak kalah pentingnya, kemiringan lahan maksimal 11 derajat.
“Saya optimis anak-anak muda semakin tertarik bertani dengan adanya teknologi ini. Memang biaya teknologi ini biayanya cukup mahal sehingga perlu integrasi program dan kegiatan lintas kementerian dan lembaga untuk mereplikasi smart farming ini,” ujarnya.